Enak ya liatnya adem ayem begini. Tapi yang namanya insecurities apalagi habis diselingkuhin dan ditelantarkan keluarga tuh emang pr banget buat nyembuhinnya. Untung aja Ela dipertemukan sama Dipta yang sabar banget meyakinkan Ela kalau dia itu begitu berharga di mata Dipta. Anyway... ini kalo adem ayem terus kapan konfliknya ya? hahahah Soon ya guys! Biar hidup pasutri baru kita lebih berwarna ditambahin konflik kanan kiri
Ela tersenyum tipis ketika mereka berdua memasuki ruang tamu rumah yang kini secara resmi menjadi tempat tinggalnya dengan Dipta. Suasana rumah ini sedikit berantakan karena beberapa hari sebelum pernikahan mereka, Ela dan Dipta tak sempat membereskan sisa-sisa printilan persiapan pernikahan mereka. Satu malam sebelum acara, mereka sudah bertolak ke hotel Royal Ruby untuk mempersiapkan acara dan baru kembali satu malam setelah acara selesai. Tak ada hal spesial yang mereka lakukan setelah mereka kembali ke hotel selepas menggelar resepsi di restoran The Ambience dua malam lalu. Mereka terkapar di kamar hotel melepas lelah setelah berpesta semalaman suntuk bersama rekan kerja Dipta dan juga beberapa teman-teman Ela yang usianya masih sepantaran dan memiliki energi untuk menikmati acara till drop. Kemudian setelah sarapan dan bertukar pikiran sebagai pasangan yang resmi menyandang status suami-istri, mereka melewati hari di dalam kamar Junior President Suite Hotel The Royal Ruby dan
DIPTAKehidupan pernikahannya merupakan sebuah berkah yang menghampiri hidupnya secara tiba-tiba. Tak disangka, ketika Dipta membuka hatinya untuk melaksanakannya penuh tanggung jawab dan cinta kasih dengan Ela, everything turns into such a beautiful bliss. Ketika dia membuka matanya pagi hari, ada Ela yang bergelung hangat di sampingnya. Cantik seperti tuan putri sebuah cerita roman kerajaan. Sarapan bersama sebelum mereka memulai kegiatan masing-masing di pagi hari. Kini Dipta berubah haluan jadi mengantar sang istri sebelum dia pergi ke kantor. Keduanya sepakat jika Dipta tidak efisien pergi dengan motor karena dia harus siap sedia dengan full suit-nya, ditambah Bang Hakim keberatan jika Dipta datang dengan bau asap kendaraan bermotor sebelum mereka pergi meeting. Dipta sebenarnya tak peduli, tapi ketika hujan mendera dia baru merasakan kerepotan karena baju dan celananya basah dan dia hanya memiliki waktu dua jam sebelum mengantar Bang Hakim bertemu dengan anggota partai yang j
Dipta mendengarkan secara saksama perbincangan antara ayah dan kakaknya di ruang kerja ayahnya. Dia tak tertarik ambil bagian, karena dia tahu dia tak akan terlibat di dalam politik praktis, dan dia lebih fokus mempersiapkan diri lepas dari keterikatannya dengan keluarganya ini. Dipta sudah yakin jika dia akan kembali ke firma milik Mas Sultan dan bekerja secara jujur di dalam bagian Noble Safeguards.“Jika kita masuk dalam barisan Tedjo Sutikno, sudah pasti jatah kita akan semakin sedikit, Hakim. Kamu lanjutkan saja tetap menempel pada Rahmat Trihadi, sementara kita lihat saja manuver dari tim Tedjo Sutikno, jika Papa bisa menembus masuk ke dalam inner circle Tedjo Sutikno kita akan main dari sana.” Papa akhirnya memutuskan mereka tetap mendekat kepada kedua calon presiden tersebut.
Dipta berdiri sambil bersedekap di ruang komando milik Mas Sultan. Melihat secara saksama bagaimana rekaman tim Mas Sultan menginterogasi perempuan yang akhirnya berhasil mereka ciduk dan diamankan di ruang interogasi. Grace Hariman. Sedang diinterogasi oleh anak buah Mas Sultan. Mata perempuan itu ditutup untuk mencegah identifikasi dari Grace Hariman. Dan rupanya begitu mudah membuat Grace Hariman bernyanyi mengungkap semuanya. “Ini bukan kerjaan saya! Saya cuma disuruh, sungguh!” ujarnya dengan suara yang serak. Bagaimana suaranya bisa serak seperti itu, Dipta tak ingin memikirkannya. “Siapa yang nyuruh?” tanya sang interogator. Grace Hariman hanya menggelengkan kepalanya. Belum berani mengungkap siapa dalang di balik semuanya meskipun Mas Sultan sudah tahu. “Kenal Dhanu Trihadi dari mana?” Grace masih terus dicecar dengan berbagai pertanyaan. Hening, karena Grace menolak menjawab pertanyaan menjebak tersebut. “Dua bulan lalu bertemu Dhanu Trihadi di salah satu h
ELA Ela merasa hidupnya dilingkupi kebahagiaan akhir-akhir ini. Tentu saja selain karena kehidupan pernikahan seumur jagungnya yang berjalan begitu luar biasa, dilingkupi cinta kasih, canda tawa dan kegiatan making love yang begitu hebat; hal lain yang membuat Ela begitu bersemangat menjalani hidup adalah karena karirnya di bidang baru bersama The Fine Art Galleria begitu menantang namun penuh ilmu dan pengalaman baru! Seperti proyek yang saat ini sedang Ela geluti. Dia mendapatkan kepercayaan sebagai event manager untuk pameran mendatang yang akan digelar dalam waktu tiga bulan ke depan. The Promising Young Indonesian Artists: Art Regeneration Beyond the Time dipilih sebagai tema annual exhibition tahun ini dari Fine Art Galleria. Tentu saja Ela masuk di tengah-tengah, karena persiapan ini sudah digodok sekitar delapan bulan yang lalu, atau mendekati satu tahun selepas acara The Annual Exhibition tahun lalu sukses diselenggarakan. Ela sekarang memegang peranan yang cukup k
“Ela, tolong pelankan suaramu,” tegur Mbak Rengganis yang rupanya cukup kaget dengan retaliasi dari Ela atas tuduhan yang diucapkan Inggrid barusan. “Mbak Rengganis, ini tuduhan nggak berdasar! Aku jelas-jelas udah bilang ke Inggrid dan dia confirm. Bahkan setelah tim legal kasih konfirmasi ke aku, aku pun langsung teruskan ke Inggrid via email,” bantah Ela dengan jelas. Dia menggelengkan kepalanya, tak percaya jika Inggrid akan menjegalnya dengan cara picik dan klise seperti ini! Menyabotase dan menjelekkan dirinya di depan Mbak Rengganis. Apa kabar jika di manut tadi dan keluar dari ruangan. Mungkin fitnahnya bisa lebih dahsyat lagi jika dibandingkan dengan dusta yang dengan
“Kamu nggak capek pulang malam terus setiap hari gini?” Ela menoleh ke arah Mas Dipta yang sedang mengiris baby pokcoy, nanas segar dan timun jepang di atas talenan kayu untuk dijadikan jus buah.“Nggak apa-apa, aku senang kerja, Mas. Apalagi sekarang aku ada proyek baru lagi. Bantu Mbak Rengganis merencanakan soiree.” Ela berjalan pelan menghampiri sang suami sebelum akhirnya memeluk tubuh besar Dipta dari belakang dan menghidu aroma menyenangkan khas Dipta.Suaminya telah tiba di rumah setengah jam lebih cepat darinya. Tadinya Dipta ingin menghampiri galeri dan mereka bisa pulang beriringan. Tapi dengan cepat Ela tolak karena lokasi kantor Dipta dan gal
DIPTA“Apa bukti ini cukup untuk gue bawa ke papa dan Bang Hakim, Mas Sultan?” Dipta menimbang sebuah usb flash yang sudah berada di tangannya sejak Mas Sultan dan timnya berhasil mengekstraksi pengakuan dari Grace Hariman. Dipta masih mencari cara terbaik bagaimana langkah terbaik agar keluarganya masuk dalam perangkap yang Dipta ciptakan dan menggunakan bukti ini sebagai alat tawar dalam memeras Rahmat Trihadi. “Tapi masih ada satu ketakutan gue, Mas, dari masalah ini,” ujar dirinya diliputi keraguan. Mas Sultan melirik sekilas ke arahnya sebelum kembali menyesap scotch kesukaannya di bar langganan mantan atasannya dengan tenang. “Tell me,” perintahnya. “Masalah video gue dan Ela yang masih belum jelas juntrungannya. Gue khawatir itu sudah ada di tangan Dhanu, dan dia nggak akan segan-segan memakai video itu sebagai alat tawar negosiasi dengan keluarga Dharmawan.” Dia mengungkapkan salah satu ketakutan terbesarnya. “In the end, tetap Ela yang akan dirugikan dalam pusaran politi