Tuan Alex dan Lego menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nilam membawa dua cangkir kopi yang masih mengepul. "Silakan tuan-tuan, Maaf kopinya tidak seenak yang ada di kota, maklum ini kopi kampung," ucap Nilam sambil meletakkan nampan di atas bale-bale."Terima kasih Nilam, padahal tidak usah repot-repot," ucap Lego. "Tidak merepotkan Tuan, cuma kopi saja kok. Saya ke dalam dulu ya," Nilam bergegas masuk ke dalam untuk membantu ibunya. "Go, ini bau ikan asin ya? Kok wanginya sama seperti di rumahku?" Tanya Tuan Alex sambil mengendus-ngendus hidungnya. "Dasar orang kaya, tidak pernah makan ikan asin," gerutu Lego dalam hati."Iya itu ikan asin, makan akan bertambah nikmat bila lauknya ikan asin ditambah sambal terasi. Bukan ikan salmon ditambah saus keju," jawab Lego ketus.Tuan Alex terkekeh geli melihat ekspresi wajah Lego.Udin terlihat keluar dari dalam, membawa tikar. Rencananya mereka akan makan sambil lesehan. Lama kemudian terlihat Titin dan Nilam membawa makanan langsung
"Sudahlah Belda, jangan hiraukan lagi sih Alex itu. Bukannya kamu ingin bercerai dengan dia? Kamu kan sekarang sudah menjadi bintang foto model. Dulu kamu menikah dengan Alex hanya karena kamu terkendala biaya kan? Sudahlah tidak usah banyak pikiran lagi. Kita bisa menikah di sini," ucap Perta terlihat santai. "Tidak bisa begitu Perta! Aku ini masih istri orang. Masa aku harus menikah dengan kamu!" Sentak Belda."Ya harus bagaimana lagi, dia sudah meninggalkan kamu, karena mengetahui perselingkuhan kita. Mungkin dia sedang mengurus perceraian di sana," tukas Alex dengan nada sinis.Belda menghembuskan nafasnya kasar, perasaannya tidak karuan. Di satu sisi dia membutuhkan Alex selalu memberikan kemewahan. Satu sisi Dia sangat mencintai Perta, laki-laki cinta pertamanya dulu. "Ya sudahlah kalau, aku bereskan dulu pekerjaan sampai kontrak kerjaku selesai. Selama 2 tahun aku tinggal dulu di Paris, setelah 2 tahun aku kembali ke Indonesia. Biar aku jalani saja hidup seperti ini," akhirny
Udin dan Nilam menoleh ke arah belakang, ternyata seorang pria yang berpakaian rapi, sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Matanya menatap tajam ke arah 2 SPG yang sombong itu. Salah seorang SPG langsung mendekati si pria berpakaian rapi itu, " ini Pak Bos ada orang yang hendak melamar pekerjaan ke sini, tapi kan lihat penampilannya dulu. Tadi aku sempat menegur karena memegang mobil. Pak Bos tahu sendiri kan mobil harus kelihatan bersih."Nilam dan Udin terkejut mendengar perkataan si SPG itu. Wajah Nilam langsung terlihat emosi, padahal mereka sudah mengatakan kedatangannya ke dealer untuk membeli mobil. Si pria berdasi itu langsung menatap ke arah Nilam dan Udin. Tatapan matanya sangat tajam, seakan-akan curiga dengan kedatangan Nilam dan Udin. "Benar apa yang dikatakan sama pegawai saya?" Tanya si pria itu. "Maaf kedatangan saya ke sini ingin membeli mobil, Saya tidak ingin melamar pekerjaan," jawab Udin tegas. "Alahhh, jangan ngeles Pak. Mana mungkin orang seperti Bapak m
"Iya, itu mobil dan motor punya siapa?" Tanya ibu-ibu yang kebetulan sedang berkerumun di sebuah warung. "Kok sepertinya mobil itu berhenti di depan rumah Pak Udin ya?" Tanya Bu Nurma sambil menunjuk ke rumah Udin."Benar, Masa sih Pak Udin membeli mobil? Mana motornya 2 buah lagi," jawab Bu Rita, kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri, melihat ke rumah Udin. "Iya, wah, wah. Rupanya mereka habis membeli mobil dan motor. Mereka punya uang dari mana ya?" Tanya Ceu Dede pemilik warung."Jangan-jangan....." Bu Nurma menghentikan ucapannya. "Jangan-jangan apa Bu Nurma?" Tanya Ceu Dede."Ah, tidak," jawab Bu Nurma."Lho, kenapa tidak diteruskan? Dengar-dengar ya, si Nilam itu dinikahi sama majikannya. Dan anaknya dibawa ke sini," ujar Bu Rita."Eh, kabar itu tidak benar Bu Rita. Aku sendiri mendengar dari kakaknya Pak Udin. Kalau Nilam itu membawa anak majikannya yang cacat dan penyakitan. Dia dikasih uang sebanyak 1 miliar," tukas Bu Nurma. "Hah!" Mata kedua ibu-ibu itu hendak melompa
Tuan Alex terbangun dari tidurnya, tubuhnya tampak berkeringat, ternyata dia mimpi bertemu dengan Nizam. Lego menatap Tuan Alex karena merasa kaget tiba-tiba dia terbangun. Lego buru-buru mengambilkan tisu, lalu diberikan sama Tuan Alex, " elo mimpi ya?"Tuan Alex mengambil tisu di tangan Lego, lalu mengelap dahinya yang berkeringat, juga bagian leher belakangnya. "Entahlah, aku bermimpi, tiba-tiba anak itu memanggilku papa. Apa mungkin aku kangen sama dia ya?" Tanya tuan Alex."Yang namanya ikatan batin, ayah dan anak pasti ada. Jadi jangan heran, kamu pasti merindukan dia," jawab Lego.Tuan Alex terdiam, dia malah menyandarkan punggungnya di kursi, matanya terpejam. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa kangen ingin sekali bertemu dengan Nizam.Lego yang mengetahui kegunaan hati sahabatnya, langsung memberikan saran. " Bagaimana kalau Nizam dibawa ke sini lagi juga sama Nilam. Biar kamu setiap hari bertemu, toh mungkin Nilam juga setuju."Tuan Alex menoleh ke arah Lego, " apa mungkin Ni
Kabar mengenai Nilam membeli sebuah mobil dan dua buah motor langsung merebak dan menjadi bahan gosip di lingkungan tempat tinggalnya. "Aku dengar-dengar sih, katanya dia mendapatkan uang 1 miliar, karena mengurus anak majikannya," ucap salah seorang Tetangga. "Iya benar, aku mendengar hal itu. Tapi kalau aku tidak mau, katanya sih bayinya penyakitan. Sampai-sampai kedua orang tuanya memberikan bayi itu sama Nilam, dengan upah 1 miliar," tukas tetangganya yang lain."Sama, aku juga tidak mau. Lagian aku tidak suka anak kecil, mendengarkan lisan saja telingaku langsung sakit," tambah tetangga yang satunya. Mereka bertiga terus membicarakan Nilam, sampai akhirnya bibi Lasmi mendekati mereka, kebetulan lewat nggak pulang ke rumahnya." Heh, Kalian sedang membicarakan Nilam ya?" Tanya bibi Lasmi sambil duduk di samping mereka bertiga."Iya, jujur saja. Kami kaget juga mendengar si Nilam mendapatkan upah 1 miliar. Harusnya tetangga dibagi dong, punya rezeki kok pelit banget," jawab teta
"Iya, dia sepertinya keberatan, membawa Nizam kembali ke Jakarta," ucap tuan Alex dengan wajah kecewa."Loe sih, dulu membuang anak, sekarang menyesal kan," ucap Lego, sedikit menyalahkan tuan Alex."Itu bukan kemauan aku Lego! Itu kemauan Belda!" Sergah tuan Alex dengan wajah tidak senang. "Sama saja! Kenapa loe dulu tidak melarang si Belda yang kurang ajar itu!" Balas Lego."Karena loe terlalu bucin sama si Belda! coba loe pakai sedikit otak!" Sentak Lego.Tuan Alex terlihat diam, percuma melawan Lego, tapi memang apa yang dikatakan sama dia ada benarnya."Sorry, aku memang salah, Go. Jujur saja, aku malu punya anak cacat dan penyakitan. Padahal aku sangat berharap kalau Belda bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan sempurna," ucap Tuan Alex melemah."Kamu seharusnya banyak bersyukur, hidup ini penuh dengan ujian, salah satunya ya, itu tadi. Loe sama Belda dikasih seorang anak laki-laki sama Tuhan, Apakah loe bisa merawatnya atau tidak. Nizam lahir dalam keadaan sepe
"Mungkin Bu Dewa malu ya?" Tanya Titin."Begitulah, lah hutang sudah lunas juga, masih saja nagih. Tapi untungnya, kita masih punya bukti-bukti pembayaran, coba kalau tidak, dia mau memanfaatkan kita," tukas Udin."Betul pak," ucap Titin."Ada-ada saja tetangga ya," ucap Udin sambil kembali ke belakang, karena masih banyak pekerjaan. Sedangkan Titin masuk ke dalam kamar Nilam. Ternyata Nizam agak rewel. " Kenapa dengan dedek Nizam?" Tanya Titin. "Entahlah Bu, dari tadi tumben rewel terus dedek Nizam," jawab Nilam."Sini biar ibu yang gendong," Titin langsung mengambil Nizam dari gendongan Nilam."Nanti sore kita bawa ke bidan, sekalian kan belum diperiksa, terus tanya kapan imunisasinya," ujar Titin sambil mengelus pucuk kepala Nizam."Iya Bu," jawab Nilam."Bu kapan kita ke dokter, spesialis tulang, Aku ingin tahu kondisi kaki Nizam," tanya Nilam."Kita ke bidan saja dulu, terus tanya dokter mana Yang cocok untuk menangani kaki Nizam," jawab Titin."Baiklah, Bu,"Ting.... ponselnya
Tuan Alex menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Nilam. Dia banyak mengelus dada, tapi harus bagaimana lagi. Nilam hanya satu-satunya orang yang bisa merawat Nizam dengan baik. Nilam masuk ke dalam apartemen, matanya kembali terpana melihat isi apartemen itu. Betapa tidak tidak terpana mata Nilam, saat melihat perabot yang ada di dalam apartemen. TV besar menempel di dinding tembok, belum lagi sofa yang berukuran besar. Mata Nilam sampai tidak berkedip, lalu dia menoleh ke arah Tuan Alex. "Ini kepunyaan tuan?" Tanya Nilam polos. Tuan Alex yang sudah duduk di atas sofa, langsung memijat keningnya. Terdengar suara bunyi bel dari luar. Tuan Alex buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Ternyata sopir tadi mengantarkan koper yang ketinggalan di dalam mobil. "Terima kasih," ucap tuan Alex sambil menutup pintu. Tuan Alex menyeret koper ke salah satu kamar, lalu menoleh ke arah Nilam."Tempat istirahat kamu di sini sama Nizam. Aku sebelahnya."Nilam menoleh, lalu menganggukkan k
"Lho, bukannya pekerjaan kamu masih terikat kontrak? Aduh Belda, jangan bikin aku pusing deh!" Sentak Perta.Mata Belda langsung melotot, wajahnya terlihat emosi. " Ini semua gara-gara kamu! Seandainya kita waktu itu hati-hati! Kita tidak mungkin ketahuan sama Alex!" Suara Belda meninggi. Perta tersenyum menyeringai," bukankah kamu yang menginginkan semua ini? Aku kan cuma mengikuti keinginanmu," ucap Perta sambil tersenyum mengejek. "Apa! Jadi menurut kamu? hubungan kita ini apa? Jelas-jelas kamu yang membutuhkan aku!" Balas Belda sengit."Kita sama-sama saling membutuhkan! Belda! Tapi kamu tetap keras kepala ingin pulang. Apa Kamu kira aku tidak bisa memberikan materi seperti Alex! Don't worry Belda, please. Kamu jangan pernah kembali ke Indonesia," ucap Perta dengan tegas."Sudah aku katakan sejak tadi, aku cuma ingin menyelesaikan masalah perceraianku. Setelah beres aku pulang ke Paris lagi. Kamu mengerti tidak sih? Kalau aku sudah sah bercerai dari Alex, kita tenang Perta," su
"Saya tahu, anda inginkan yang terbaik buat Anda, silakan kalau mau membawa anak Anda ke luar negeri untuk berobat. Kami tidak keberatan sama sekali, Maaf di sini bila pelayanannya kurang baik," ucap dokter itu. Sedangkan Nilam masih duduk bengong, karena tidak menyangka di jam akan dibawa ke luar negeri sama Tuan Alex."Terima kasih dok, saya minta tolong secepatnya, segera dipersiapkan surat-surat yang diperlukan buat rumah sakit di sana," ucap Tuan Alex. "Baiklah, kami akan segera mempersiapkan surat-surat yang diperlukan," jawab dokter itu. "Kalau begitu kami permisi dulu," Tuan Alex langsung bangkit dari tempat duduknya, selalu mengulurkan tangan sambil mengucapkan terima kasih kembali sama dokter. Nilam mengikuti Tuan Alex dari belakang, Nilam bergegas jalan, biar sejajar dengan Tuan Alex langkahnya."Tuan, Nizam mau dibawa ke luar negeri? Terus bagaimana? Kenapa sampai dibawa ke luar negeri? Jangan atuh tuan. Berobat di sini saja, di sini juga banyak pengobatan yang bagus,
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip
"Kenapa kamu meninggalkan Belda di Paris seorang diri?" Tanya Mirna, yang tak lain adalah tante dari mantan istrinya tuan Alex."Hei! Dengarkan dulu Jeng Mirna! Anakku meninggalkan si Belda! Karena keponakanmu itu selingkuh!" Nyonya Arimbi mengeja akhiran kata dengan tegas. "Aku tidak percaya! Kalau keponakanku itu selingkuh! Atau jangan kamu kurang memberikan nafkah sama si Belda!" Mirna malah menuduh Tuan Alex yang bukan-bukan. "Jaga mulut kamu jeng Mirna! Mana mungkin anakku tidak memberikan nafkah! Kamu tahu sendiri kan, selama ini Alex selalu memenuhi keinginan keponakanmu itu!" Balas Nyonya Arimbi sengit. Ruangan keluarga jadi terasa panas, suara teriakan-teriakan terdengar dari mulut Nyonya Arimbi dan Mirna. Sedangkan Tuan Kusuma dan Tuan Alex, hanya diam sambil menahan nafas mereka. "Terus kenapa kamu meninggalkan Belda sendirian di Paris! Aku mendapat telepon dari dia, bahkan aku mendengar sampai Belda menangis, katanya kamu meninggalkan dia tiba-tiba," ucap Mirna dengan
"Mungkin Bu Dewa malu ya?" Tanya Titin."Begitulah, lah hutang sudah lunas juga, masih saja nagih. Tapi untungnya, kita masih punya bukti-bukti pembayaran, coba kalau tidak, dia mau memanfaatkan kita," tukas Udin."Betul pak," ucap Titin."Ada-ada saja tetangga ya," ucap Udin sambil kembali ke belakang, karena masih banyak pekerjaan. Sedangkan Titin masuk ke dalam kamar Nilam. Ternyata Nizam agak rewel. " Kenapa dengan dedek Nizam?" Tanya Titin. "Entahlah Bu, dari tadi tumben rewel terus dedek Nizam," jawab Nilam."Sini biar ibu yang gendong," Titin langsung mengambil Nizam dari gendongan Nilam."Nanti sore kita bawa ke bidan, sekalian kan belum diperiksa, terus tanya kapan imunisasinya," ujar Titin sambil mengelus pucuk kepala Nizam."Iya Bu," jawab Nilam."Bu kapan kita ke dokter, spesialis tulang, Aku ingin tahu kondisi kaki Nizam," tanya Nilam."Kita ke bidan saja dulu, terus tanya dokter mana Yang cocok untuk menangani kaki Nizam," jawab Titin."Baiklah, Bu,"Ting.... ponselnya
"Iya, dia sepertinya keberatan, membawa Nizam kembali ke Jakarta," ucap tuan Alex dengan wajah kecewa."Loe sih, dulu membuang anak, sekarang menyesal kan," ucap Lego, sedikit menyalahkan tuan Alex."Itu bukan kemauan aku Lego! Itu kemauan Belda!" Sergah tuan Alex dengan wajah tidak senang. "Sama saja! Kenapa loe dulu tidak melarang si Belda yang kurang ajar itu!" Balas Lego."Karena loe terlalu bucin sama si Belda! coba loe pakai sedikit otak!" Sentak Lego.Tuan Alex terlihat diam, percuma melawan Lego, tapi memang apa yang dikatakan sama dia ada benarnya."Sorry, aku memang salah, Go. Jujur saja, aku malu punya anak cacat dan penyakitan. Padahal aku sangat berharap kalau Belda bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan sempurna," ucap Tuan Alex melemah."Kamu seharusnya banyak bersyukur, hidup ini penuh dengan ujian, salah satunya ya, itu tadi. Loe sama Belda dikasih seorang anak laki-laki sama Tuhan, Apakah loe bisa merawatnya atau tidak. Nizam lahir dalam keadaan sepe
Kabar mengenai Nilam membeli sebuah mobil dan dua buah motor langsung merebak dan menjadi bahan gosip di lingkungan tempat tinggalnya. "Aku dengar-dengar sih, katanya dia mendapatkan uang 1 miliar, karena mengurus anak majikannya," ucap salah seorang Tetangga. "Iya benar, aku mendengar hal itu. Tapi kalau aku tidak mau, katanya sih bayinya penyakitan. Sampai-sampai kedua orang tuanya memberikan bayi itu sama Nilam, dengan upah 1 miliar," tukas tetangganya yang lain."Sama, aku juga tidak mau. Lagian aku tidak suka anak kecil, mendengarkan lisan saja telingaku langsung sakit," tambah tetangga yang satunya. Mereka bertiga terus membicarakan Nilam, sampai akhirnya bibi Lasmi mendekati mereka, kebetulan lewat nggak pulang ke rumahnya." Heh, Kalian sedang membicarakan Nilam ya?" Tanya bibi Lasmi sambil duduk di samping mereka bertiga."Iya, jujur saja. Kami kaget juga mendengar si Nilam mendapatkan upah 1 miliar. Harusnya tetangga dibagi dong, punya rezeki kok pelit banget," jawab teta