Share

Bab 19

Penulis: UmiPutri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 13:32:04

"Mungkin Bu Dewa malu ya?" Tanya Titin.

"Begitulah, lah hutang sudah lunas juga, masih saja nagih. Tapi untungnya, kita masih punya bukti-bukti pembayaran, coba kalau tidak, dia mau memanfaatkan kita," tukas Udin.

"Betul pak," ucap Titin.

"Ada-ada saja tetangga ya," ucap Udin sambil kembali ke belakang, karena masih banyak pekerjaan.

Sedangkan Titin masuk ke dalam kamar Nilam. Ternyata Nizam agak rewel. " Kenapa dengan dedek Nizam?" Tanya Titin.

"Entahlah Bu, dari tadi tumben rewel terus dedek Nizam," jawab Nilam.

"Sini biar ibu yang gendong," Titin langsung mengambil Nizam dari gendongan Nilam.

"Nanti sore kita bawa ke bidan, sekalian kan belum diperiksa, terus tanya kapan imunisasinya," ujar Titin sambil mengelus pucuk kepala Nizam.

"Iya Bu," jawab Nilam.

"Bu kapan kita ke dokter, spesialis tulang, Aku ingin tahu kondisi kaki Nizam," tanya Nilam.

"Kita ke bidan saja dulu, terus tanya dokter mana Yang cocok untuk menangani kaki Nizam," jawab Titin.

"Baiklah, Bu,"

Ting.... ponselnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erica Sally Ruran
next please. thank you
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 34

    "Terus kenapa kamu? Kalau tidak diundang datang?" Tanya Tante Mirna. "Ya kan bentuk solidaritas, setidaknya aku menjalin silaturahmi sama mantan keluarga suamiku," jawab Belda dengan wajah ditekuk."Kamu tahu siapa keluarga suami kamu itu kan? Dia itu bukan keluarga biasa. Mereka itu konglomerat, aduh Belda, sudah deh jangan bikin malu Tante kalau tidak diundang," ketus tante Mirna dengan wajah kesal. "Biarin atuh tante, kalau tidak cara seperti ini, acara apa lagi aku harus merebut perhatian Mas Alex sama Nizam," tukas Belda, wajahnya masih memperlihatkan tidak senang dengan ucapan tante Mirna."Tapi....." Ucapan tante Mirna langsung dipotong sama Belda. "Sudahlah tante jangan banyak komentar, aku sekarang pergi," Belda buru-buru menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas. Dia Lalu keluar dari rumah tante Mirna, menuju rumah tante Lala. "Aku harus bisa merebut perhatian mereka berdua, dengan cara apapun aku harus bisa," tekad Belda begitu besar untuk kembali memiliki keduany

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 33

    Nilam menyambut kedatangan orang tua dan adik-adiknya. Mereka datang menjelang magrib. Titin yang kangen dengan cucunya langsung menggendong Nizam, cucunya itu terlihat senang dalam gendongan neneknya. Kedua adiknya Nilam langsung beristirahat di lantai atas, mungkin mereka kelelahan selama dalam perjalanan.Nizam terus bermanja-manja dalam gendongan Titin. Cucunya itu terlihat sangat kangen sama neneknya. Pipi Titin sampai di cium berkali-kali sama Nizam."Sayang, makin tambah cakep aja cucu nenek," Titin terus menciumi pipi Nizam yang gembul. Nizam duduk di pangkuan Titin, lalu dia Udin. Dia terlihat sangat senang dengan kedatangan keluarga dari ibunya. Nilam masih terlihat lemas, wajahnya tampak pucat. Bibirnya juga terlihat kering, matanya terlihat sembab dan sayu."Kamu masih pusing Teh?" Tanya Titin. "Iya Bu, malah aku terasa mual," jawab Nilam pelan. "Sudah periksa ke dokter belum?" Tanya Titin. "Belum," jawab Nilam sambil menggelengkan kepalanya."Bau makanan tidak? Kalau

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 32

    "Ada apa Wak Ratmi?" Ternyata kakaknya Udin yang datang, wajah beliau tampak murung. "Ada apa Ceu ke sini?" Tanya Udin. "Hmmmm, Aku butuh uang Din," jawab Wak Ratmi sambil menundukkan kepala.Udin menautkan kedua alisnya, karena baru seminggu kemarin kakaknya minta uang. "Lho, bukannya hari Minggu kemarin Udin ngasih 200 ribu? Memangnya uang itu sudah habis lagi?" Tanya Udin. "Kemarin dipinjam sama si Herni menantuku. Katanya buat bayar anak sekolah," jawab Wak Ratmi. Udin menghela nafasnya dalam-dalam, seandainya dirinya bukan seorang laki-laki, harus bertanggung jawab sama kakak perempuannya. Artinya sedikit jengkel tapi harus bagaimana lagi. "Memangnya ceuceu butuh berapa?" Tanya Udin. "Aku butuh sekitar 1 juta, nanti aku bayar kalau sudah panen kelapa," jawab Wak Ratmi. "Besar amat sih ceu?" Tanya Udin, terlihat wajahnya terkejut. "Itu uang buat si Tatang, katanya dia punya hutang di kantor," jawab Wak Ratmi."Hutang apa memangnya?" Tanya Udin ingin tahu. "Sudahlah janga

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 31

    Nilam turun dari mobil, dia terlihat cantik sekali, baju gamis yang dikenakannya sangat cocok dengan postur tubuhnya yang langsing, demikian pula dengan hijab yang dikenakan. Pokoknya penampilan Nilam sangat sempurna."Terima kasih pak," ucap Nilam sama sopir pribadinya, dia selalu ramah dan sopan pada siapapun. Nilam tidak pernah membeda-bedakan orang, begitu pula di rumahnya. Dia selalu bersikap baik, bahkan selalu mengajak para pegawainya untuk makan bersama.Tangan Nilam terlihat membawa paperbag yang isinya makanan kesukaan Tuan Alex. Begitu masuk ke lobby, berapa orang pegawai mengangguk hormat. Saat si resepsionis sedang bersitegang dengan Belda, matanya menangkap sosok Nilam yang baru masuk. Resepsionis itu wajahnya langsung berubah ramah, dia langsung menyapa Nilam."Selamat siang Nyonya Nilam," ucap resepsionis itu sambil tersenyum meramal. Sontak Belda menoleh, karena wajah si resep tiba-tiba berubah. Dia ikut menoleh, wajahnya langsung tercengang melihat Nilam sedang be

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 30

    Nilam turun dari mobil, dia terlihat cantik sekali, baju gamis yang dikenakannya sangat cocok dengan postur tubuhnya yang langsing, demikian pula dengan hijab yang dikenakan. Pokoknya penampilan Nilam sangat sempurna."Terima kasih pak," ucap Nilam sama sopir pribadinya, dia selalu ramah dan sopan pada siapapun. Nilam tidak pernah membeda-bedakan orang, begitu pula di rumahnya. Dia selalu bersikap baik, bahkan selalu mengajak para pegawainya untuk makan bersama.Tangan Nilam terlihat membawa paperbag yang isinya makanan kesukaan Tuan Alex. Begitu masuk ke lobby, berapa orang pegawai mengangguk hormat. Saat si resepsionis sedang bersitegang dengan Belda, matanya menangkap sosok Nilam yang baru masuk. Resepsionis itu wajahnya langsung berubah ramah, dia langsung menyapa Nilam."Selamat siang Nyonya Nilam," ucap resepsionis itu sambil tersenyum meramal. Sontak Belda menoleh, karena wajah si resep tiba-tiba berubah. Dia ikut menoleh, wajahnya langsung tercengang melihat Nilam sedang be

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 29

    "Mas, mau dibawain makanan apa?" Tanya Nilam keesokan harinya. Dia sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi buat Tuan Alex dan Nizam. "Udang sambal Padang, sama tumis buncis ya," jawab tuan Alex sambil menyesap kopinya. "Baiklah, sebelum jam makan siang aku datang," jawab Nilam sambil memberikan senyum manisnya. "Aku tidak mau makan di luar, selain makanan yang dibuat kamu sayang," ucap Tuan Alex lagi. Memang sekarang tuan Alex sudah jatuh cinta sama makanan yang dibuat sama Nilam. Katanya pas di lidah tidak terlalu manis tidak terlalu asin, tidak juga terlalu gurih. "Pah," Nizam memanggil Tuan Alex. "Iya sayang ada apa?" Tanya Tuan Alex tersenyum ke arah Nizam. Nizam terdiam, lalu menoleh ke arah Bik Mun, yang sedang sibuk membantu Nilam."Ada apa sayang Kok diam?" Tanya Tuan Alex penasaran. "Kemarin Nizam main sama teman. Dia itu punya adik lucu sekali, kapan sih Nizam punya adik? Memang adik bisa beli ya di toko?" Tanya Nizam dengan wajah polos. Hampir saja makanan yang berada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status