Share

Bab 10 Sangat Manis

"Membersihkan lokasi? Ini baru jam 6 lewat. Kamu pasti salah, ‘kan?" tanya Starvy dengan terkejut.

"Tidak salah. Tolong kalian berdua pergi sekarang."

"Atas dasar apa? Kami bahkan belum selesai makan." Selama ini, Miya selalu sombong dan arogan, sekarang dia bahkan lebih marah.

"Tidak ada dasar apa-apa. Restoran kami tidak menyambut kalian."

"Apa kamu tahu siapa aku?"

"Tidak tahu," jawab pelayan laki-laki itu blak-blakan.

"Kamu bahkan tidak tahu Miya Halim? Dia bintang besar, nona besar dari Grup Klan Halim." Starvy memberi tahu dari samping.

"Oh," jawab pelayan laki-laki itu, masih dengan ekspresi sangat tidak peduli. "Nona Miya, silakan lewat sini."

Miya dan Starvy menggertakkan gigi mereka dengan marah saat mereka berdiri dan bersiap untuk pergi. Tiba-tiba, mereka melihat Cintia di meja sebelah. Wanita ini ternyata ada di sini juga?! Juga terlihat ada pria asing dan anak kecil di sisinya.

Pria itu membuat terkejut wanita ambisius seperti Miya. Sejak kapan ada seorang pria yang begitu tampan di Kota Bandung?! Di industri hiburan pun belum pernah melihat pria setampan ini.

"Kak?" Starvy tersadar dan memanggilnya.

Cintia tidak memedulikan, seolah-olah dia tidak melihatnya.

Saat Starvy melihat Samuel, dia juga dikejutkan oleh pria tampan seperti itu dan merasa sedikit cemburu. Ternyata Cintia mampu menemukan pria setampan itu. Rein pun tidak bisa melampauinya. Hati Starvy merasa tidak senang, dan saat berikutnya dia tiba-tiba ingat dan buru-buru berkata, "Apakah dia petugas pemadam kebakaran yang kamu suka itu?"

Miya tidak bisa tidak merasa sedikit kecewa. Pantas saja dia tidak pernah melihatnya sebelumnya. Ternyata dia bukan orang yang sekelas dengan mereka.

"Apa di sampingnya itu putranya? Bahkan jika sedih karena putus dari Kak Rein dan ingin mencari kenyamanan dari seorang pria, atau sengaja balas dendam pada Kak Rein, kamu juga tidak bisa mencari seorang pria yang sudah punya anak untuk menghancurkan dirimu sendiri!" Starvy melihat Erikson lagi.

Erikson mengerutkan alis dan memandang Starvy dengan penuh rasa permusuhan. Starvy tampaknya baik, tapi sebenarnya, dia menyindir. Dari satu sisi, kata-katanya mempermalukan Cintia, dan dari sisi lain, dia mengatakan kepada Samuel bahwa dia hanya ban cadangan, memprovokasi hubungan. "Dan ternyata kamu malah membawanya makan di sini? Harga lauk di sini setidaknya harus menghabiskan lima digit!"

Cintia tiba-tiba berdiri dari meja makan, lalu memandang Starvy dengan sorot mata dingin.

Dia tidak ingin memedulikannya. Setidaknya dia tidak ingin kehilangan kendali di depan Erikson, tapi tidak ingin membuat Starvy merasa arogan. Dia perlahan-lahan menutupi telinga kecil Erikson.

"Kusarankan kamu jangan terus bertindak jahat tapi masih tidak tahu malu!" Suara Cintia sangat dingin. "Apa kamu pikir semua orang suka memungut sampah seperti kamu, Rein .... Seorang pria yang bahkan tidak bisa mengendalikan anggota tubuh bawahnya, apa layak untuk kuratapi dan balas dendam? Sejak hari aku minta putus, Rein tidak ada artinya lagi di duniaku!"

"Kamu ...." Wajah Starvy menjadi pucat ketika Cintia mengatakannya.

Miya berbicara dengan nada dingin dan sarkastik, "Tidak bisa memilikinya jadi mengatakan dia buruk."

Cintia meliriknya dengan tajam. Miya juga tidak takut padanya, lalu menatapnya dan berkata, "Pada awalnya, orang-orang di Kota Bandung tahu kamu orang seperti apa! Betul juga, kakakku tidak menginginkanmu lagi. Orang sepertimu hanya layak bersama pria sepertinya!"

Saat berbicara, dia melirik Samuel lagi.

Sudah orang rendahan, malah masih punya anak. Ini sudah benar-benar membuat Miya putus asa. Dia tidak akan serendah Cintia sampai harus memelihara pria seperti itu!

"Pria macam apa?!" Samuel memelototinya. Suaranya dalam dengan nada dingin dan gelap.

Starvy dan Miya langsung merasa takut dan tegang. Miya tanpa sadar menggigit bibirnya dan tidak berani untuk mengatakan apa-apa lagi. Starvy juga tidak berani.

"Kamu tidak berhak menilai aku orang seperti apa!" Suara dingin Samuel berkata lagi, "Adapun hubunganku dengan Cintia? Betul! Aku menyukainya dan sedang mencoba untuk mengejarnya. Jadi setiap kali seseorang memengaruhiku mengejar Cintia, aku tidak akan tinggal diam. Ini bukan peringatan, itu ancaman!"

Selesai mengatakannya, Samuel melirik.

Pelayan buru-buru mendekati dan berkata dengan nada dingin, "Mari, silakan lewat sini."

Starvy dan Miya sangat takut dengan kata-kata pria itu. Butuh waktu lama untuk pulih dari keterkejutan mereka.

Miya menggertakkan giginya dan berkata, "Kenapa mereka tidak pergi?"

Mengapa mereka yang harus membiarkannya pergi!

"Karena hanya perlu mempersilakan pergi dua orang."

Miya marah dan berteriak, "Aku tunangan Tuan Muda Chandra dari Grup Purnomo. Kamu berani mengusirku?"

Pelayan laki-laki itu terpana sesaat dan saat berikutnya memandangnya dengan sorot mata konyol.

"Keluar dari sini sekarang," perintah Miya.

"Jika kalian berdua tidak pergi, aku akan mencari satpam," kata pelayan laki-laki itu lagi dengan nada dingin.

"Kamu!" Wajah Miya berubah merah karena kesal.

"Sudahlah, Miya, kita pergi dulu." Starvy takut menyebabkan masalah, jadi dia cepat menariknya dan meninggalkan kata-kata kasarnya, "Lain kali jangan akan datang makan ke sini lagi."

"Tidak ada lain kali, kalian berdua telah masuk daftar hitam restoran."

Miya hampir meledak dengan kemarahan. Starvy melihat Miya kehilangan kendali dan cepat menariknya lagi. "Mungkin ada paparazi di sekitar sini. Bersabar dulu, nanti baru buat perhitungan dengan mereka."

Miya juga khawatir andai ada orang yang ingin membuat masalah akan merugikan dirinya. Jadi, dia hanya bisa menekan amarah dan pergi dengan Starvy .

Setelah mereka pergi, tempat itu segera menjadi tenang. Meja makan kembali normal. Cintia melihat bahwa Erikson tidak tahu bagaimana menggunakan pisau dan garpu, jadi dia memotong steaknya menjadi potongan kecil di piringnya dan menukarnya dengan steak Erikson.

"Terima kasih, Ibu." Erikson berdiri dengan bahagia dan mencium pipi Cintia.

Samuel menoleh dan melihat ke atas. Terlihat senyuman Cintia yang menyenangkan. Dia menundukkan kepalanya dan memotong steak.

Piring steak itu diambil oleh sebuah tangan yang panjang. Cintia sedikit terkejut. Dia melihat Samuel memotong menjadi potongan kecil steak dan menggantikannya dengannya. Cintia merapatkan bibirnya dan perlahan-lahan berkata, "Terima kasih."

"Kamu bisa mengungkapkannya dengan tindakan." Samuel menurunkan pandangannya dan perlahan-lahan terus memotong steak dengan elegan.

Sebenarnya dia tidak benar-benar mengerti seberapa buruk seleranya sampai Rein, Starvy dan lainnya menganggap Samuel sebagai petugas pemadam kebakaran.

"Seperti Erik." Samuel menambahkan.

Sudah tentu Cintia tahu apa yang dia maksud. Dia berkata," Aku akan memotong steak untuk Erik, dan kamu memotong steak untukku. Ini juga termasuk timbal balik kesopanan."

Samuel tampaknya tersenyum singkat. Lalu perlahan-lahan berkata, "Bisa dibilang begitu."

Setelah makan makanan utama.

Erikson senang makan makanan pencuci mulut.

"Ibu, cobalah makanan penutup ini, enak sekali." Erikson merekomendasikan dengan penuh semangat.

Cintia tidak bisa menolak Erikson dan menurunkan kepalanya untuk menggigit.

"Manis tidak?"

"Manis."

"Oh, ya?" Samuel yang awalnya menundukkan kepalanya sambil melihat ponselnya, seolah-olah sedang berurusan dengan sesuatu. Ketika dia mendengar percakapan mereka, dia menjawab, "Aku juga mau coba."

Erikson mengerutkan keningnya. Ayahnya tidak pernah makan makanan manis. Erikson dengan patuh menyuapi Samuel dengan sendok.

Cintia menelan kata-kata ke bibirnya lagi. Dia ingin mengingatkan Erik untuk mengganti sendok. Jadi, dia dan Samuel .... Cintia pura-pura tidak tahu.

Setelah selesai makan, Erikson bertanya dengan penuh harap, "Ayah, manis tidak?"

"Manis." Samuel merapatkan bibirnya dan tiba-tiba melihat ke atas Cintia, lalu menambahkan, "Sangat manis."

Cintia tiba-tiba merasakan wajahnya terbakar. Dia selalu merasa bahwa kata "manis" Samuel ini memiliki arti yang mendalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status