Share

Bab 9 Makan Malam

Tak lama kemudian.

Marcel mengundang Samuel untuk rapat.

Samuel keluar dari ruang rapat.

Rein sedang menunggu di ruang tunggu, lalu dia melihat ada sekelompok orang berjalan melalui jendela.

"Apakah itu Tuan Samuel?" tanya Rein.

Sekretaris itu langsung melirik ke luar dan dengan cepat menjawab, "Benar. Tuan Samuel akan menghadiri rapat sekarang."

Rein meletakkan cangkir tehnya dan melihat lebih saksama.

Kebetulan, Marcel menoleh ke arahnya.

Rein tersenyum pada Marcel dan menganggukkan kepala untuk menyapa.

Marcel mengerutkan kening.

Kemudian, Marcel juga mengangguk balik dengan sopan.

Marcel pun segera mengikuti bosnya masuk ke dalam lift.

Marcel tidak tahu kalau dari sudut pandang Rein, Rein tidak dapat melihat Samuel sama sekali. Rein hanya bisa melihat orang-orang mengitarinya.

Rein duduk kembali di kursi sambil menunggu Samuel.

Grup Klan Purnomo akan membangun kawasan bisnis internasional yang terkemuka di Bandung, kawasan ini akan selesai dalam waktu dekat. Bisnis utama Grup Klan Halim adalah pakaian yang mewah, sehingga memerlukan kawasan bisnis untuk menetap. Kalau Rein dapat menjalin relasi lebih awal dengan Samuel, mungkin dia akan mendapatkan keuntungan kelak.

Rein sudah menunggu sepanjang pagi, sedangkan Samuel masih menghadiri rapat.

Ketika Rein bertanya pada siang hari, dia diberi tahu kalau Samuel sudah pergi makan siang bersama para rekannya. Samuel akan kembali kemari pada sore hari.

Ketika Rein bertanya pada sore hari, dia diberi tahu kalau Samuel pergi ke lokasi konstruksi untuk memeriksa lapangan, mungkin Samuel akan kembali.

Namun, pada malamnya, semua orang sudah pulang kerja, termasuk Samuel!

Wajah Rein menjadi pucat.

Bagaimanapun juga, Rein adalah putra tertua dan manajer dari Grup Klan Halim, perusahaan terkemuka di Bandung. Bisa-bisanya Samuel tidak datang menemui Rein. Meskipun sektretaris terus meminta maaf, Rein merasa kalau Samuel sengaja mempermainkan dirinya!

Rein dan Samuel tidak pernah berselisih ….

Rein meninggalkan Grup Klan Purnomo dengan marah.

Rein duduk di dalam mobil dan menjawab telepon, "Starvy."

"Kak Rein, kamu seharian ini berada di Grup Klan Purnomo. Apakah kamu sudah mengobrol bersama Tuan Samuel dengan menyenangkan?" ucap Starvy menyelamati.

Wajah Rein menjadi makin kesal.

"Aku sedang makan bersama Miya di luar. Apakah kamu ingin kemari? Atau kamu akan makan malam bersama Tuan Samuel?"

"Kalian makan saja, jangan menungguku."

Rein tentu tidak akan mengatakan kalau dia bahkan belum bertemu dengan Samuel. Rein sama sekali tidak berminat untuk berhadapan dengan mereka berdua saat ini.

"Kamu kenapa? Apakah suasana hatimu sedang buruk?" Starvy mulai menyadari.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah. Aku ingin pulang dan beristirahat."

"Kalau begitu, istirahatlah yang baik." Starvy terlihat sangat perhatian, "Oh iya, kamu sudah berjumpa dengan Tuan Samuel hari ini, bagaimana penampilannya? Apakah dia tampan?"

"Tidak juga." Rein berkomentar, "Tampangnya biasa saja."

"Aku juga mengira begitu." Starvy tersenyum, "Kak Rein, aku tutup telepon dulu, kami sudah mau sampai."

Rein pun menutup teleponnya.

Wajahnya menjadi sangat cemberut.

Rein sudah dibuat kesal setengah mati oleh Cintia di pagi hari, dia juga dibuat naik pitam oleh Samuel di sore hari.

Rein sangat kesal sampai tubuhnya gemetar!

Di Berlin Mansion.

Cintia berencana untuk memesan makanan dari luar untuk makan malamnya.

Ponselnya berdering.

Panggilan dari nomor yang tidak dikenal di pagi hari tadi. Nomor telepon itu penuh dengan angka delapan, sangat mudah untuk diingat.

Cintia menarik napas dalam-dalam dan langsung memikirkan alasan untuk menolak ajakan pada malam ini.

"Mami!" Suara Erikson dengan jelas terdengar dari ponsel.

Penolakan Cintia berhenti di mulutnya, dia tidak dapat mengucapkannya.

"Mami, aku rindu padamu. Ayah dan aku akan pergi menjemputmu, kita makan malam bersama. Kami akan sampai sekitar sepuluh menit lagi," ucap Erikson dengan semangat.

"…"

Samuel ini benar-benar licik.

Cintia akhirnya berjalan keluar dengan tongkat terkepit di ketiaknya.

Di gerbang perumahan.

Samuel sedang bersandar di mobil Maybach miliknya. Dia menarik banyak perhatian, bahkan lebih menarik perhatian daripada mobil miliknya.

Cintia menoleh dan melihat banyak orang di sekeliling tidak dapat berhenti menatap Samuel.

Baik yang pria maupun wanita, baik yang tua maupun muda.

Namun, Samuel mengabaikan mereka semua. Sampai Samuel melihat Cintia datang, dia baru terlihat fokus. Samuel pun berjalan dengan kaki panjangnya dan langsung mengambil tongkat terkepit di ketiaknya Cintia.

Cintia mengerutkan keningnya.

Tak lama kemudian.

Samuel menopang Cintia dan berjalan menuju mobil.

Orang-orang di sekitar yang melihat sepertinya menjadi makin banyak.

Cintia menarik napas dalam-dalam, lalu membiarkan Samuel membantunya.

Setelah masuk ke dalam mobil.

"Mami." Suara Erikson yang imut dan jernih pun terdengar, dia tersenyum manis pada Cintia.

Hati Cintia pun melembut setiap kali berjumpa dengan Erikson.

Padahal, mereka hanya tiga hari tidak berjumpa.

"Mami, aku sangat merindukanmu." Erikson memeluk Cintia erat-erat dan berkata dengan penuh semangat, "Kata ayah, dia akan membawa kita pergi makan malam yang enak. Mami, apakah kamu sudah lapar?"

"Aku sudah lapar," jawab Cintia tersenyum.

"Aku juga lapar. Ayo, kita makan yang banyak nanti."

"Baiklah."

Suara bahagia Erikson dan Cintia terdengar sepanjang perjalanan.

Samuel yang duduk di samping mereka tidak menyela pembicaraan, tetapi dia terlihat jelas sedang tersenyum.

Tiba di restoran.

Mereka dilayani oleh pelayan, kemudian duduk di meja makan dengan jendela.

Setelah duduk tidak lama.

Cintia pun melihat sekitarnya.

Samuel memerhatikan gerakan Cintia itu dengan saksama, walaupun Samuel masih memegang menu makanan dan sedang memesan.

Samuel melirik ke samping.

Samuel melihat ada Starvy sedang duduk di meja sebelah.

Starvy sedang asyik mengobrol dengan Miya saat ini.

Miya adalah adik kandung Rein. Dulu Starvy benar-benar dapat menarik perhatian Rein dan merebutnya dari Cintia, semua itu juga berkat jasa Miya.

"Bukankah kamu akan syuting drama terbaru lagi?" tanya Starvy.

Miya saat ini sedang berkecimpung di dalam industri hiburan. Miya memang tidak terlalu terkenal, tetapi dia masih memiliki penggemar.

"Ya, tapi untungnya, lokasi syuting berada di Bandung. Kalau terlalu jauh, aku tidak akan pergi," jawab Miya yang terdengar sedikit angkuh.

"Aku akan sering pergi menemuimu," kata Starvy. Kemudian, Starvy tiba-tiba teringat, "Oh iya, bukankah Grup Klan Purnomo juga mensponsori drama ini?"

"Jangan membahas Grup Klan Purnomo lagi, itu hanya membuatku kesal." Miya mulai terlihat jijik.

"Memangnya kenapa?"

"Semua itu karena Tuan Samuel dari Grup Klan Purnomo yang sudah pulang kemari. Katanya, dia tertarik padaku dan ingin berkencan denganku."

"Benarkah?" Starvy terkejut.

Samuel tidak menanggapi dan terus memesan.

Samuel terus bertanya pada Cintia, apa makanan yang dia sukai.

"Aku sangat kesal." Miya berkata dengan marah, "Bagaimana mungkin aku bisa suka padanya! Dia sangat jelek dan sudah punya anak. Siapa yang mau dengan barang bekas!"

"Benar juga. Kamu cantik seperti kembang. Tuan Samuel itu tidak pantas untukmu, " puji Starvy.

"Yang aku khawatirkan, Tuan Samuel akan memaksakan kehendaknya karena dia menyukaiku. Kamu juga tahu status keluarganya di Bandung. Ayahku pasti akan menyetujuinya," kata Miya dengan wajah sedih.

"Itu semua karena kamu terlalu cantik dan sangat memesona," canda Starvy.

Miya sangat bangga, dia sangat menikmati sanjungan-sanjungan itu.

Sedangkan Starvy sangat mengerti apa yang disukai Miya.

"Sudahlah, jangan bicarakan dia. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu dan kakakku sekarang? Kenapa dia masih belum mengumumkan pemutusan pertunangannya dengan Cintia?"

"Bagaimanapun juga, Rein dan kakakku telah jatuh cinta selama bertahun-tahun. Rein juga harus mempertimbangkan posisi kakakku," kata Starvy penuh perhatian.

"Mempertimbangkan posisi Cintia?" Miya merasa tidak percaya, "Untuk apa memikirkan orang seperti dia? Dia sudah menggoda pria lain di usia delapan belas, bahkan sampai hamil di luar nikah. Kalau jadi aku, akau akan lekas bunuh diri. Bisa-bisanya dia masih punya muka untuk menampakkan dirinya!"

Cintia yang berada di meja sebelah pura-pura tidak mendengar apa pun dan menemani Erik untuk memilih hidangan penutup yang Erik sukai.

"Aku mau ke kamar kecil." Samuel tiba-tiba berdiri.

Cintia pun mengiyakan.

Samuel segera kembali.

Di waktu yang sama, ada pelayan pria di restoran berjalan menuju Starvy dan Miya, "Maaf, kami ingin mengemas meja ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status