Share

Bab 5 Aku Berbeda Dengan Pria Brengsek Itu

"Erik demi menunggumu, tidur terlambat satu jam dari biasanya," ujar Samuel, mencairkan suasana.

Hati Cintia sedikit tergerak, dia mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Sebenarnya, Tuan Samuel bisa menjelaskan pada Erik kalau aku bukan mamanya."

Samuel hanya melihatnya dengan wajah murung.

Keheningan yang tiba-tiba ini membuat Cintia berpikir apakah dia sudah salah bicara?!

Tanpa banyak berpikir, Cintia menambahkan, "Kebakaran itu hanyalah kecelakaan. Tuan Samuel tidak perlu sengaja mengantarkan makanan untukku. Aku tidak memerlukan dua perawat itu. Selain itu, aku akan membayar uang ponsel itu."

"Aku kira Nona Cintia adalah orang yang cerdas."

"..."Jadi bagian mana yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh?!

"Erik membutuhkan sosok mama," kata Samuel dengan suara berat.

"Terus?" tanya Cintia dengan kebingungan.

Samuel menatap Cintia cukup lama.

Pelan-pelan, nada bicaranya menjadi berat, "Apalagi dia menyukaimu, jadi sangat jelas terlihat kalau aku sedang mengejarmu."

"..." Dia benar tidak melihatnya.

Hanya merasa semua yang dilakukannya sudah mempengaruhi kehidupannya.

"Nona Cintia tidak perlu langsung memberi jawaban padaku, lagian kita ...." Samuel terdiam sejenak, seperti sedang mencari kata-kata yang pas dan akhirnya menambahkan, "belum akrab."

Jelas-jelas mereka hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu.

Cintia menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tetap tenang dan berkata, "Apa Tuan Samuel tidak terlalu bermain-main dengan perasaanku?"

Samuel mengangkat alisnya.

Pada awalnya, dia bukan orang yang mudah untuk didekati. Sekarang justru membuatnya makin tidak akrab, juga merasa segan.

"Karena putramu menyukaiku, jadi kamu mengejarku? Bagimu, aku hanya sebuah alat? Lalu kalau putramu tidak menyukaiku lagi dan menyukai wanita lain, dengan begitu Tuan Samuel akan mengejar wanita lain, begitu?" Cintia dengan nada bicara yang agak keras, kemudian menstabilkan kembali perasaannya dan berkata, "Maaf, saya tidak bisa menerima Tuan Samuel."

"Menyukaimu tidak ada hubungannya dengan putraku, hanya saja kebetulan putraku juga menyukaimu," kata Samuel terus terang.

Cintia kira dia sudah salah dengar.

Mendadak menyatakan perasaan ... ini pasti hanya bercanda?!

Mereka baru saja kenal beberapa jam.

"Nona Cintia juga tidak perlu khawatir putraku akan menyukai wanita lain," ucap Samuel, "Keturunan keluarga kami, semuanya orang yang setia."

...

Samuel ini sedang memamerkan putranya atau dirinya sendiri?

Atau sedang memberikan janji untuk Cintia?!

Cintia merasa dia tidak seharusnya dipengaruhi oleh Samuel. Dia tidak bisa memberinya tanggapan mengenai perasaannya apalagi mereka baru kenal, "Tidak peduli apa tujuan Tuan Samuel, dengan jelas saya menegaskan, saya menolak Tuan Samuel."

Samuel menatapnya dengan murung.

"Kumohon Tuan Samuel tidak menggangguku lagi, hubungan kita hanyalah sebatas korban dan penanggung jawab ...."

"Nona Cintia menolakku, tapi aku tidak menerima penolakanmu," Samuel menghentikan perkataan Cintia.

Nada bicaranya sombong.

Mata Cintia terlihat mulai marah, "Apa kau tahu bagaimana masa laluku? Aku tidak sebaik yang dibayangkan Tuan Samuel."

"Aku tidak pernah meragukan penilaianku dan aku sama sekali tidak peduli dengan yang disebut masa lalu."

"Sebelumnya juga ada yang mengatakan hal yang sama, tapi apa akhirnya?"

Lagipula, bagaimana bisa dia memepercayai orang yang baru saja dikenalnya?

"Kamu tidak seharusnya membandingkanku dengan si brengsek itu." Tiba-tiba suasana sunyi, bibir tipis Samuel bergerak sedikit dengan ekspresi yang tegas.

Cintia sedikit terkejut.

Ekspresi Samuel membuat Cintia merasa benar-benar telah menyinggungnya.

Cintia tiba-tiba tersenyum.

Dia juga tidak tahu, kenapa dia tersenyum.

Mungkin karena di dunia ini masih ada yang memihak padanya.

Dipikiran semua orang, Cintia tidak layak untuk Rein.

Bahkan ayahnya sendiri juga merasa demikian.

"Setelah ini, aku akan berusaha membuktikan perbedaan antara aku dan pria brengsek itu." Samuel melihat senyuman Cintia, tampak jelas matanya berbinar.

Arti dari kalimat yang dikatakan Samuel tadi, dia akan berusaha mengejar Cintia!

Samuel langsung berbalik pergi.

Seolah-olah tidak mau menghabiskan waktu untuk permasalahan ini.

Begitu Samuel membulatkan tekadnya, tidak ada seorang pun yang bisa mengubah pikirannya.

"Tuan Samuel." Setelah tersadar, Cintia dengan segera memanggilnya.

Samuel menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

"Aku sarankan, untuk mengetahui dulu masa laluku."

"Tidak perlu."

Dengan sangat yakin dia menjawab, setelah itu dia pergi tanpa menoleh sekalipun.

...

Cintia kembali ke kamarnya, berbaring di tempat tidurnya dan mengambil ponsel.

Setelah melihat ponselnya, Cintia baru teringat kalau dia belum membayar uang ponselnya.

Sudahlah.

Lagian Samuel terlihat tidak kekurangan uang.

Anggap saja biaya ganti rugi mentalnya.

Dengan bermodal ingatan, dia menelepon nomor yang tidak terlalu familiar, "Halo, Pak Pengacara Boy, ini aku, Cintia."

"Halo, Nona Cintia."

"Aku sekarang ingin mengambil alih Grup Galaksi peninggalan ibuku, apakah bisa?"

"Tentu saja," jawabnya. "Di dalam surat wasiat ibumu tertulis jelas kalau Grup Galaksi adalah milik Nona Cintia. Asalkan kamu menginginkannya, kapan saja itu bisa menjadi milikmu."

Sejak kepergian ibunya, Grup Galaksi berbasis pakaian yang sudah didirikan oleh ibunya Cintia sebelum menikah, dikelola oleh Jacob sebagai wali dari Cintia. Kemudian, ketika Cintia dikirim ke luar negeri, Grup Galaksi selalu berada di tangan Jacob. Saat dia mengikuti Rein kembali ke Indonesia, dia awalnya juga berencana untuk meneruskan perusahaan ibunya begitu kembali. Akan tetapi, dia telah menghabiskan terlalu banyak waktu dan tenaga untuk menangani permasalahan Klan Halim, sehingga tidak punya waktu untuk mengurus hal ini dan tertunda sampai sekarang.

"Nanti, saya ingin meminta Pengacara Boy untuk pergi ke Grup Galaksi."

"Baik, kapanpun itu," jawab Pengacara Boy Sutio.

...

Cintia sudah seminggu berada di rumah sakit.

Selama seminggu ini, Erik datang berkunjung dari waktu ke waktu, menghabiskan hampir sebagian besar waktunya bersama. Cintia tidak menolak Erik mengunjunginya, dia juga dapat berjumpa dengan Samuel setiap Erik datang kemari.

Samuel tidak semenyebalkan itu.

Sejak Samuel menyatakan perasaan pada Cintia kalau dia ingin mengejarnya pada hari itu, dia belum mulai melakukan apa pun. Terkadang sikapnya terlalu tenang seperti angin.

Cintia mulai bertanya-tanya apakah Samuel hanya berbicara basa-basi pada hari itu? Atau dia sama sekali tidak mengerti apa itu menyukai?!

Satu-satunya yang bisa membuat Cintia merasakan apa yang disebut usaha, hanya ketika Samuel tetap meminta Paman John mengantarkan makanan padanya dengan cara yang bervariasi setiap hari. Itu membuat Cintia makin menyukainya.

...

Cintia mengemasi barang-barangnya.

Sebenarnya, dia hanya membawa sebuah ponsel saja dan tidak membawa barang lain.

"Mama, apakah aku masih bisa bertemu denganmu?" Erik menatapnya dengan tatapan memelas dan tidak rela.

Berbanding terbalik dengan Samuel yang diam seperti angin di sebelahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status