Share

Bab 8 Perdebatan Kecil

Mata Samuel sedikit bergerak.

“Hari ini seharusnya adalah upacara pelantikan Starvy. Tetapi telah dikacaukan oleh Nona Cintia dan keadaan Starvy cukup tertekan," Marcel terus berbicara. "Saya tidak tahu apakah nantinya akan mulus bagi Nona Cintia untuk mengambil alih Galaksi. Bagaimana pun juga, Jacob dan Starvy yang selalu bertanggung jawab atas Grup Galaksi.”

Marcel melihat jemari bosnya yang mengetuk-ngetuk meja. Bos benar-benar berbeda terhadap Cintia. Jika tidak, dia tidak akan berusaha menyelamatkan Cintia dalam kebakaran. Hanya saja bosnya selalu menghindari wanita. Apa hatinya sudah berbunga saat baru saja sampai di Kota Bandung?

Mengenai urusan pribadi bosnya, Marcel tidak berani banyak bertanya dan hanya bisa pasrah "Bos, apa Anda ingin membantunya secara diam-diam?”

Samuel terdiam sejenak dan berkata, "Cintia bisa menjalankan Grup Galaksi sendiri, dia memiliki pendirian, dan kita hanya perlu memercayainya.”

“Benar,“ kata Marcel dengan sopan. Dia juga merasa bahwa wanita yang diincar oleh bosnya seharusnya cukup baik.

Cintia meninggalkan Grup Galaksi. Saat sampai di rumah, teleponnya tiba-tiba berdering. Dia melihat panggilan masuk itu dan memilih mengangkatnya.

“Cintia, kenapa kau berurusan dengan Starvy?" Keluhan Rein terdengar dari seberang sana.

"Masalah kita tidak ada hubungannya dengan Starvy. Kalau pun ada, kau bisa datang padaku.”

Jadi, Starvy mengadu pada Rein. Cintia sudah terbiasa dengan Starvy yang sejak kecil suka membuat kekacauan dan berpura-pura menjadi pihak yang lemah.

“Rein, kau terlalu pede. Aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku.”

"Kalau kau butuh uang, katakan saja. Lagipula, jangan karena kita putus berarti kau tidak bisa bekerja di Grup Klan Halim. Aku tidak memecatmu, kau tidak perlu menyusahkan hidupmu! Kau hanya perlu bekerja dengan baik di Grup Klan Halim, lalu mendapat gaji,” kata Rein yang seolah-olah berniat baik.

Cintia benar-benar kehabisan kata-kata. Dia menarik napas dalam,

“Rein kutekankan untuk terakhir kalinya! Pertama, ibuku menyerahkan Grup Galaksi padaku dan ini tidak ada hubungannya dengan Starvy. Lebih tepatnya, bahkan sekali pun aku tidak menerimanya, lalu menghibahkannya, bukan berarti bisa jatuh ke tangan anak terakhir! Selain itu, aku tidak mau bekerja di Grup Klan Halim lagi dan akan membereskan barangku kalau ada waktu. Kalau kau tidak tahan melihatnya, kau bisa menyuruh orang untuk membuang semuanya. Terakhir, jangan merendahkanku dengan uang, kau tidak pantas!”

Selesai bicara Cintia langsung mematikan telepon tanpa memberikan Rein kesempatan bicara lagi.

Rein yang saat ini sedang dalam mobil, ekspresi di wajahnya sulit diartikan. Cintia benar-benar menutup teleponnya, bahkan menghina niat baiknya. Kepercayaan diri macam apa yang dimiliki sampai mampu memperlakukannya seperti ini?! Rein emosi dan langsung menelepon kembali. Namun, setiap telepon yang masuk langsung dimatikan oleh Cintia tanpa belas kasihan! Tangan Rein yang menggenggam telepon gemetar menahan amarah.

Setelah menutup telepon, Rein kembali menelepon beberapa kali berturut-turut. Cintia tidak tahan. Saat ponselnya berdering lagi, tanpa melihat siapa yang menelepon.

“Kalau dirimu tidak mau dipermalukan, jangan pernah menelepon lagi,” teriak Cintia yang langsung mengangkat panggilan telepon.

“…” di seberang telepon sana jelas hanya ada keheningan. Cintia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia buru-buru melihat layar teleponnya, lalu terkejut saat melihat nomor yang tidak dikenal.

Sebelum dia bisa berbicara, suara yang rendah dan berat terdengar dari sana.

"Kalau kamu tidak keberatan menghina diri sendiri, apa mungkin untuk lanjut menelepon?”

Jantung Cintia agak berdebar. Dia tak menyangka itu adalah Samuel. Cintia memanyunkan bibirnya sambil meminta maaf dengan nada yang lembut.

“Maaf, tak kusangka itu kamu. Perkataan itu bukan untukmu.”

“Lalu untuk siapa?” Samuel mengangkat alisnya.

"Apa Tuan Samuel tahu?“ Cintia terdiam beberapa detik dan perlahan-lahan berbicara.

Samuel mengalihkan pandangan. Jari-jari yang berada di atas meja diketuk pelan sebanyak dua kali, bibir tipisnya berucap,

“Kamu butuh bantuan?“

“Tidak.” Cintia langsung menolak.

“Ada apa Tuan Samuel mencariku?” tambahnya untuk mengalihkan pembicaraan.

“Tidak apa-apa." Samuel menjawab.

Cintia keheranan.

“Mencoba nomor yang dikasih oleh Erik, apakah tersambung atau tidak?”

“… Aku bukan anak kecil.” Cintia agak marah.

Belum lagi dia yang membantu membuat nomor telepon Cintia, bagaimana mungkin dia tidak tahu?

"Apa ada waktu di malam hari?” Samuel tiba-tiba bertanya. Percakapan berubah begitu cepat, Cintia hanya membeku.

“Ayo makna malam bersama," kata Samuel.

"Aku akan menjemputmu,“ Samuel melanjutkan perkataannya.

“Maaf ....”

“Aku akan merayakan hari pertama kerja di tempat ini.”

Cintia merasa bahwa dirinya dan Samuel, masing-masing salah menanggapi. Mereka hanya menanggapi obrolannya dirinya masing-masing.

“Sampai bertemu jam enam,” teleponnya ditutup begitu saja oleh Samuel.

Cintia mengambil napas dalam, kemauan Samuel terkadang sangat sulit untuk ditolak.

Setelah berpikir sebentar, dia masih mengirim pesan ke Samuel, "Maaf Tuan Samuel, malam ini aku ada acara. Aku tidak bisa menemanimu merayakannya bersama, tapi selamat karna kamu mendapatkan pekerjaan baru.“

Setelah mengirim pesan, Cintia berpikir memberikan sebuah 66 angpao. Menganggapnya sebagai ucapan selamat. Dirinya merasa ini adalah penolakan halus dan tidak berlebihan terhadap orang asing.

Di ujung telepon sana, Samuel yang melihat angpao berisi 66 yuan seperti ini, seketika tertawa. Senyum lebar hingga hampir mematahkan rahangnya.

Apakah ini hal lama yang dilihatnya?! Bosnya benar-benar bisa tertawa. Tertawa dengan sangat aneh.

“Marcel." Samuel tiba-tiba berbicara.

“Ya, Bos.”

“Menurutmu apa maksudnya saat wanita memberi laki-laki uang?”

Marcel menatap dengan mata terbelalak.

Samuel memandangnya.

"Dukungan …?” kata Marcel sambil mengerling dengan ragu-ragu.

Lengkungan bibir Samuel menjadi lebih jelas.

Wajah Marcel mengerut. Dia tiba-tiba penasaran, berapa banyak uang yang diberikan Nona Cintia sampai membuat bosnya begitu puas?!

Tepat ketika ini, sebuah ketukan terdengar dari luar pintu.

Sekretaris berkata dengan hormat, "Tuan Samuel, Rein ingin menemui Anda secara langsung. Maaf, apakah Anda ingin menemuinya sekarang?”

Rein? Marcel tiba-tiba tersentak. Bukankah dia saingan Bos?!

“Tidak bisa." Samuel menolak.

“Kapan Anda dapat ….”

“Kapan pun tidak bisa,” jawab Samuel dengan nada yang dingin.

Sekretaris gemetar, "Baik, saya akan mengatakan pada Tuan Rein untuk pulang dulu.”

Samuel tidak mengatakan apapun, yang menandakan sebagai persetujuan.

Sekretaris pergi dengan rasa takut. Ini adalah hari pertama dirinya berkomunikasi dengan atasannya. Dia sama sekali tidak bisa mengetahui temperamennya.

“Tunggu!" Samuel seketika membuka mulut.

"Tuan Samuel,“ kata Sekretaris itu yang segera menengok ke belakang.

“Sebentar lagi aku ada pertemuan. Setelah pertemuan selesai, mungkin ada waktu luang.”

Sekretaris mengerti dan berkata, "Baik, saya akan memberitahu Tuan Rein.”

Marcel menatap sekretaris yang pergi, kemudian berbalik melihat bosnya lagi. Apa Rein datang untuk mencari mati?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status