Share

Bab 4. Hancur

     Aarav pulang ke rumah. Sesampainya di sana, dia bergegas pergi menemui ayahnya karena tidak sabar menahan rasa rindunya setelah lama tidak bertemu dengan orang tua. Ingin menghabiskan waktu bersama sang ayah meski hanya sebentar. Namun saat dia hendak membuka pintu, samar-samar dia mendengar suara aneh dari balik pintu.

Karena penasaran, Aarav pun segera membuka pintu kamar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Dan ....

Deg

Mata Aarav melotot terkejut tak percaya melihat apa yang ada di depannya saat ini. Tangisannya tumpah membasahi pipinya. Bagai ditusuk seribu duri, hati Aarav kini menjadi hancur melihat ayah yang dia sayangi bersama seorang wanita selain ibunya dalam satu ranjang. 

"Tidak ... Aku pasti lagi halu," ucap Aarav sambil menggelengkan kepalanya dan menepuk pipinya, berusaha untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa itu salah.

Melihat anaknya yang tiba-tiba datang ke kamar, Angga kaget bersamaan dengan wanita yang ada di sampingnya. segera ia  berjalan menghampiri Aarav dan mengusap wajahnya kasar.

"Aarav! Apa kau tidak punya etika? Kau tahu bukan? Kalau dari dulu Papa selalu mengajarkanmu sopan santun. Tapi apa yang kau lakukan saat ini? Masuk ruangan tanpa izin, apa itu baik!?'' tegur Angga. 

Aarav hanya diam. Dia menunduk sembari meneteskan air matanya.

"Papa ... Harusnya aku yang bertanya pada Papa, apa yang Papa lakukan? Aarav minta maaf Aarav salah. Tapi perbuatan Papa benar-benar buruk. Papa jahat!'' ucapnya kemudian berbalik pergi meninggalkan kamar Angga dengan berlari ke kamarnya. Sedangkan Angga hanya diam menatap kepergian sang anak.

***

Di kamar, Aarav merebahkan tubuhnya di kasur dan menangis sejadi-jadinya. Kadang karena sering menangis, matanya menjadi memerah dan sedikit demam.

Ana yang melihat kondisi Aarav hanya bisa berdoa dan berusaha merawat Aarav. 

"Aarav, ayo tidur. Ini sudah malam," tegur Ana sambil berjalan menghampiri Aarav.

Aarav segera berbaring di tempat tidur. Dia menatap Ana dengan tersenyum kecil.  

"Bibi, aku boleh gak curhat? Tadi aku melihat Papa sama seorang wanita, siapa dia Bi? Dan kenapa mereka ada di sana?" tanya Aarav dengan mata yang berkaca-kaca.

Ana mengerutkan keningnya. Dia berusaha memahami pertanyaan Aarav. 

"Bersama wanita lain? Dalam sekamar?! Jadi ... Apa itu berarti ..." gumam Ana. Dia terkejut mengetahui pertengkaran majikannya itu. Terlebih saat tau bahwa ayah dari anak yang dia asuh sekarang memiliki hubungan gelap.

Tiba-tiba di saat merenung, Aarav mengganggunya dengan melambaikan tangan dan menyadarkan Ana dari lamunannya.

Ana menatap Aarav dan tersenyum kecil.

"Kata siapa itu? Papa gak mungkin seperti itu. Kamu pasti mimpi buruk 'kan?" kata Ana sambil mengusap rambut Aarav.

Aarav menggeleng. 

"Tidak, Bi. Aku gak tidur apalagi mimpi. Aku benar-benar melihat mereka," bantah Aarav.

Ana merenung. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Tidak percaya dengan ucapan Aarav barusan.

Beberapa detik kemudian, Aarav yang tadinya tiduran di ranjang, kini berada dalam pelukan Ana. Dia memeluk bibinya itu dengan erat sambil menangis sedih.

Ana mengusap rambut Aarav dan mengelus bahunya, berusaha menenangkannya.

***

Sejak melihat perbuatan ayahnya yang membuat hatinya hancur, dan kepergian sang ibu yang juga membuat Aarav menjadi stres. Dia sekarang trauma akan seorang wanita. 

Tidak pernah sekalipun, Aarav peduli pada wanita. Dia bahkan tidak pernah mau menatap wanita-wanita yang ada di kelasnya sekalipun dan bersikap acuh tak acuh. Jangankan wanita di kelasnya atau sekolah, dan wanita luar. Sosok wanita yang dulunya sangat dia rindukan, kini juga menjadi salah satu wanita yang dia benci. Berpikir bahwa semua wanita, semua orang sama saja. Sama-sama buruk.

Selain itu, hubungannya dengan ayah juga mulai renggang. Tidak membaik, justru semakin memburuk. Mereka tidak pernah peduli satu sama lain, terutama Angga yang juga kerap meninggalkan sang anak sendiri di rumah dan keluyuran entah kemana. Membuat Aarav semakin menjadi frustasi.

Baginya sekarang dunia sudah kiamat. Tidak ada perbedaan antara siang dan malam, semua sama. Sama-sama merasakan kesunyian meski di saat berbeda. 

Tapi, walaupun begitu, di dunia ini juga ada cinta. Kasih sayang seseorang yang membuatnya tetap semangat menjalani hidup. Sosok wanita yang juga seperti ibunya dan tulus menyayangi dia begitu pula sebaliknya. 

Wanita itu tak lain adalah Ana. Bibi yang tadinya hanyalah pengasuh, kini sudah seperti ibu bagi Aarav. Tak tahu kapan ini terjadi, tapi Aarav sudah mulai menyayangi Ana dan bahkan menganggap wanita itu adalah ibunya.

***

18 tahun  kemudian ....

Seorang pemuda tampan sedang berada di sebuah klub malam dengan teman-temannya sambil meminum alkohol. Selain itu di sini juga ada banyak sekali pasangan yang sedang memadu kasih. Suara musik yang keras dan melihat wanita berpakaian tidak sopan membuat pemuda itu menjadi tidak nyaman. Dia memejamkan matanya, tidak sengaja melihat bayangan masalalu dan merasa sedih. Air matanya kembali turun.

Karena sedih, pemuda itupun mengambil sebuah minuman keras dan meminumnya sehingga mabuk berat. 

Nathan,  yang melihat  temannya seperti itu berusaha menyadarkannya.

"Apa yang kau lakukan? Ayo berpesta," tegurnya. Pemuda itu justru tertawa kecil.

"Gak lah. Kamu aja. Aku capek, mau pulang. Dah!" pamit nya kemudian beranjak dan pergi meninggalkan klub.

Di tengah jalan, pemuda itu berjalan sempoyongan akibat alkohol yang ada dalam tubuhnya. Dia berusaha mengontrol dirinya sendiri dan berjalan normal. Tapi tiba-tiba..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status