Share

Sebatas Istri Bayaran
Sebatas Istri Bayaran
Author: Rara

Chapter 1

Kedua iris berwarna coklat itu terbuka saat mendengar suara mobil dari luar. Reyna Anindira bangun dari tempat tidur kemudian berjalan menuju jendela besar yang berada di sebelah kanan tempat tidurnya. Dari lantai dua dia melihat mobil berwarna hitam itu berlalu meninggalkan pekarangan rumah.

Seharusnya wanita dengan rambut sebahu itu tidak perlu mengikuti sang pria. Namun ego sebagai seorang istri lebih tinggi hingga Rey; nama panggilan wanita itu, tanpa pikir panjang mengikuti mobil sang suami.

"Sudah kuduga dia akan datang kemari," lirih Rey melihat mobil suaminya terparkir dengan epik di sebuah rumah berlantai tiga. Tujuan sang suami jika tidak bersamanya.

Rey turun dari mobil lalu melangkah dengan pelan masuk ke dalam rumah. Dia masih mengingat dengan jelas kode pintu rumah itu dan ternyata sang pemilik rumah pun tidak pernah menggantinya.

Langkahnya begitu pelan menuju lantai dua rumah itu di mana suaminya berada. Seakan wanita itu begitu takut orang yang sedang dia ikuti menyadari kehadirannya. Samar terdengar lenguhan dari arah kamar yang sedikit terbuka.

Rey seharusnya langsung pergi saja dari sana, namun kakinya justru membawa dia semakin dekat. Kedua matanya membola melihat adegan yang seketika membuat hatinya terluka.

"Bahkan kau tahu jika hanya kau yang bisa membuatku gila seperti ini, Anita."

"Ya, aku tahu, tapi aku menginginkan anak dari wanita itu."

Rey tahu benar siapa yang dimaksud Anita Artemio, istri pertama suaminya. Tentu saja dirinya.

Lenguhan dengan erangan itu terdengar semakin erotis. Tubuh Rey terasa lemas hingga hanya dinding dingin di sampingnya yang bisa ia tempati untuk bersandar. Wanita itu terduduk lalu membekap mulutnya sendiri menyembunyikan suara tangisnya.

"Aku tidak peduli dengannya, Anita. Yang kuinginkan hanya dirimu!"

Ucapan Julian menjadi tombak penghancur paling sempurna untuk Rey. Padahal dia juga istri dari pria itu. Walau hanya istri kedua. Rey ingin diperlakukan sama. Apakah itu salah?

Rey menoleh sebentar. Dia sudah tidak tahan lagi dengan semua kata-kata cinta dari pasangan itu. Dia muak. Dengan cepat Rey meninggalkan rumah itu. Memacu mobilnya dalam kecepatan tinggi.

Bersyukurlah karena Rey masih selamat hingga dia sampai di rumah.

Jam menunjukkan pukul dua pagi namun rasa kantuk sama sekali tidak menghampiri wanita itu. Membuatnya malah berakhir di dapur dengan sebotol wine.

"Kenapa takdir tidak pernah mau berpihak padaku?" lirih Rey meneguk minuman itu. Rasa pening langsung menghampirinya.

"Sial!" umpat Rey akan meneguk wine itu lagi namun seseorang sudah mengambil alih gelasnya sebelum menyentuh bibir.

"Apa yang kau lakukan, Rey?!" pekik Julian.

Rey berbalik menatap pria itu lalu tersenyum.

"Kau sudah pulang, Sayang?" racau Rey menjatuhkan tubuhnya di dada bidang Julian.

"Kenapa kau selalu melakukan ini, Rey? Bagaimana kau bisa hamil jika terus minum seperti ini?" tanya Julian dengan nada frustasi.

Rey terkekeh pelan seakan mengejek Julian. Dia menjauhkan tubuhnya menatap Julian dengan mata sayunya.

"Hamil? Seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, Julian!" pekik Rey. Mata sayunya berubah tajam dengan pelupuk yang sudah penuh dengan air mata.

"Bagaimana aku bisa hamil sedangkan kau hanya ingin bercinta dengan Anita? Kau bahkan tidak memandangku, Julian."

Julian menghela napas berat. Selalu saja begini. Julian mengalihkan pandangannya dari Rey.

"Karena dia adalah istriku."

"Aku juga istrimu!"

"Tidak, Rey." Mata elang Julian menatap tajam Rey. "Kau hanya wanita yang akan melahirkan anakku dan Anita," ralat Julian seakan mengingatkan tempat Rey yang sebenarnya.

Rey bergeming. Hatinya semakin tercabik sakit.

"Kau salah karena berharap lebih dari itu. Aku dan Anita sudah memberikan semua yang kau inginkan. Dan sebagai imbalan kau harus memberi kami anak."

Julian berjalan menuju lemari pendingin, meletakkan botol wine tadi lalu kembali menghampiri Rey yang masih terdiam di tempatnya.

"Berhenti melakukan hal yang bertolak belakang dengan kontrak kita, Rey. Jangan membuat dirimu sendiri menderita," kata Julian memegang kedua bahu Rey yang bergetar. Julian tidak ingin wanita itu semakin terpuruk dengan cinta tak terbalas.

"Tapi aku mencintaimu, Julian!" kata Rey lantang. "Tidak bisakah kau sedikit melihat ke arahku? Aku tidak butuh kontrak, aku tidak butuh harta yang kau berikan ... " Rey menjeda ucapannya lalu mendekat ke arah Julian. Tangan kecilnya mengelus pipi pria itu lembut menatapnya penuh damba. "aku hanya butuh dirimu, Julian. Aku ingin kau menjadi suamiku seuntuhnya."

"Tapi aku hanya mencintai Anita," kata Julian dingin sanggup membuat harapan Rey luluh lantak. Seiring dengan pria itu berlalu meninggalkannya sendirian.

Julian tidak mungkin mencintai wanita lain. Seberapa cantik pun Rey hatinya telah tertambat pada Anita. Tidak ada kata untuk berpaling dalam kamus seorang Julian. Tak peduli wanita yang dia tinggalkan di dapur akan sakit hati karena Julian sendiri sudah memperingatkannya sejak awal. Jangan sampai ada cinta dalam hubungan mereka.

"Kalau begitu perlakukan aku seperti Anita!" Rupanya Rey masih keras kepala. Julian berbalik menatap bingung wanita itu.

"Kau tidak perlu mencintaiku seperti aku mencintaimu. Cukup perlakukan aku layaknya seorang istri," kata Rey lagi mendekati Julian.

"Reyna---"

Ucapan Julian terpotong oleh ciuman Rey. Ciuman yang ia berikan dengan rasa sakit luar biasa yang membuat dadanya terasa sesak.

Julian yang sejak tadi hanya diam saja mulai membalas ciuman Rey. Tangan besar pria itu kini melingkar di pinggang dan tengkuk wanita itu.

Mereka sama-sama terengah saat melepaskan tautan. Menatap mata masing-masing dalam diam. Mata Rey yang memancarkan begitu banyak cinta dan mata Julian yang terlihat begitu hampa.

"Bercinta denganku sekarang, Julian!" Perkataan paling egois yang pernah terlontar dari mulut Rey.

"Tapi---"

"Bukankah aku istrimu? Bukankah kau juga ingin segera memiliki anak dariku. Tidak peduli kau mencintai siapa, namun saat ini aku ingin kau memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami," kata Rey. Dia sudah tidak peduli lagi. Kontrak, harta, bahkan perasaannya pada Julian.

Toh, semuanya memang akan berakhir seperti ini. Di mana dialah yang menanggung semua rasa sakit.

Lenguhan Rey mulai terdengar saat Julian telah mengambil alih tubuhnya sepenuhnya. Julian pun mendesah tak karuan. Memejamkan mata sambil terus menggerakkan tubuhnya tanpa jeda.

Kadang Rey ingin menyalahkan takdir yang telah mempertemukan ia dengan Julian. Namun bukankah Rey sendiri yang memilih takdirnya? Dia yang memilih terjebak dalam permainan Julian dan Anita. Hingga timbul rasa yang tidak seharusnya. Yang benar di sini adalah, Rey sendirilah yang telah menoreh rasa sakit untuk dirinya sendiri.

Gerakan yang diciptakan Julian pada inti tubuh Rey tak hanya meninggalkan jejak nikmat namun juga rasa sakit. Mereka meledak hampir bersamaan. Julian terkulai di atas tubuh Rey dan wanita itu membiarkannya. Bahkan dia memeluk pria itu dengan dua sudut bibir yang terangkat.

"Tolong jaga anakku, Rey. Karena aku tidak ingin melakukan ini lagi denganmu," ucap Julian seketika menghapus senyum di wajah Rey.

Lalu haruskah sekarang Rey benar-benar menyesal telah rela menjadi istri bayaran dari pria itu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status