Accueil / Fantasi / See in The Dark / Putra Sang Lord

Share

Putra Sang Lord

Auteur: ArgaNov
last update Dernière mise à jour: 2021-09-10 20:00:48

“Sudah kukatakan untuk tidak lagi menemui putra Sang Lord.”

Kyra terhenti dengan perasaan jika ia begitu tak asing pada suara yang kemungkinan sedang menyapanya itu. Ia menoleh, menemukan seorang perempuan bewajah sama sepertinya. Kini Kyra merasa sedang berhadapan dengan sebuah cermin.

“Aku tidak menemuinya. Dia yang menemuiku.”

Dari tindakan dan juga perkataan yang baru saja diutarakan, Kyra tahu hubungannya sedikit tidak baik dengan perempuan berwajah sama denganya yang berdiri di belakang. Jawaban dari perempuan itu kemudian adalah teriakan yang mengantar Kyra kembali ke alam sadar.

Kyra melihat kelambu tempat tidur kamar hotelnya beterbangan ditiup angin. Langit batu pualam yang mengatakan kalau ia baru saja bangun dan rasa tenang yang aneh. Untuk beberapa saat kemudian Kyra menyadari sedang menggenggam tangan, ia lanatas menoleh dan menemukan Tania sedang duduk di kursi dengan buku terbuka di pangkuan.

“Kamu terus menggigau sepanjang malam. Aku hanya memastikan jika kamu tidak berlari keluar.” Temannya itu kemudian memalingkan wajah setelah berkata.

***

Deman Kyra membaik. Menurut perawat, ia sudah bias kembali mengikuti kegiatan tur yang ditinggalkan kemarin dengan syarat banyak minum. Cuaca di Mahrazh sedang pada puncak, panasnya bias mencapai 45 derajat Celsius dan panas dapat membuat orang jatuh sakit. Kyra menambahkan dalam hati bahwa berhalusinasi juga bisa menjadi efek panas.

Ia berkali-kali mengatakan jika sedang bermimpi saat kembali melihat pemuda bermata biru itu. Masih sama seperti kemarin, hanya mata pemuda itu saja yang tetap hidup.

Mereka berjalan lagi hari ini, kali ini ke perpustakaan kuno dengan jutaan debu dan sebuah tempat yang awalnya disangka Kyra adalah taman dengan banyak gundukan tanah.

“Makam ini adalah milik putra tunggal Valdimart III, meninggal sekitar 150 tahun silam. Dalam catatan kuno yang ditemukan diperpustakaan yang baru saja kita kunjingi, penyebab kematiannya adalah kematian hitam. Ia merupakan orang pertama yang mati karena itu saat masa kepemimpinan ayahnya. Tapi, hal itu tidak bias dipercaya sebab kematian hitam sama sekali tak bias diprediksi dengan jelas. Kaum peneliti berpendapat, mungkin Alden hanya salah satu yang terdeteksi saat itu sebab ia hidup dikalangan bangsawan.”

“Alden?” Tania yang menyadari penyebutan nama pada keterangan.

“Alden, Alden Forde Valdimart.” Pemandu tur menyebutkan dengan lebih lengkap kini.

Kyra susah payah menelan ludah bersikap seolah-olah tak melihat dan tak akan berteriak. Pemuda bermata biru itu kini berada hanya satu langkah di depannya, menatap, menghalangi penglihatan Kyra pada sekitar.  Kyra memohon dalam hati supaya tur itu segera berakhir dan rombongan bisa segera pergi. Tapi, pemuda bermata biru itu mengikutinya sejak dari keluar perpustakaan, melayang di tempat yang sama hingga berkali-kali Kyra hampir saja menabrak orang di depannya.

Syukurnya tur berakhir di tempat itu. Kunjungan lainnya kemudian hanya mengantar rombongan kembali ke penginapan. Hingga Kyra bisa bergegas lari kembali ke kamar dengan tak mengindahkan teriakan para guru dan perawat yang menggiring rombongan ke ruang makan. “Jangan terus mengikutiku.” Harusnya suara Kyra terdengar tegas dan menuntut. Namun, yang keluar hanya berupa cicitan ketakutan. Ingat yang sedang ia hadapi tidak nyata.

“Tidakkah semua tempat yang baru saja kamu kunjungi itu mengingatkan akan sesuatu. Janji. Ikrar yang harusnya membuatmu tahu kenapa sekarang ada di sini?”

Kyra yakin jika pertanyaan itu diajukan padanya, tapi ia memilih tak mejawab. Tiba- tiba telinganya berdengung hebat membuat kepala Kyra bagai dihantam sesuatu.

Aku memanggilmu dengan darah, mengikatmu dengan darah, dan mengakhiri semua dengan darah.

Kyra hanya bisa bertanya dalam hati tentang apapun yang baru saja menggema di kepalanya. Berharap tidak aka nada sesuatu buruk yang akan terjadi nanti.

***

Kyra merasa tak aman. Ia bermaksud tidur barang sekejap sebelum pintu kamar diketuk untuk makan malam. Ketika Kyra terjaga, pemuda bermata biru itu sudah duduk di tepi tempat tidur. “Jangan mengangguku.” Dengan kesal Kyra berjalan ke kursi dekat cermin rias dan menjatuhkan diri di sana.

“Jangan pergi, aku merindukanmu.”

Ruat wajah kebingungan dengan cepat muncul di wajah Kyra. “Kamu tidak nyata. Mungkin hanya salah satu dari karakter dalam mimpi yang entah bagaimana sampai muncul juga di dunia nyataku. Aku tidak ingin menjadi gila.”

“Kamu tidak tahu sudah berapa lama aku di sini menunggu. Hingga kemudian aku takut jika janji itu sama sekali tidak bisa aku tepati. Tidak ingatkah kamu pada janji yng kamu ikrarkan hari itu padaku?” Pemuda bermata biru itu seperti hampir menangis saat berkata.

Dalam hati Kyra sama sekali tak ingin menyakiti pemuda itu. Dengan siapa pun pemuda itu kemungkinan berjanji, sepertinya orang itu sudah melupakannya. “Sungguh aku--.” Kyra terdiam, baru saja ada sekelebat ingatan yang menyeruak dalam kepalanya muncul. Seperti sebuah slide film yang sedang diputar. Ada dirinya, pemuda itu, dan banyak orang yang tidak ia kenal berada di suatu tempat. Ia tidak menggenali tempat itu, belum pernah ia datangi sebelumnya. Suara semua orang di sana berdengung dan tak jelas. Tapi ia bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan dirinya sendiri dan juga pemuda bermata biru ini. Soal menunggu dan ditemukan. “Alden?” tergagap saat menyebutkan nama pemuda bermata biru dan tubuh Kyra gemetar ketakutan. Apakah pemuda di depannya ini adalah hantu, atau intensitas ingatan seseorang yang tetap bertahan menunggu sesuai janji.

“Kamu ingat aku.” Mata biru pemuda itu bersinar, seperti jiwa yang merasuk dan membuat bagian itu terlihat tambah hidup. Jemari Alden kemudian terulur, menyentuh kulit Kyra. Hampir gadis itu terlonjak sebab kaget.

Sentuhan Alden dingin, membuat tubuh Kyra semakin gemetar. “Kamu mau apa?” Saat jari Alden kemudian terulur lagi dan berusaha menyentuh wajah Kyra. Kyra bisa mendengar suaranya melengking saat berkata, “tidak menyentuh’’ pada Alden.

Pemuda itu memandangnya lama. Berbisik kata maaf sebelum kemudian memburam dan menghilang.

Kyra terdiam merasa amat bersalah. Bahkan rasa sedih merayap lebih cepat, membuat air mata Kyra ingin menerjang. Ia tak siap menerima serangan telak di hati yang rasanya sama sekali tak ia paham. Kyra memilih untuk tak berlama-lama di dalam kamar. Udara kamar menjadi cukup buruk kini. Ia tak menemukan orang-orang di ruang makan dan mendengar suara riuh di luar. Setelah mengambil secangkir minuman hangat, Kyra keluar melalui pintu samping di mana keriuhan itu berasal. Api ungun berdetik-detik di depan sana, teman- teman Kyra duduk menggelilingi. Kyra tak berencana turut serta, sambil memeluk dirinya sendiri ia bersandar pada dinding batu berdebu yang setiap hari dikikis angin Mahrazh.

“Jika waktu berhenti beberapa saat saja.”

Jujur, Kyra tak sedang mengobrol dengan siapa pun kini. Ia hanya menyenangi ketika orang-orang berkumpul dan ia menikmatinya dari kejauhan. Namun, saat kemudian menoleh dan menemukan Alden sebagai bonus secara ajaib itu membuat Kyra tersenyum.

“Maaf untuk perkataanku yang sedikit kasar tadi.” Kyra menyampaikan rasa sesalnya.

“Jangan pergi.”

“Kita hanya bertemu beberapa kali, aku bukan orang yang membuat janji denganmu.” Kyra ingin sekali menepuk pundak Alden dan berkata ia ikut berduka atas penantian panjang Alden yang tak membuahkan hasil.

“Aku tidak salah menggenalimu. Kamu adalah dia, aku merindukanmu.” Pemuda bermata biru itu kemudian menggabur dan hilang kembali.

Kyra menarik napas dalam dan menyesap minuman hangatnya perlahan. “Aku ingin berkata mungkin kamu benar. Tapi, aku tak ingin mengotori penantianmu.”

Api ungun di depan sana sedikit lebih besar dari sebelumya, ada dua orang yang sedang melempar kayu dan mendapatkan protes dari sekeliling. Kyra selalu saja suka menikmati keriuhan orang-orang dari kejauhan.

***

Susah payah Kyra menyeret kopernya hingga ke pintu. Diperhatikan lagi kamar yang tiga malam ini ditempati. Ia menghela napas dan berpikir akan merindukan kamar ini suatu saat dengan catatan tanpa gangguan Alden di dalamnya.

Ketukan pada pintu kamar membuat Kyra menoleh. Kyra tak kenal siapa pemuda itu, tapi pemuda itu satu kelas dengannya di sekolah.

“Bergegaslah!” pemuda itu langsung berbalik setelah mengatakan itu.

Tinggallah Kyra kembali kesusahan dengan tas punggung yang terlampau besar dan berat untuknya. Sambil menggumamkan dalam hati jika jarak antara kamar dan parkir tidak terlalu jauh. Ia hampir kehabisan tempat duduk, hanya tersisa sedikit tempat pada bangku belakang, letaknya dekat jendela. Di sampingnya duduk seorang gadis yang rambutnya dipotong lebih pendek dari anak laki-laki dengan tubuh besar. Kyra terjepit tanpa berani berkata untuk sedikit memberi tempat pada tubuhnya yang kecil. Tas besarnya tergeletak di lantai di dekat kaki. Ia berharap ini kali terakhir ia akan melakukan perjalanan dengan kondisi seperti ini.

Bus bergerak dengan lamban. Seolah enggan meninggalkan daratan Mahrazh yang gersang dan panas. AC bus sama sekali tak membantu, diperparah lagi dengan kondisi duduk tergencet, peluh Kyra mengalir bagai mata air.

Bus bahkan berjalan lebih lambat dan akhirnya memilih berhenti sebentar sebab ada angin yang bertiup cepat hingga menimbulkan badai kabut hebat.

“Sepertinya kita akan bermalam di tengah padang pasir.” Gadis tambun di sebelahnya bergumam.

Itu menjadi ketakutan tersendiri untuk Kyra. Dengan posisinya sekarang ia mungkin akan mengalami masalah pada awal berjalan nanti.

“ADA SESUATU DI LUAR!”

Teriakan itu berasal dari arah tempat duduk di depan. Suasana duduk mencekam karena seisi bus mulai memperhatikan kaca bus di tempat masing.

“Apa itu?” yang lain mulai melihat sesuatu dalam besarnya badai kabut diluar bus.

Kyra juga memperhatikan jendela bus di sampingnya. Namun, tidak melihat apa pun yang dilihat penumpang yang lain. Kecuali kabut yang beterbangan di udara. Kyra mundur kaget, ia tidak peduli dengan protes yang disuarakan gadis bertubuh besar yang ditabrak. Ia yakin melihat sesuatu tadi. Sangat jelas, sepasang mata yang bersinar.

Ia menoleh melalui bahunya dan melihat Alden memeluknya dari belakang. Pemuda itu terasa nyata dan hidup, tidak seperti sebelumnya. “Aku akan melindungimu.”

Sontak Kyra memejamkan mata mendengar ucapan Alden.

Kyra bisa merasakan bus terhantam sesuatu yang keras. Ia terjatuh di lantai dengan melindungi kepalanya dengan tangan. Orang-orang mulai berteriak ketakutan. Beberapa lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan maju ke depan, salah satunya menginjak bahu Kyra. Rasanya nyeri dan sakit. Bus mungkin terguling, sebab Kyra beberapa kali membentur sesuatu yang keras. Alden masih bergumam di telinga, kemudian ia tak mendengar apa-apa lagi.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • See in The Dark   Akhir Bahagia

    “Alvare juga akan kembali seperti Radk, kan?”Saat Kyra ditanya oleh Alden seperti itu, ia tidak bisa menjawabnya. Yang dilakukan kemudian hanya melarikan diri dan terus seperti itu. Ketika mereka harus berkumpul dan kemudian membicarakan banyak hal lalu Alden kembali mendekatinya untuk bisa menanyakan hal yang sama lagi, Kyra akan mengelak. Ia melakukan segala cara untuk melarikan diri. Sampai ia yakin Alden menyerah dan tidak lagi bertanya.Ia menyayangi Alden seperti menyayangi Tania, sahabatnya sejak kecil. Ia sangat gembira ketika keduanya memutuskan untuk menikah dan menjadikan dirinya orang pertama yang menerima kabar tersebut. Ia bahkan mendapatkan lemparan bunga dari Tania.“Aku sangat bahagia!” Tania memeluknya sampai sesak napas saat mengabarkan hal tersebut dengan Alden di belakangnya.Dalam tatapan Alden Kyra bisa menemukan pertanyaan yang dulu diajukan ketika melihat Radk dan Eleanor bersama. Namun, lelaki it

  • See in The Dark   Kembali

    Hubungan Alden dan Tania nyaris sangat baik sekarang. Walau kadang-kadang Kyra memergoki keduanya sedang berdebat sesuatu yang tidak dimengerti, tapi ia yakin semuanya baik. Sebab ia melihat wajah Tania sangat cerah setiap kali hal tersebut terjadi.“Apa terjadi sesuatu yang hebat?” tanya Roth tiba-tiba.Pemuda yang entah sudah tumbuh berapa senti sejak kejadian penyerangan Vlad itu punya bakal untuk muncul tiba-tiba sekarang. Bukan hanya itu, tampangnya yang semakin hari semakin maskulin membuat jantung Kyra tak aman. Kyra harus berusaha keras untuk tidak menatap langsung ke arah pemuda itu setiap kali bicara.Namun, itu malah membuat Roth semakin ingin mengodanya. Pemuda tersebut selalu saja mendorongkan dirinya ke depan Kyra dengan segala cara dan sepertinya menikmati kecanggungan yang merayap di wajah Kyra.“Tentu saja.” Kyra membusungkan dada dan menunjuk ke arah Alden yang sedang duduk di taman bersama Tania.

  • See in The Dark   Dua Orang yang Saling Membutuhkan

    Tania sama dengan gadis lainnya di sekolah. Pasti akan tersipu-sipu jika jatuh cinta. Namun, ia tidak melihat hal itu dilakukan Tania padanya. Jadi, tidak mungkin gadis itu menyimpan perasaan untuknya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi.Gadis bernama Tania tersebut muncul kembali dengan tas yang sama besarnya seperti kemarin-kemarin dan juga buku-buku di pangkuannya. Setelah melirik sedikit, Alden memalingkan pandangan dan sibuk dengan tugasnya sendiri.“Bukan begitu.”Ia tersentak ketika Tania menepuk tangannya pelan dan menarik buku yang sedang ditulis. Dari tas sendiri, Tania mengeluarkan sebuah balpoin dan menulis di buku Alden yang direbut.“Seperti ini,” kata Tania. Buku tersebut kembali ke depan Alden.Ia menemukan kesalahan dalam perhitungan alogaritma yang sedang dikerjakan. Alden berdehem sedikit. “Terima kasih,” katanya dingin.Sebagai balasan Tania tersenyum sangat manis hingga d

  • See in The Dark   Tania dan Alden 3

    Brak!Suara keras tersebut membuat kepala Alden terangkat. Ia melihat sebuah tas di atas meja dan gadis yang kemudian duduk di bangku di sampingnya.Lagi? Alden bertanya dalam hati tidak percaya. Ia melirik gadis yang datang bersama tas besar di atas meja. Sudah tiga hari berturut-turut orang yang sama menganggunya. Ia sudah mengakui kalau membuat kesalahan dengan menyiksa diri sendiri. Akan tetapi, gadis ini datang lagi dan lagi, membuat Alden kesal setengah mati.“Aku sudah mengakui kesalahanku, kan? Aku tidak akan menyendiri lagi, sungguh,” kata Alden sungguh-sungguh.Gadis bernama Tania yang menjawab selama hampir lima tahun berturut-turut menjadi ketua siswa tersebut mengangkat kepala dan menatap Alden malas. “Bisakah pandanganmu kamu alihkan ke arah lain? Apa yang kamu lihat?” tanyanya sama sekali tidak bersemangat.Alden melakukan seperti yang diminta dan menemukan seluruh meja kantin penuh kecu

  • See in The Dark   Tania dan Alden 2

    Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye

  • See in The Dark   Tania dan Alden 2

    Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye

  • See in The Dark   Alden dan Tania 1

    Grenada tidak mengatakan apapun. Bahkan saat Alden menguncangnya berkali-kali. Ia tetap bungkam ketika pertugas keamanan meringkusnya. Begitu jenazah Alvare telah dibawa ambulans untuk autopsy kepolisian, Linden memaksa Alden untuk ikut pulang bersama Kyra, Roth, dan dirinya. Mereka tidak bisa membiarkan Alden sendirian di depan kamar mayat menunggu tubuh Alvare selesai diautopsi.Sama dengan Grenada, Alden juga tidak mengatakan apa-apa. Ia berjalan seolah tidak melihat apapun. Bahkan tidak merasakan ketika menabrak Shiena saat melewati pintu masuk.“Ada apa dengan dia?” tanya Shiena kesal. “Mana Alvare?”Linden menepuk bahu Shiena dan mengeleng. “Akan aku jelaskan di dalam. Ayo kitam masuk,” ajak Linden.Kyra dan Roth juga terlihat tidak semangat. Gadis di samping Roth masih sesegukan karena menangis. Ia tak menyangka harus melihat hal mengerikan seperti itu setelah banyak hal selama ini.“Kamu baik-baik s

  • See in The Dark   Balas Dendam Tidak Mematikan Dendam

    “Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pad

  • See in The Dark   Kematian Tidak Memadamkan Kemarahan

    “Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pada Roth dan men

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status