Share

Bab 6. Ketakutan

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-03-21 23:44:55

Reina melihat sang kekasih hati datang bersama Karin—sahabatnya. Hal itu membuat hatinya terasa ada yang menusuk. Gadis itu juga penasaran dengan kejadian tadi malam. Apakah benar Karin yang telah menjebaknya dengan memberikan minuman yang mengandung alkohol? Reina ingin tahu apa alasan sang sahabat melakukan hal itu kepadanya.

“Leon? Kalian—” Ucapan Reina terhenti. Leon langsung memotong kalimatnya yang masih menggantung. Bahkan gadis itu bisa melihat raut wajah terkejut pada kekasihnya.

“Kami dapat tugas di luar, Sayang. Tetapi Karin tiba-tiba merasa tidak enak badan. Jadi aku membawanya ke sini sebentar untuk mengambil barang penting yang ketinggalan.”

Reina manggut-manggut. Namun ia tetap curiga kepada Karin. Gadis itu mengalihkan pandangan kepada sahabatnya.

“Karin, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu. Ini soal tadi malam—”

“Aduh! Kepalaku sakit banget!” Karin merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Membuat Reina cukup panik. Tangannya terulur hendak memegangi bahu sang sahabat, tetapi Leon lebih dulu menepisnya.

“Sudah aku bilang. Karin sedang sakit. Kamu tidak percaya? Keterlaluan kamu Reina.” Leon langsung memapah tubuh Karin menuju ruangan kerja mereka.

Dada Reina terasa sesak mendapatkan perlakuan seperti itu dari Leon. Tidak biasanya sang kekasih berbicara dengan nada kasar. “Apakah semua gara-gara aku yang tak pernah ada waktu untuknya? Tega sekali kamu, Leon. Padahal aku juga sedang menabung agar kita bisa segera menikah.”

Tubuh Reina terasa lemas. Ia sampai lupa dengan niatnya tadi untuk kembali ke ruang kerja. Seketika gadis itu menepuk keningnya. Jangan sampai sang manajer kecewa dengan hasil kerjanya.

Reina segera masuk ke ruang kerjanya semula. Ia melirik sekilas ke arah Karin dan Leon. Kekasihnya tersebut memberikan minuman dan menyuapinya dengan sangat hati-hati. Kemudian memijat kedua bahu sahabatnya dengan penuh kelembutan.

Diam-diam Reina merasa iri. Padahal Leon tidak pernah bersikap seperhatian itu kepadanya.

“Kamu kenapa Reina?” Ucapan sang manajer membuat Reina terperanjat kaget. Lagi-lagi ia tak sadar jika Pak Burhan sedang mengawasinya. Entah sejak kapan.

“Kamu cemburu melihat Leon dekat dengan Karin? Bukankah kalian bertiga memang dekat sejak kamu bergabung di perusahaan ini?” Sang manajer mengingatkan.

Tangan Reina menyentuh dadanya. Ia menggeleng perlahan. “Sakit, Pak. Sakit banget!” lirih Reina tak peduli dengan keberadaan Pak Burhan di sebelahnya.

Jam kerja telah berakhir. Namun Reina tidak bisa kemana-mana karena tugasnya belum selesai. Lagi-lagi ia harus lembur. Akan tetapi sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya, gadis itu berjalan cepat menghampiri Leon dan Karin.

“Sorry, aku tidak bisa mengantarkan kamu pulang. Aku harus menemani Karin ke klinik. Aku harus memastikan dia baik-baik saja,” ungkap Leon bahkan sebelum Reina mengeluarkan sepatah kata untuknya.

Ucapan Reina seakan tersekat di tenggorokan. Ia urungkan niatnya yang ingin ikut bersama mereka. Memang mustahil karena gadis itu masih memiliki banyak tugas yang menumpuk.

“Hati-hati kalian,” lirih Reina setelah kekasih dan sahabatnya berjalan semakin jauh meninggalkannya.

Reina segera kembali ke tempat duduknya. Sore ini ia akan lembur seorang diri. Meski begitu masih ada sang manajer yang ikut menemaninya walau berada di ruangan yang berbeda.

Reina ingin cepat menyelesaikan tugasnya dan pulang, tetapi tiba-tiba ia merasakan sakit perut. Terpaksa gadis itu ke toilet sebentar. Untuk beberapa menit lamanya Reina menghabiskan waktunya di dalam toilet perempuan.

Di saat kembali ke ruangannya, Reina melihat ada kotak makanan di meja kerjanya. Gadis itu merasa heran karena ia tidak memesan makanan apapun. Meski lapar, Reina tidak kepikiran untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan pekerjaannya kembali.

Ada sebuah kertas di atas kotak itu. “Untuk Reina.” Gadis itu membaca tulisan yang tertera. Rupanya makanan itu memang untuk dirinya.

“Siapa yang ngasih makanan ini ya? Baik sekali. Atau jangan-jangan Pak Burhan?” Tanpa sadar tangan kiri Reina mengelus perutnya dengan gerakan melingkar. Nafsu makannya seketika meningkat dalam sekejap saat ia membuka kotak makanan itu.

“Kalau nggak dimakan ya mubazir dong! Masak seorang Reina menolak rezeki?” Reina menoleh ke kanan dan ke kiri. Tentu ia masih memiliki rasa malu. Gadis itu takut jika ada sesiapa yang mengerjainya.

Reina lalu duduk. “Makan saja deh. Aromanya nikmat sekali. Mana tahan.”

Dengan semangat Reina menikmati makanan itu. Memasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya yang tak begitu lebar. Gadis itu teringat dengan kekasihnya. Hanya Leon dan Karin yang mengetahui makanan kesukaannya. “Atau mungkin Leon kasih kejutan, ya? Ternyata dia masih peduli denganku.”

Reina senyum-senyum sendiri. Ia berniat untuk menghubungi Leon kembali setelah pulang bekerja nanti. Kemungkinan kekasihnya tersebut sudah pulang dari rumah Karin.

Setelah makan dan selesai dari toilet lagi, Reina kembali untuk melanjutkan pekerjaannya. Beberapa waktu telah berlalu. Namun Reina merasa jam di dekatnya berjalan begitu lambat. Tanpa disangka malam semakin larut saat gadis itu berhasil menyelesaikan semua tugas-tugasnya.

Reina kembali melihat jam di dekatnya. “Astaga! Sudah jam sembilan malam.” Gadis itu merasa sangat lelah. Ia merentangkan kedua tangannya. Kemudian menggeliatkan tubuhnya. Mencoba melepaskan ketegangan otot pada tubuhnya.

Tanpa sadar Reina menguap. Gadis itu hendak mematikan komputernya, tetapi sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Rupanya pesan dari Pak Burhan.

[Maaf, Reina. Saya ada kepentingan mendesak. Saya pulang duluan. Tolong tugas-tugas kamu kirim ke email saya saja. Nanti malam akan saya cek dari rumah.]

Reina mendesah kasar. Bibirnya cemberut. Denyut di kepala karena rasa lelahnya, kini semakin bertambah.

“Tega sekali Pak Burhan meninggalkan aku di sini. Dipikir aku berani sendirian?” keluh Reina merasa kesal. Padahal ia sudah berkorban dengan menghabiskan waktunya untuk lembur sampai malam.

Cepat-cepat Reina mengirimkan tugasnya sesuai perintah sang manajer. Perasaan was-was hadir ketika ia menyadari tiada sesiapa lagi di sampingnya. Apalagi gadis itu pernah mendengar jika ruangan kerjanya sedikit angker.

Reina bergedik ngeri. Ia segera mematikan komputer dan mengalungkan tas selempang di bahunya. Gadis itu berjalan cepat menuju lift.

Setelah berada di lantai paling bawah, Reina merasa lega. Ia melihat ada petugas keamanan yang berjalan menuju belakang. Gadis itu merasa tak sendiri lagi.

Namun di saat petugas itu sudah tidak terlihat, tiba-tiba semua lampu mati. Hampir saja Reina berteriak kencang. Ia langsung menutupi seluruh wajah dengan kedua tangannya. Dan sedetik kemudian ia merasakan ada yang menepuk bahunya dari belakang.

Reina merasa ketakutan. Ia hendak berteriak, tetapi mulutnya langsung dibekap oleh telapak tangan besar beraroma khas seperti milik seorang lelaki.

Rich Mama

Huaaa.... kira-kira siapa ya??? ;D

| 20
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
pasti bosnya wkwkkwk
goodnovel comment avatar
Rich Mama
iya mungkin O⁠_⁠o O⁠_⁠o O⁠_⁠o
goodnovel comment avatar
Woro Tidar
hantu kepala hitam
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status