Sky Hall sangat sesuai dengan rumornya, tempat itu benar-benar indah hingga membuat Anna menatap takjub pada setiap dekorasinya. Ia dapat membayangkan betapa indahnya acara pernikahan yang akan diadakan di sini. Dalam hati ia diam-diam berpikir untuk melaksanakan acara pernikahan di sini juga, namun ia masih belum benar-benar tertarik pada pernikahan.
“Tempat yang bagus, tuan Hilton.” Marcus memuji Sky Hall dengan tulus, tatapannya menelusuri setiap sudut tempat dan tersenyum puas.
Mendengar pujian Marcus, Hendry tersenyum cerah dan merasa bangga pada dirinya atas pencapaian yang telah ia raih sepanjang hidupnya. Project hotel bintang tujuh ini benar-benar menguras banyak tenaga, pikiran, dan hartanya, namun itu semua sebanding dengan hasil yang telah ia capai.
“Terimakasih atas pujianmu, Tuan Bond,” katanya dengan senyum senang menatap Marcus.
Kemudian ia membawa Anna dan Marcus untuk berkeliling dan menjelaskan berbagai design da
Pukul tujuh malam di Boston. Rosy melangkahkan kakinya memasuki sebuah bar mewah menggunakan gaun sexy berwarna hitam yang ketat hingga menonjolkan seluruh lekuk tubuh indahnya membuat setiap pria yang melihatnya menelan saliva dengan tatapan lapar.Namun Rosy mengabaikan semua tatapan itu dan duduk di salah satu kursi bar untuk memesan minuman.“Kau terlihat lesu, apa sesuatu terjadi hari ini?” Bryan sang bartender yang telah lama mengenal Rosy mengerutkan kening melihat ekspresi lesu gadis cantik itu, ia menaruh segelas tequilla yang gadis itu pesan dan menopang kedua tangannya di meja menatap Rosy.Tidak langsung menjawab, Rosy mengambil gelas tequilla itu dan meminumnya perlahan. Dahinya berkerut dengan ekspresi kecut merasakan tenggorokannya sedikit terbakar karena alkohol, “Bryan, apa yang akan kau lakukan jika kau melihat seseorang membuatmu harus melihatnya melakukan seks bersama kekasihnya hingga dua kali?”“Mustahil
Rosy menghempaskan tubuhnya di sofa kosong, ia menghela nafas dengan keras sebelum eminum kembali minumannya hingga tandas. Mengabaikan rasa terbakar yang lebih pekat dari sebelumnya membakar tenggorokannya.Tak lama, Ernest juga duduk dan merangkul lengannya dengan tak tahu malu. Rosy menatapnya dengan horor dan berusaha melepas rangkulan pria itu dengan marah.“Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!” katanya dengan marah.Ernest mengabaikan bentakan gadis itu dan malah semakin mengeratkan rangkulannya, lalu menundukkan kepala mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang sudah memerah karena mabuk.“Berhentilah menolakku,” katanya dengan nada misterius, “aku tidak akan melepaskanmu.” Tatapan intensnya membuat Rosy merinding dan tidak berani memberontak, ia tidak menyangka pria itu akan bersikap semakin kurang ajar padanya.“Bukankah seharusnya kau meminta maaf, Tuan Mars? Kau benar-benar sudah mempermalu
Restoran Athena merupakan salah satu restoran bintang lima yang menjadi tempat kencan terfavorit di Boston. Sebuah rumor menyatakan bahwa seseorang akan memiliki hubungan yang harmonis hingga ke pelaminan jika mereka melamar kekasihnya di restoran itu.Namun, bukan hanya memiliki dekorasi yang mewah, restoran itu juga memiliki berbagai jenis hidangan mewah yang terkenal lezat karena kualitas bahan-bahan makanan mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik.Dan ini juga menjadi salah satu tempat favoritnya Marcus untuk berkencan bersama Lisa kekasihnya.Malam ini dia sudah menyewa satu meja VIP khusus untuk makan malam berdua bersama Lisa, ia berharap dapat melepas rindu pada gadisnya yang super sibuk itu.Banyak hal yang harus dia diskusikan dan bicarakan dengan Lisa, karena itu dia menyiapkan segalanya dengan sangat baik untuk membuat Lisa senang.Wine mahal yang lezat, hidangan mahal favorit mereka berdua, dan juga beberapa iringan musik sudah Ma
“Aku akan mengantarmu pulang.” Tawar Marcus ketika mereka baru keluar dari restoran.Anna menggeleng dan menolak ajakan Marcus dengan sopan, “Tidak perlu tuan, aku akan naik taxi saja.”Anna merasa tak enak hati jika harus diantar Marcus pulang. Selama makan, ia terus-terusan menenangkan dirinya dan mengingatkan diri jika Marcus adalah pria yang akan menikah.Ia merasa bahwa Marcus terlalu sopan dan ramah padanya. Sikap pria itu benar-benar dapat membuatnya salah paham, dan ia tidak mau itu terjadi.Namun berbanding terbalik dengan keinginan Anna, Marcus malah tidak menyerah dan semakin memaksa gadis itu untuk pulang bersamanya.“Tolong jangan menolakku, Anna. Itu membuatku semakin merasa bersalah karena sudah memaksamu untuk menemaniku makan malam,” katanya dengan nada sedih.Melihat ekspresi Marcus yang sendu membuat Anna mau tak mau menghela napas dan akhirnya mengangguk menyetujui ajakan pria itu.
Setelah menempelkan kartunya, pintu apartemen itu terbuka, dan anna mempersilahkan Marcus untuk masuk.“Duduklah, aku akan mengambilkan minuman.” Anna buru-buru meninggalkan Marcus di ruang tengah dan melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil beberapa kaleng bir dingin milik Rosy yang selalu tersedia di kulkas minuman mereka.Sejujurnya Anna memang bukan pecandu alkohol, ia meminumnya hanya ketika acara-acara tertentu atau saat makan bersama orang lain. Jadi, alkohol yang tersedia di apartemen itu semuanya milik Rosy yang memang memiliki toleransi alkohol yang cukup tinggi. Tidak seperti dirinya yang mudah mabuk.Selama Anna ke dapur, Marcus duduk di sofa dan memperhatikan setiap dekorasi maupun struktur apartemen gadis itu.Tempat ini benar-benar mencerminkan seorang Anna Walkins. Elegan, sederhana, dan terasa nyaman. Tidak banyak dekorasi di ruangan tengah itu maupun ruang lainnya.Sangat berbeda dengan apartemen Lisa-kekasihnya-y
Anna melirik Marcus di sebelahnya sejenak, lalu mengambil jus yang ia ambil tadi dan meminumnya.Mereka berdua menikmati minumannya dalam diam dengan latar suara tv di depan mereka.Dalam hati Anna bertanya-tanya, mengapa Marcus terlihat tenang di sini? Bukankah ini sudah cukup larut untuk bertamu? Mengapa dia belum memutuskan untuk pulang?Sebenarnya Anna ingin mengingatkan pria itu, namun ia sedikit merasa segan untuk sekedar menanyakan kapan pria itu akan pulang.Marcus yang menyadari tatapan Anna padanya otomatis memutar pandangan menatap Anna, “Ada apa?” tanyanya dengan bingung.“Dari tadi kau memperhatikanku? Apa ada yang aneh di wajahku?” tanya Marcus sembari menyentuh wajahnya mencari hal aneh yang mungkin saja menempeli wajahnya.Anna langsung menggeleng dan menjelaskan, “bukan itu! Tidak ada yang aneh pada wajahmu,” jawabnya dengan gugup dan malu .“Lalu?” tanya Marcus kembali
Pagi harinya Anna terbangun dengan pikiran linglung, ia terbangun dengan seorang pria berbaring di sebelahnya. Mata pria itu tertutup, wajahnya yang tampan benar-benar menjadi pemandangan indah di pagi hari. Namun yang Anna rasakan bukanlah kebahagiaan, sebaliknya ia justru merasa kacau.Rasa bersalah benar-benar menghantam hati dan pikirannya.‘Mengapa aku harus bertemu denganmu ketika kau akan menikah? Jika bisa, aku ingin Tuhan lebih cepat mempertemukanku denganmu,’ batinnya lirih. Tangannya terulur hendak menyentuh wajah Marcus, namun terhenti ketika melihat kening pria itu berkerut seolah pria itu akan terbangun dari tidurnya.Anna buru-buru menjauhkan tubuhnya, berusaha memberi jarak pada tubuh Marcus.Untungnya semalam ia dan Marcus sempat mandi dan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum tertidur, sehingga pagi ini ia tidak begitu malu melihat Marcus yang juga mengenakan pakaian.“Kau sudah bangun?” suara berat Marcu
Setelah kejadian itu, Anna benar-benar berusaha menghindari Marcus. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan pria itu. Ada perasaan kecewa dan juga marah dalam hatinya terhadap perbuatan Marcus. Tidak seharusnya pria itu menggodanya lalu meninggalkannya begitu saja tanpa memberikan penjelasan apapun. Ia merasa menjadi wanita murahan yang merebut tunangan orang lain. Tapi, Anna berusaha menepis rasa bersalahnya terhadap Lisa. Lagipula jika ia mampu bersikap seolah itu bukan masalah, maka tidak akan ada yang terjadi ke depannya. Mereka bisa menganggap kejadian malam itu hanyalah kecelakaan karena Marcus yang mabuk. Benar, tidak ada untungnya jika Anna mencoba meminta Marcus untuk bertanggung jawab. “Kau melamun lagi,” Rosy memasuki ruangan Anna dan menegur temannya itu. Ia meletakkan beberapa file klien baru di meja Anna lalu duduk di kursi depan Anna. “Sebenarnya apa yang menggangu pikiranmu selama dua hari ini? Kau sel