Share

Bab 3

Author: Lulu
Melihat Tania memanjat tinggi, dia menghampiri dengan cepat sambil mengerutkan kening.

"Ngapain manjat begitu tinggi?"

Tania tersenyum tipis.

"Kenapa kau kembali?"

Chaz menggendongnya dari kursi dan mencium bibirnya.

"Dasar bodoh, kau lupa hari apa ini?"

Hati Tania tiba-tiba sakit, dan matanya memerah tak terkendali.

Chaz memegang wajahnya dan mencium matanya.

"Jangan sedih lagi. Aku ingat kok."

Tania menunduk dan mendorongnya sebagai bentuk perlawanan.

Dia memeluknya erat dan terkekeh, "Merasa nggak ada hadiah? Ayo kita lihat hadiahmu."

Dia meraih tangannya dan berjalan menuju pintu.

Saat membuka pintu, mereka melihat sebuah Ferrari merah di halaman.

Mobil ini harganya lebih dari 20 miliar rupiah, sangat cocok untuk gadis muda seperti Tania.

Chaz meletakkan kunci di tangan Tania dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Ini hadiah ulang tahunmu. Suka?"

Tania tersenyum. "Ya."

Dalam hati, Tania sebenarnya ingin bertanya apakah itu hadiah putus darinya.

Chaz membungkuk untuk mencium telinganya.

Melalui baju tipis itu, Chaz menyentuh tubuhnya.

Napasnya semakin berat. Chaz membungkuk, menggendongnya, dan berjalan masuk.

Tania mengerutkan kening, memikirkan cara untuk menolak ketika teleponnya berdering lagi.

Tania tak kuasa menahan tawa. Dia bahkan tidak perlu memikirkan alasan untuk menolak, selalu saja ada telepon pada saat yang tepat.

Chaz menurunkannya, mengelus rambutnya, dan berkata, "Ganti bajumu. Kuajak ke suatu tempat nanti."

Tania seolah-olah terbebas dari hukuman mati, berbalik dan berlari ke atas.

Terdengar suara Chaz menjawab telepon dari belakangnya.

"Halo, Nina..."

Tania kembali ke kamarnya dan berganti pakaian dengan gaun satin sutra biru safir.

Gaunnya di bawah lutut, hanya memperlihatkan sedikit belahan dadanya di bagian depan dan sebagian besar punggungnya, tetapi rambutnya yang panjang dan gelap mampu menutupinya.

Dia memakai make-up tipis dan mengenakan sepasang anting mutiara sebelum turun ke bawah.

Chaz yang masih menelepon, terpaku saat melihat Tania berjalan turun.

Biru safir adalah warna yang paling menantang.

Namun, kulit Tania cerah dan halus, memberinya penampilan yang anggun dan elegan.

Pakaian satin yang pas badan mudah memperlihatkan kekurangan tubuh seseorang.

Namun, Tania memiliki sosok yang indah, sempurna.

Wajahnya yang cantik dan sikapnya yang elegan memikat bahkan tanpa perhiasan yang mewah.

Chaz menutup telepon, memasukkannya ke dalam saku celana, dan memeluk pinggangnya, lalu mencium bibirnya tanpa bisa menahan diri.

"Kenapa nggak pakai kalung berlian itu?"

Tania tersenyum tipis. "Terlalu mahal."

Chaz berkata tanpa daya, "Beli ya untuk dipakai. Kubelikan sesuatu yang lebih bagus besok."

Tania mengangkat kuncinya.

"Ayo pergi! Aku nggak sabar mengendarai mobil baru."

Chaz mengelus bagian belakang kepalanya dengan sayang.

"Oke, ayo pergi."

Setelah masuk ke dalam mobil, Chaz duduk di kursi penumpang, mengatur sistem navigasi.

Tania melihat bahwa itu adalah klub kelas atas di pinggiran kota yang hanya melayani anggota, dengan biaya tahunan satu miliar.

Mereka pernah ke sana tahun lalu untuk merayakan ulang tahun Chaz. Hanya mereka berdua, dan mereka tinggal selama dua hari tanpa keluar dari kamar.

Saking lupa diri hingga Tania mimisan dan dia pun di-opname.

Tania mengerutkan kening, bertanya-tanya apakah Chaz masih ingin merayakan ulang tahunnya seperti itu.

Namun sekarang Tania sudah kehilangan antusiasme dan minatnya, hanya merasa jijik.

Sepanjang perjalanan, Tania terus memikirkan cara melarikan diri, dan rasanya mereka tiba terlalu cepat.

Gerbang listrik terbuka, dan Ferrari merah itu perlahan masuk, berhenti di depan sebuah bangunan tua berlantai dua.

Chaz keluar lebih dulu.

Dia mengambil sepatu hak tinggi Tania, berjalan ke kursi pengemudi, dan meletakkannya di lantai.

Tania keluar dengan memegang lengannya dan memakai sepatu haknya.

Baru saja berdiri tegak, dia mendengar dua ledakan keras.

Tania terkejut.

Kelopak mawar merah jatuh dari langit menunjukkan pemandangan yang bagaikan mimpi.

Chaz merangkul bahu Tania, melindunginya.

Pasangan pria tampan dan wanita cantik yang berpelukan sambil bermandikan hujan mawar.

"Oh! Hahaha..."

Kerumunan orang berhamburan keluar dari segala arah, tertawa dan bercanda, dipenuhi kegembiraan.

"Selamat ulang tahun, Kakak Ipar!"

"Selamat ulang tahun!"

"Kakak ipar sangat cantik! Pantas saja Pak Chaz menyembunyikanmu dengan baik!"

"Pasangan yang sangat serasi!"

Tania sedikit bingung.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja di Matamu   Bab 24

    Baru saat itulah dia menyadari bahwa dia telah diblokir.Siapakah orang itu?Dia dengan susah payah menghentikan mobil Chaz dan memohon, "Chaz, aku sudah dihukum. Maafkanlah aku. Kumohon!"Chaz dengan dingin berkata kepadanya, "Aku memblokirmu di industri hiburan dalam negeri, tapi aku nggak bisa menjangkau industri internasional."Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan melesat pergi.Nina tersungkur ke tanah, ekspresinya dipenuhi kebencian, kepasrahan, dan kebingungan.Orang hebat mana lagi yang dia singgung?Dia hanya bisa memulai medianya sendiri, menghasilkan uang dengan video-video seksi dan mempromosikan produk.Namun dia sering dilaporkan, dan produk yang dia promosikan selalu bermasalah.Dia tidak ingin menjalani kehidupan biasa, jadi dia akhirnya bekerja sebagai agen sampingan untuk tetap menjalin hubungan dengan kelas atas.Chaz tidak bisa mengendalikan bisnis orang lain, dia juga tidak punya waktu.Dia menemukan seorang wanita yang sangat mirip Tania.Bukan hanya penampila

  • Senja di Matamu   Bab 23

    Nico kembali ke gereja.Chaz tetap di sana, bersandar di dinding batu dan menyalakan sebatang rokok.Saat ini, para tamu keluar dari gereja menuju ke vila untuk jamuan makan.Harry dan Tania muncul bergandengan tangan, jari-jari mereka saling bertautan.Tania merasakan kehangatan dan kekuatan tangan besarnya, hatinya pun merasa tenang.Sepertinya dia tidak marah dengan kehadiran Chaz.Chaz melihat mereka, mematikan rokoknya, dan bergegas menghampiri mereka. "Tania!"Seorang pengawal menghentikannya.Ketika Tania melihat memar di wajahnya dan darah di sudut bibirnya, hatinya tenang, tidak bergejolak dan tatapannya dingin.Harry berkata dengan tenang, "Pak Chaz, tolong jangan ganggu istriku."Kata 'istri' menusuk hati Chaz seperti pisau tajam.Kilatan dingin melintas di mata Chaz, dia mengancam, "Jika kau berani menindas atau menyakitinya, aku akan merebutnya kembali!"Harry mencibir, "Nggak akan pernah terjadi."Chaz pun meremehkan, "Belum tentu.""Chaz!" Tania menyela, nadanya dingin.

  • Senja di Matamu   Bab 22

    Chaz tak bisa mendengar atau melihat orang-orang di sekitarnya.Hanya ada wanita bergaun pengantin mewah nan indah itu di matanya.Wanita itu berbalik dengan takjub.Itu Tania!Itu benar-benar dia!"Tania!"Dia bergegas menghampiri seperti orang gila, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Tania.Pak Agus yang masih berlinangan air mata melindungi putrinya di belakangnya. "Berhenti!"Banyak tokoh bisnis dan politik hadir, jadi keamanan sangatlah penting.Para pengawal yang kekar dan berotot bergegas menghampiri dan menahan Chaz.Mata semua orang tertuju padanya.Keheranan, rasa ingin tahu, gosip, jijik...Chaz meronta, tatapannya yang biasanya dingin dan acuh tak acuh memohon pada Tania. "Tania! Jangan menikah dengannya. Maafkan aku, oke?"Tania tak menyangka dia akan datang. Setelah terkejut sesaat, dia kembali tenang.Dia berkata, "Pak Chaz, kita sudah putus. Kau yang minta. Hargai dirimu sendiri, dan hargai aku juga. Jangan ganggu pernikahanku."Mata Chaz memerah.Jika dia punya so

  • Senja di Matamu   Bab 21

    Mata Tania jernih dan cerah, diwarnai sedikit kesedihan.Menatap tatapan seperti itu, Harry tak bisa berbohong.Dia berkata jujur, "Meskipun ini perjodohan bisnis antara keluarga kita, aku juga ingin menikahi seorang istri yang kukenal baik dan memuaskanku."Tania mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, kau menyelidikiku?"Mata biru Harry berbinar bagai batu permata. "Ya, aku sangat puas denganmu, dalam segala hal."Tania merasa kata-kata 'dalam segala hal' itu sangat bermakna.Mengingat malam itu di ruang pribadi klub Malam Menawan, wajahnya langsung memerah seperti tomat.Harry tak kuasa menahan senyumnya. "Aku sudah pilihkan beberapa perhiasan untukmu dan akan dikirim besok. Gaun pengantin ini dirancang oleh desainer paling terkenal di Paris. Besok kau cobalah."Tania berkata, "Jangan terlalu boros."Ini hanyalah perjodohan, pestanya seadanya saja. Tidak perlu menghambur-hamburkan uang.Harry berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan khawatir! Kau hanya perlu jadi pengantin. Setelah itu,

  • Senja di Matamu   Bab 20

    Tania, putri PT. Kaito, sedang beristirahat selama dua hari di kediaman keluarganya untuk memulihkan dirinya.Dia menunggang kuda kesayangannya melintasi padang rumput, merasa segar dan penuh energi.Di lereng bukit, dia menarik kendali dan berteriak, "Baiklah! Aku siap!""Cobaan apapun, silakan!"Dia gugup. Beberapa hari ini dia tidak berani mencari informasi tunangannya. Dia tidak tahu penampilan atau riwayat hidupnya.Sekarang, dia sudah siap secara mental untuk segala hal yang tak terduga.Dia menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan ponselnya, dan bersiap untuk memeriksa profil tunangannya.Saat itu, ponselnya berdering.Dia menghubungkan headset Bluetooth-nya.Suara Pak Agus terdengar, "Tania, baliklah! Kakakmu sudah pulang."Tania sudah tidak bertemu kakaknya lebih dari enam bulan, maka dia pun menyimpan ponselnya, memutar kudanya, dan bergegas menuruni bukit.Perjodohan itu sudah menjadi kesepakatan. Siapa pun pihak lawan, dia harus menikah!Kudanya melesat cepat, tiba di gerban

  • Senja di Matamu   Bab 19

    Chaz naik penerbangan terdekat dan tercepat ke Paris.Berdiri di lobi bandara Paris, dia merasa tersesat dan gelisah.Ini bukan wilayahnya, dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Di mana dia bisa menemukan Tania?Di mana Tania?Dia telah meminta seorang teman untuk menyelidiki, tetapi belum ada jawaban.Dia tak punya pilihan selain pergi ke hotel.Penantian itu sungguh menyiksa, dia tidak tahan.Dia mengeluarkan ponselnya dan meninggalkan pesan di berbagai akun daring Tania.Tetapi semuanya telah dinonaktifkan, termasuk akun belanja dan akun membaca daringnya.Tania berusaha menghilang sepenuhnya dari dunianya!Hatinya sakit, tenggorokannya tercekat.Dia berjalan dengan lesu ke jendela, menatap gemerlap lampu Paris yang indah dan melamun.Dia menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya satu per satu.Tania tak menginginkannya lagi, tak menginginkan cintanya lagi.Dia bergumam, "Tania... Aku mencintaimu. Aku bahkan nggak tahu aku begitu mencintaimu! Baliklah, baliklah padaku, oke?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status