Share

Bab 6

Author: Lulu
Tania melepas sepatu hak tingginya, melempar tasnya, dan mulai menurunkan semua bingkai foto.

Dia mengeluarkan foto-foto di dalamnya dan membakarnya, lalu membuang bingkai-bingkai itu.

Sekarang dia baru menyadari ada begitu banyak foto.

Di ruang tamu, koridor, kamar tidur, ruang kerja, ruang olahraga, dinding ruang pakaian lemari, meja...

Telepon berdering.

Tania mengangkatnya dan melihat ayahnya menelepon.

Begitu telepon tersambung, terdengar suara ayahnya yang emosi.

"Tania, apaan itu yang di internet? Kenapa ada rumor dirimu di saat begini?"

Tania terduduk dengan lelah di karpet dan berkata lemah, "Papa..."

Seketika dia merasa sedih, dan tenggorokannya tercekat.

Suara Pak Agus melunak.

"Putriku sayang, jangan nangis, jangan nangis. Papa di sini! Kita nggak akan ditindas! Papa akan tangani masalah internet itu, pasti kuhajar mereka!"

Perhatian dari keluarganya langsung meruntuhkan ketangguhan Tania. Dia menutup mulutnya, terisak-isak karena penindasan yang dialami malam itu.

Pak Agus menghela napas. "Nggak ada gunanya menyesal dan menangis sekarang. Papa akan beri pelajaran pada si brengsek Chaz dan wanita itu!"

Tania menyeka air matanya.

"Nggak perlu. Aku yang terlalu bodoh dan naif. Akulah yang menyebabkan semua ini. Lagipula, aku sudah putuskan untuk beremigrasi, jadi biarkan saja."

Pak Agus kecewa.

"Kau..."

Pak Agus ingin memarahinya, tetapi tidak sanggup melakukannya. Dia hanya bisa mendesah sedih.

Tania menanyakan status prosedur imigrasi, menutup telepon, mandi, dan pergi tidur.

Chaz tidak kembali semalaman.

Tidak ada telepon, tidak ada pesan.

Ketika Tania bangun, hari sudah siang.

Dia mengeluarkan ponselnya, semua foto dan videonya sudah hilang dari internet.

Saat sarapan, Chaz kembali.

Dia mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin, rambutnya agak acak-acakan, matanya merah, dan janggutnya sedikit berantakan.

Jelas sekali dia tidak tidur semalaman.

Dia duduk di hadapan Tania dan bertanya dengan suara berat, "Kau yang ajukan gugatan terkait insiden daring ini?"

Tania menyeka bibirnya dengan serbet dan menatap matanya. "Ya, aku harus membela hakku."

Chaz berbicara dengan nada bisnis, "Perusahaan telah mengontrak Nina. Dia baru saja balik dan butuh publisitas. Kukasih seratus miliar, cabut gugatanmu terhadap situs web tersebut dan izinkan mereka pakai foto dan videomu untuk promosi."

Tania mencibir dengan nada sarkastis. "Pak Chaz, aku bukan karyawan perusahaanmu. nggak wajib, dan nggak perlu bekerja sama untuk publisitas selebritasmu."

Alis Chaz berkerut, dia membanting gelas susu kembali ke meja, pandangan dinginnya mengamati Tania.

"Cemburu? Marah karena kutinggalkan tadi malam? Wajah dan kaki Nina terluka semalam, jadi aku langsung bawa dia ke rumah sakit. Dia mengandalkan penampilannya untuk mencari nafkah, jadi dia nggak boleh cacat."

Tania tersenyum. "Aku nggak marah. Aku nggak peduli mau gimana kau promosikan dirinya, jangan libatkan aku ke dalam masalah ini, ngerti?"

Pandangan Chaz menjadi tegas, nadanya dingin, "Kau selalu patuh dan bijaksana. Kuharap kau nggak mengecewakanku."

Tania berkata dengan tenang, "Maaf mengecewakan Pak Chaz, tapi aku tetap pada prinsipku."

Chaz menatapnya dengan bingung, tidak biasanya Tania mencuekkan perkataannya.

Dia menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam, dan perlahan mengembuskan asapnya.

Wajahnya yang tampan dan lelah, diselimuti asap, memancarkan keindahan yang anggun dan dekaden.

Setelah dua isapan, dia menenangkan diri, mematikan rokok yang setengah terbakar ke asbak, lalu berjalan mendekat dan duduk di sebelah Tania.

Dia memeluknya dan berkata dengan suara berat, "Baiklah, nggak pakai foto dan videomu lagi. Jangan marah lagi. Kukasih 40 miliar, bisakah kau batalkan gugatan ini? Menyinggung para jurnalis dan media swadaya itu juga akan merusak reputasi perusahaan."

Chaz mencium telinganya, menyentuh kerah bajunya.

Karena perusahaan Chaz berada di balik semua ini, Tania setuju untuk membatalkan gugatan, anggap saja sebagai imbalan atas jasanya selama tiga tahun terakhir.

Lagipula, Chaz selalu melayaninya dengan baik.

Saat Tania hendak mengangguk, ponsel Chaz berdering. Chaz menggendongnya dengan satu tangan, mengeluarkan ponsel dan meliriknya, lalu menjawabnya.

Percakapan itu dalam bahasa Georgia.

"Uri, ngapain?"

Uri bertanya dengan nada jahat, "Kau sudah tenangkan Tania? Dia setuju nggak untuk cabut gugatannya? Para reporter dan media sosial itu minta pertanggungjawaban Nina, dan Nina sudah menangis."

Chaz berkata dengan cuek, “Mana mungkin dia nggak setuju?"

Uri terkekeh, "Kak, aku iri sekali. Aku benar-benar tertarik dengan Tania. Sekarang kau sudah punya Nina, berikan saja dia padaku, setidaknya akan memuaskan hasratku."

Chaz mengeratkan pelukannya di tubuh Tania dan berkata dengan dingin, "Enyahlah!"

Karena jarak mereka begitu dekat, Tania bisa mendengarnya dengan jelas.

Mendengar kata-kata Chaz yang ambigu tadi, Tania mengira bahwa perusahaannya yang di balik insiden internet.

Ternyata itu adalah ulah Nina.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja di Matamu   Bab 24

    Baru saat itulah dia menyadari bahwa dia telah diblokir.Siapakah orang itu?Dia dengan susah payah menghentikan mobil Chaz dan memohon, "Chaz, aku sudah dihukum. Maafkanlah aku. Kumohon!"Chaz dengan dingin berkata kepadanya, "Aku memblokirmu di industri hiburan dalam negeri, tapi aku nggak bisa menjangkau industri internasional."Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan melesat pergi.Nina tersungkur ke tanah, ekspresinya dipenuhi kebencian, kepasrahan, dan kebingungan.Orang hebat mana lagi yang dia singgung?Dia hanya bisa memulai medianya sendiri, menghasilkan uang dengan video-video seksi dan mempromosikan produk.Namun dia sering dilaporkan, dan produk yang dia promosikan selalu bermasalah.Dia tidak ingin menjalani kehidupan biasa, jadi dia akhirnya bekerja sebagai agen sampingan untuk tetap menjalin hubungan dengan kelas atas.Chaz tidak bisa mengendalikan bisnis orang lain, dia juga tidak punya waktu.Dia menemukan seorang wanita yang sangat mirip Tania.Bukan hanya penampila

  • Senja di Matamu   Bab 23

    Nico kembali ke gereja.Chaz tetap di sana, bersandar di dinding batu dan menyalakan sebatang rokok.Saat ini, para tamu keluar dari gereja menuju ke vila untuk jamuan makan.Harry dan Tania muncul bergandengan tangan, jari-jari mereka saling bertautan.Tania merasakan kehangatan dan kekuatan tangan besarnya, hatinya pun merasa tenang.Sepertinya dia tidak marah dengan kehadiran Chaz.Chaz melihat mereka, mematikan rokoknya, dan bergegas menghampiri mereka. "Tania!"Seorang pengawal menghentikannya.Ketika Tania melihat memar di wajahnya dan darah di sudut bibirnya, hatinya tenang, tidak bergejolak dan tatapannya dingin.Harry berkata dengan tenang, "Pak Chaz, tolong jangan ganggu istriku."Kata 'istri' menusuk hati Chaz seperti pisau tajam.Kilatan dingin melintas di mata Chaz, dia mengancam, "Jika kau berani menindas atau menyakitinya, aku akan merebutnya kembali!"Harry mencibir, "Nggak akan pernah terjadi."Chaz pun meremehkan, "Belum tentu.""Chaz!" Tania menyela, nadanya dingin.

  • Senja di Matamu   Bab 22

    Chaz tak bisa mendengar atau melihat orang-orang di sekitarnya.Hanya ada wanita bergaun pengantin mewah nan indah itu di matanya.Wanita itu berbalik dengan takjub.Itu Tania!Itu benar-benar dia!"Tania!"Dia bergegas menghampiri seperti orang gila, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Tania.Pak Agus yang masih berlinangan air mata melindungi putrinya di belakangnya. "Berhenti!"Banyak tokoh bisnis dan politik hadir, jadi keamanan sangatlah penting.Para pengawal yang kekar dan berotot bergegas menghampiri dan menahan Chaz.Mata semua orang tertuju padanya.Keheranan, rasa ingin tahu, gosip, jijik...Chaz meronta, tatapannya yang biasanya dingin dan acuh tak acuh memohon pada Tania. "Tania! Jangan menikah dengannya. Maafkan aku, oke?"Tania tak menyangka dia akan datang. Setelah terkejut sesaat, dia kembali tenang.Dia berkata, "Pak Chaz, kita sudah putus. Kau yang minta. Hargai dirimu sendiri, dan hargai aku juga. Jangan ganggu pernikahanku."Mata Chaz memerah.Jika dia punya so

  • Senja di Matamu   Bab 21

    Mata Tania jernih dan cerah, diwarnai sedikit kesedihan.Menatap tatapan seperti itu, Harry tak bisa berbohong.Dia berkata jujur, "Meskipun ini perjodohan bisnis antara keluarga kita, aku juga ingin menikahi seorang istri yang kukenal baik dan memuaskanku."Tania mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, kau menyelidikiku?"Mata biru Harry berbinar bagai batu permata. "Ya, aku sangat puas denganmu, dalam segala hal."Tania merasa kata-kata 'dalam segala hal' itu sangat bermakna.Mengingat malam itu di ruang pribadi klub Malam Menawan, wajahnya langsung memerah seperti tomat.Harry tak kuasa menahan senyumnya. "Aku sudah pilihkan beberapa perhiasan untukmu dan akan dikirim besok. Gaun pengantin ini dirancang oleh desainer paling terkenal di Paris. Besok kau cobalah."Tania berkata, "Jangan terlalu boros."Ini hanyalah perjodohan, pestanya seadanya saja. Tidak perlu menghambur-hamburkan uang.Harry berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan khawatir! Kau hanya perlu jadi pengantin. Setelah itu,

  • Senja di Matamu   Bab 20

    Tania, putri PT. Kaito, sedang beristirahat selama dua hari di kediaman keluarganya untuk memulihkan dirinya.Dia menunggang kuda kesayangannya melintasi padang rumput, merasa segar dan penuh energi.Di lereng bukit, dia menarik kendali dan berteriak, "Baiklah! Aku siap!""Cobaan apapun, silakan!"Dia gugup. Beberapa hari ini dia tidak berani mencari informasi tunangannya. Dia tidak tahu penampilan atau riwayat hidupnya.Sekarang, dia sudah siap secara mental untuk segala hal yang tak terduga.Dia menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan ponselnya, dan bersiap untuk memeriksa profil tunangannya.Saat itu, ponselnya berdering.Dia menghubungkan headset Bluetooth-nya.Suara Pak Agus terdengar, "Tania, baliklah! Kakakmu sudah pulang."Tania sudah tidak bertemu kakaknya lebih dari enam bulan, maka dia pun menyimpan ponselnya, memutar kudanya, dan bergegas menuruni bukit.Perjodohan itu sudah menjadi kesepakatan. Siapa pun pihak lawan, dia harus menikah!Kudanya melesat cepat, tiba di gerban

  • Senja di Matamu   Bab 19

    Chaz naik penerbangan terdekat dan tercepat ke Paris.Berdiri di lobi bandara Paris, dia merasa tersesat dan gelisah.Ini bukan wilayahnya, dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Di mana dia bisa menemukan Tania?Di mana Tania?Dia telah meminta seorang teman untuk menyelidiki, tetapi belum ada jawaban.Dia tak punya pilihan selain pergi ke hotel.Penantian itu sungguh menyiksa, dia tidak tahan.Dia mengeluarkan ponselnya dan meninggalkan pesan di berbagai akun daring Tania.Tetapi semuanya telah dinonaktifkan, termasuk akun belanja dan akun membaca daringnya.Tania berusaha menghilang sepenuhnya dari dunianya!Hatinya sakit, tenggorokannya tercekat.Dia berjalan dengan lesu ke jendela, menatap gemerlap lampu Paris yang indah dan melamun.Dia menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya satu per satu.Tania tak menginginkannya lagi, tak menginginkan cintanya lagi.Dia bergumam, "Tania... Aku mencintaimu. Aku bahkan nggak tahu aku begitu mencintaimu! Baliklah, baliklah padaku, oke?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status