Share

Bab 7

Author: Lulu
Chaz menutup telepon, mencium pipi Tania, dan mendesak, "Telepon pengacaramu dan cabut gugatannya."

Tania berkata dengan dingin, "Aku nggak akan cabut gugatannya."

Ekspresi Chaz langsung muram. Dia berdiri dan memelototinya. "Jangan main-main. Perusahaanku kena masalah, apa untungnya bagimu?"

Tania tetap teguh.

"Timmu, para jurnalis, dan media swadaya itu semua tahu tentang privasi dan hak citra, kan? Tapi mereka sengaja melanggar hukum. Kenapa? Aku sudah ditindas, dan alih-alih meminta pertanggungjawaban mereka, kau malah berbisnis denganku?"

Chaz menatapnya dengan tatapan dingin dan kecewa. "Aku bahkan nggak kenal dirimu yang seperti ini. Kecemburuan memang mengerikan."

Setelah itu, dia menyingkirkan kursi makan dan naik ke atas.

Kursi itu berderit keras, membuktikan kemarahannya.

Ketika menyangkut urusan Nina, dia kehilangan ketenangannya.

Tania menunduk dan terus mencicipi bubur kacang hijau dengan santai.

Tak lama kemudian, Chaz turun, berganti pakaian, rambutnya masih basah mungkin karena mandi.

Dia berhenti di pintu ruang makan dan menoleh ke arah Tania.

"Aku tetap akan mentransfer 40 miliar itu kepadamu. Maaf telah melibatkanmu."

Dia bersikap sangat sopan.

Namun, Tania peka terhadap kedinginan dan cueknya.

Hanya saja Tania tidak peduli.

Situs web penjualan barang bekas itu kembali menerima banyak pesanan, jadi dia mengemas dan mengirimkan semuanya.

Selama tujuh hari, Chaz tidak kembali, juga tidak mengirim pesan apa pun.

Suatu subuh, telepon tiba-tiba berdering.

Tania terbangun kaget dan meraih ponselnya. Ternyata Chaz.

Dia sedikit mengernyit dan menjawab.

Suara Chaz terdengar cadel, kurang jelas, mungkin karena terlalu banyak minum.

"Tania, cepat... jemput aku. Pulang rumah."

Tania mendengar musik keras di latar belakang.

"Kau di mana?"

"Mena... Klub Malam Menawan, Kamar 88."

"Oke."

Tania segera bangkit, mengenakan celana jin dan kaus putih. Setelah berpikir sejenak, dia menemukan sepasang anting hitam berkilau dan memakainya.

Lalu, dia turun ke garasi. Ferrari merah itu terparkir di paling luar. Mobil itu belum balik nama, jadi bukan miliknya dan dia tidak menjualnya.

Tania membuka pintu pengemudi dan masuk. Namun, dia melihat sebelah stoking hitam di kursi penumpang dan sepatu hak tinggi perak di atas karpet. Dia mengenali sepatu hak tinggi itu. Itu adalah sepatu yang sama yang ditinggalkan Nina di dekat hamparan bunga di klub pada hari ulang tahunnya.

Tania merasa jijik, maka dia pun keluar dan menemukan BMW Mini-nya di antara belasan mobil mewah Chaz.

Sekitar pukul dua subuh dia tiba di tempat parkir bawah tanah Klub Malam Menawan. Saat memarkir mobilnya, seorang pria paruh baya muncul dari balik pilar gelap dan menghentikannya.

"Hei, nona! Bisakah pinjami aku tisu? Aku mau ke kamar kecil, tapi nggak ada tisu."

Tania yang waspada terhadap orang asing yang mendekat pun menolak, "Nggak ada."

Pria paruh baya itu melanjutkan, "Ponselku hilang. Bisakah pinjami aku duit? Aku perlu beli tisu atau naik taxi."

Tania menjawab dengan dingin, "Nggak ada!"

Setelah itu, dia berbalik dan pergi.

Pintu lift terbuka, dan terdengar suara musik yang memekakkan telinga. Lampu-lampu berkelap-kelip menyilaukan mata.

Pria dan wanita bergoyang bersama, minum bersama, bernyanyi bersama, saling menggoda.

Tania tidak menyukai suasana seperti ini.

Dia menanyakan arah kepada resepsionis dan berjalan melewati pintu kedap suara menuju sebuah koridor.

Di kedua sisi koridor terdapat kamar-kamar pribadi mewah, pintunya kedap suara dan sepanjang koridor sunyi.

Tania menemukan kamar 88 dan memencet bel.

Pintu kedap suara yang tebal itu terbuka, dan alunan musik dansa yang memekakkan telinga menggelegar.

Di luar terang, di dalam gelap. Karena tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam, Tania melangkah masuk.

Pintu tiba-tiba terbanting menutup di belakangnya.

Tania terkejut dan langsung berbalik, menatap mata Uri yang penuh nafsu.

Pada saat yang sama, Uri mengangkat tangannya dan menyemprotkan dua kali cairan ke wajahnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja di Matamu   Bab 24

    Baru saat itulah dia menyadari bahwa dia telah diblokir.Siapakah orang itu?Dia dengan susah payah menghentikan mobil Chaz dan memohon, "Chaz, aku sudah dihukum. Maafkanlah aku. Kumohon!"Chaz dengan dingin berkata kepadanya, "Aku memblokirmu di industri hiburan dalam negeri, tapi aku nggak bisa menjangkau industri internasional."Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan melesat pergi.Nina tersungkur ke tanah, ekspresinya dipenuhi kebencian, kepasrahan, dan kebingungan.Orang hebat mana lagi yang dia singgung?Dia hanya bisa memulai medianya sendiri, menghasilkan uang dengan video-video seksi dan mempromosikan produk.Namun dia sering dilaporkan, dan produk yang dia promosikan selalu bermasalah.Dia tidak ingin menjalani kehidupan biasa, jadi dia akhirnya bekerja sebagai agen sampingan untuk tetap menjalin hubungan dengan kelas atas.Chaz tidak bisa mengendalikan bisnis orang lain, dia juga tidak punya waktu.Dia menemukan seorang wanita yang sangat mirip Tania.Bukan hanya penampila

  • Senja di Matamu   Bab 23

    Nico kembali ke gereja.Chaz tetap di sana, bersandar di dinding batu dan menyalakan sebatang rokok.Saat ini, para tamu keluar dari gereja menuju ke vila untuk jamuan makan.Harry dan Tania muncul bergandengan tangan, jari-jari mereka saling bertautan.Tania merasakan kehangatan dan kekuatan tangan besarnya, hatinya pun merasa tenang.Sepertinya dia tidak marah dengan kehadiran Chaz.Chaz melihat mereka, mematikan rokoknya, dan bergegas menghampiri mereka. "Tania!"Seorang pengawal menghentikannya.Ketika Tania melihat memar di wajahnya dan darah di sudut bibirnya, hatinya tenang, tidak bergejolak dan tatapannya dingin.Harry berkata dengan tenang, "Pak Chaz, tolong jangan ganggu istriku."Kata 'istri' menusuk hati Chaz seperti pisau tajam.Kilatan dingin melintas di mata Chaz, dia mengancam, "Jika kau berani menindas atau menyakitinya, aku akan merebutnya kembali!"Harry mencibir, "Nggak akan pernah terjadi."Chaz pun meremehkan, "Belum tentu.""Chaz!" Tania menyela, nadanya dingin.

  • Senja di Matamu   Bab 22

    Chaz tak bisa mendengar atau melihat orang-orang di sekitarnya.Hanya ada wanita bergaun pengantin mewah nan indah itu di matanya.Wanita itu berbalik dengan takjub.Itu Tania!Itu benar-benar dia!"Tania!"Dia bergegas menghampiri seperti orang gila, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Tania.Pak Agus yang masih berlinangan air mata melindungi putrinya di belakangnya. "Berhenti!"Banyak tokoh bisnis dan politik hadir, jadi keamanan sangatlah penting.Para pengawal yang kekar dan berotot bergegas menghampiri dan menahan Chaz.Mata semua orang tertuju padanya.Keheranan, rasa ingin tahu, gosip, jijik...Chaz meronta, tatapannya yang biasanya dingin dan acuh tak acuh memohon pada Tania. "Tania! Jangan menikah dengannya. Maafkan aku, oke?"Tania tak menyangka dia akan datang. Setelah terkejut sesaat, dia kembali tenang.Dia berkata, "Pak Chaz, kita sudah putus. Kau yang minta. Hargai dirimu sendiri, dan hargai aku juga. Jangan ganggu pernikahanku."Mata Chaz memerah.Jika dia punya so

  • Senja di Matamu   Bab 21

    Mata Tania jernih dan cerah, diwarnai sedikit kesedihan.Menatap tatapan seperti itu, Harry tak bisa berbohong.Dia berkata jujur, "Meskipun ini perjodohan bisnis antara keluarga kita, aku juga ingin menikahi seorang istri yang kukenal baik dan memuaskanku."Tania mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, kau menyelidikiku?"Mata biru Harry berbinar bagai batu permata. "Ya, aku sangat puas denganmu, dalam segala hal."Tania merasa kata-kata 'dalam segala hal' itu sangat bermakna.Mengingat malam itu di ruang pribadi klub Malam Menawan, wajahnya langsung memerah seperti tomat.Harry tak kuasa menahan senyumnya. "Aku sudah pilihkan beberapa perhiasan untukmu dan akan dikirim besok. Gaun pengantin ini dirancang oleh desainer paling terkenal di Paris. Besok kau cobalah."Tania berkata, "Jangan terlalu boros."Ini hanyalah perjodohan, pestanya seadanya saja. Tidak perlu menghambur-hamburkan uang.Harry berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan khawatir! Kau hanya perlu jadi pengantin. Setelah itu,

  • Senja di Matamu   Bab 20

    Tania, putri PT. Kaito, sedang beristirahat selama dua hari di kediaman keluarganya untuk memulihkan dirinya.Dia menunggang kuda kesayangannya melintasi padang rumput, merasa segar dan penuh energi.Di lereng bukit, dia menarik kendali dan berteriak, "Baiklah! Aku siap!""Cobaan apapun, silakan!"Dia gugup. Beberapa hari ini dia tidak berani mencari informasi tunangannya. Dia tidak tahu penampilan atau riwayat hidupnya.Sekarang, dia sudah siap secara mental untuk segala hal yang tak terduga.Dia menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan ponselnya, dan bersiap untuk memeriksa profil tunangannya.Saat itu, ponselnya berdering.Dia menghubungkan headset Bluetooth-nya.Suara Pak Agus terdengar, "Tania, baliklah! Kakakmu sudah pulang."Tania sudah tidak bertemu kakaknya lebih dari enam bulan, maka dia pun menyimpan ponselnya, memutar kudanya, dan bergegas menuruni bukit.Perjodohan itu sudah menjadi kesepakatan. Siapa pun pihak lawan, dia harus menikah!Kudanya melesat cepat, tiba di gerban

  • Senja di Matamu   Bab 19

    Chaz naik penerbangan terdekat dan tercepat ke Paris.Berdiri di lobi bandara Paris, dia merasa tersesat dan gelisah.Ini bukan wilayahnya, dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Di mana dia bisa menemukan Tania?Di mana Tania?Dia telah meminta seorang teman untuk menyelidiki, tetapi belum ada jawaban.Dia tak punya pilihan selain pergi ke hotel.Penantian itu sungguh menyiksa, dia tidak tahan.Dia mengeluarkan ponselnya dan meninggalkan pesan di berbagai akun daring Tania.Tetapi semuanya telah dinonaktifkan, termasuk akun belanja dan akun membaca daringnya.Tania berusaha menghilang sepenuhnya dari dunianya!Hatinya sakit, tenggorokannya tercekat.Dia berjalan dengan lesu ke jendela, menatap gemerlap lampu Paris yang indah dan melamun.Dia menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya satu per satu.Tania tak menginginkannya lagi, tak menginginkan cintanya lagi.Dia bergumam, "Tania... Aku mencintaimu. Aku bahkan nggak tahu aku begitu mencintaimu! Baliklah, baliklah padaku, oke?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status