Share

Bab 8

Author: Lulu
Tania menghindar dengan cepat, tetapi sudah terlambat.

Tercium aroma manis yang samar, dia menghirupnya beberapa kali.

Uri menghalangi pintu, memaksanya mundur ke dalam.

Tania bertanya dengan hati-hati, "Apa maumu?"

Uri terkekeh, "Ya itu!"

Lalu Uri menyemprotnya beberapa kali lagi.

Tania merasakan sensasi terbakar di sekujur tubuhnya, detak jantungnya semakin cepat, kakinya melemah, dan cahaya terang dari bola disko membuatnya pusing.

Sesuai dugaan, Uri telah menyemprotkan obat perangsang!

Ruang-ruang pribadi di klub malam itu semuanya kedap suara dan sangat privat. Hanya ada pintu kedap suara, tanpa jendela.

Dan dengan musik yang diputar, sekeras apapun teriakan Tania, tak seorang pun akan mendengarnya!

Uri pasti sudah meminum penawar sebelumnya. Dia bergegas menghampiri, memeluk, dan menciumnya.

"Sayang, akhirnya kudapatkan dirimu!"

Tania terkejut dan marah sambil meronta. "Lepaskan aku! Ini tindakan kriminal!"

Uri meraih lengannya dan melemparkannya ke sofa, menerkamnya seperti serigala lapar.

Tania terkejut dan sontak menendangnya.

Namun, Uri telah mengantisipasi gerakannya dan mencondongkan tubuh ke depan menahannya.

Tangannya mencubit dan meremas, dia menggertak, "Kriminal? Hanya kita berdua di sini, nggak ada kamera. Kubilang saja kau mabuk dan melakukannya dengan sukarela, tapi setelah bangun kau menyesalinya lalu berbalik melawanku. Hakim bakal percaya siapa? Hal ini akan dibiarkan begitu saja akhirnya!"

Tania meronta tanpa daya, merasa putus asa. "Chaz nggak akan melepaskanmu!"

Uri menahannya, membuka kancing celana jinsnya, dan menyeringai dengan arogan dan jahat.

"Gadis bodoh, Chaz memberikanmu padaku! Bukankah dia yang memanggilmu kemari? Dia sedang bersenang-senang di sebelah dengan Nina sekarang!"

Tania bagaikan tersambar petir, air mata kesedihan dan kemarahan mengalir di wajahnya.

Uri membuka ritsleting celananya dan menurunkannya.

"Hari ini, akan kutunjukkan betapa hebatnya aku. Aku lebih hebat dari Chaz! Nina sudah enam tahun bersenang-senang di negara barat. Chaz pasti akan kembali padamu! Saat kau sudah merasakan kehebatanku, kau pun nggak akan mau dia lagi! Hehe..."

Saat Tania tersadar dari keterkejutannya, celananya sudah melorot hingga ke selangkangan.

Dia mengangkat tangannya dan menampar wajah Uri sampai menggema.

Ekspresi Uri berubah sesaat, tetapi dia segera memasang senyum nakal.

"Ternyata gadis galak. Aku suka itu!"

Tania mengangkat tangan kanannya hendak memukul lagi, tetapi pergelangan tangannya ditahan Uri. Lalu, dia mengangkat tangan kirinya, tetapi juga ditahan Uri.

Tatapan Uri berubah ganas. "Kekuatanmu itu hanya akan meningkatkan nafsuku! Nanti saat nafsumu sudah bangkit, kau pasti akan menangis dan memohon-mohon padaku!"

Lalu, Uri membungkuk dan menciumnya seperti anjing gila.

Tania merasakan sensasi terbakar di perutnya, dan merasa terlalu lemah untuk melawan.

Di ruang pribadi di sebelahnya, Nina tersenyum kepada asistennya sambil memegang segelas anggur merah dan mengagumi layar ponselnya.

"Kalau saja Tania nggak pakai celana hari ini, Uri pasti sudah berhasil. Tapi ini lebih baik lagi, ini akan semakin membangkitkan nafsu Uri."

Asisten itu bertanya dengan cemas, "Gimana kalau Tania menuntut Uri?"

Nina mencibir dengan nada meremehkan, "Menuntut Uri, apa hubungannya denganku? Aku nggak buat apa-apa. Aku hanya menyarankan agar Chaz telepon Tania untuk menjemputnya."

Tatapan asisten itu dipenuhi kekaguman.

Nina menyeringai.

"Dengan video-video ini, Tania pasti akan mencabut gugatan. Kalau nggak, aku akan mengunggahnya ke internet! Kita lihat siapa yang lebih berani!"

Setelah itu, dia mengepalkan tangannya dengan penuh semangat saat melihat video di ponselnya.

"Uri, ayo buka celananya! Cepat! Cepat!"

Chaz yang terkapar di sofa, bergerak dan berkata dengan suara mabuk, "Air, Tania, tuangkan aku segelas air."

Nina menegang, menoleh menatap wajah tampan Chaz, kilatan kecemburuan tampak di tatapannya.

"Sebentar."

Nina mematikan ponselnya dan pergi mengambilkan air untuk Chaz.

Di kamar sebelah, Tania merasa dirinya akan tamat kali ini.

Saat Uri melepaskan tangannya dan mencoba membuka celananya, Tania mencakar dengan ganas, mencabik-cabik wajah dan leher Uri hingga kulitnya lecet.

Uri seperti binatang buas. "Dasar kucing liar, aku semakin tertarik padamu sekarang! Aku akan merekam kelakuanmu yang gila nanti untuk kau nikmati!"

Setelah itu, dia menarik Tania dari sofa.

Kaki Tania lemas dan dia berlutut di atas karpet.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja di Matamu   Bab 24

    Baru saat itulah dia menyadari bahwa dia telah diblokir.Siapakah orang itu?Dia dengan susah payah menghentikan mobil Chaz dan memohon, "Chaz, aku sudah dihukum. Maafkanlah aku. Kumohon!"Chaz dengan dingin berkata kepadanya, "Aku memblokirmu di industri hiburan dalam negeri, tapi aku nggak bisa menjangkau industri internasional."Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan melesat pergi.Nina tersungkur ke tanah, ekspresinya dipenuhi kebencian, kepasrahan, dan kebingungan.Orang hebat mana lagi yang dia singgung?Dia hanya bisa memulai medianya sendiri, menghasilkan uang dengan video-video seksi dan mempromosikan produk.Namun dia sering dilaporkan, dan produk yang dia promosikan selalu bermasalah.Dia tidak ingin menjalani kehidupan biasa, jadi dia akhirnya bekerja sebagai agen sampingan untuk tetap menjalin hubungan dengan kelas atas.Chaz tidak bisa mengendalikan bisnis orang lain, dia juga tidak punya waktu.Dia menemukan seorang wanita yang sangat mirip Tania.Bukan hanya penampila

  • Senja di Matamu   Bab 23

    Nico kembali ke gereja.Chaz tetap di sana, bersandar di dinding batu dan menyalakan sebatang rokok.Saat ini, para tamu keluar dari gereja menuju ke vila untuk jamuan makan.Harry dan Tania muncul bergandengan tangan, jari-jari mereka saling bertautan.Tania merasakan kehangatan dan kekuatan tangan besarnya, hatinya pun merasa tenang.Sepertinya dia tidak marah dengan kehadiran Chaz.Chaz melihat mereka, mematikan rokoknya, dan bergegas menghampiri mereka. "Tania!"Seorang pengawal menghentikannya.Ketika Tania melihat memar di wajahnya dan darah di sudut bibirnya, hatinya tenang, tidak bergejolak dan tatapannya dingin.Harry berkata dengan tenang, "Pak Chaz, tolong jangan ganggu istriku."Kata 'istri' menusuk hati Chaz seperti pisau tajam.Kilatan dingin melintas di mata Chaz, dia mengancam, "Jika kau berani menindas atau menyakitinya, aku akan merebutnya kembali!"Harry mencibir, "Nggak akan pernah terjadi."Chaz pun meremehkan, "Belum tentu.""Chaz!" Tania menyela, nadanya dingin.

  • Senja di Matamu   Bab 22

    Chaz tak bisa mendengar atau melihat orang-orang di sekitarnya.Hanya ada wanita bergaun pengantin mewah nan indah itu di matanya.Wanita itu berbalik dengan takjub.Itu Tania!Itu benar-benar dia!"Tania!"Dia bergegas menghampiri seperti orang gila, mengulurkan tangan untuk meraih lengan Tania.Pak Agus yang masih berlinangan air mata melindungi putrinya di belakangnya. "Berhenti!"Banyak tokoh bisnis dan politik hadir, jadi keamanan sangatlah penting.Para pengawal yang kekar dan berotot bergegas menghampiri dan menahan Chaz.Mata semua orang tertuju padanya.Keheranan, rasa ingin tahu, gosip, jijik...Chaz meronta, tatapannya yang biasanya dingin dan acuh tak acuh memohon pada Tania. "Tania! Jangan menikah dengannya. Maafkan aku, oke?"Tania tak menyangka dia akan datang. Setelah terkejut sesaat, dia kembali tenang.Dia berkata, "Pak Chaz, kita sudah putus. Kau yang minta. Hargai dirimu sendiri, dan hargai aku juga. Jangan ganggu pernikahanku."Mata Chaz memerah.Jika dia punya so

  • Senja di Matamu   Bab 21

    Mata Tania jernih dan cerah, diwarnai sedikit kesedihan.Menatap tatapan seperti itu, Harry tak bisa berbohong.Dia berkata jujur, "Meskipun ini perjodohan bisnis antara keluarga kita, aku juga ingin menikahi seorang istri yang kukenal baik dan memuaskanku."Tania mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, kau menyelidikiku?"Mata biru Harry berbinar bagai batu permata. "Ya, aku sangat puas denganmu, dalam segala hal."Tania merasa kata-kata 'dalam segala hal' itu sangat bermakna.Mengingat malam itu di ruang pribadi klub Malam Menawan, wajahnya langsung memerah seperti tomat.Harry tak kuasa menahan senyumnya. "Aku sudah pilihkan beberapa perhiasan untukmu dan akan dikirim besok. Gaun pengantin ini dirancang oleh desainer paling terkenal di Paris. Besok kau cobalah."Tania berkata, "Jangan terlalu boros."Ini hanyalah perjodohan, pestanya seadanya saja. Tidak perlu menghambur-hamburkan uang.Harry berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan khawatir! Kau hanya perlu jadi pengantin. Setelah itu,

  • Senja di Matamu   Bab 20

    Tania, putri PT. Kaito, sedang beristirahat selama dua hari di kediaman keluarganya untuk memulihkan dirinya.Dia menunggang kuda kesayangannya melintasi padang rumput, merasa segar dan penuh energi.Di lereng bukit, dia menarik kendali dan berteriak, "Baiklah! Aku siap!""Cobaan apapun, silakan!"Dia gugup. Beberapa hari ini dia tidak berani mencari informasi tunangannya. Dia tidak tahu penampilan atau riwayat hidupnya.Sekarang, dia sudah siap secara mental untuk segala hal yang tak terduga.Dia menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan ponselnya, dan bersiap untuk memeriksa profil tunangannya.Saat itu, ponselnya berdering.Dia menghubungkan headset Bluetooth-nya.Suara Pak Agus terdengar, "Tania, baliklah! Kakakmu sudah pulang."Tania sudah tidak bertemu kakaknya lebih dari enam bulan, maka dia pun menyimpan ponselnya, memutar kudanya, dan bergegas menuruni bukit.Perjodohan itu sudah menjadi kesepakatan. Siapa pun pihak lawan, dia harus menikah!Kudanya melesat cepat, tiba di gerban

  • Senja di Matamu   Bab 19

    Chaz naik penerbangan terdekat dan tercepat ke Paris.Berdiri di lobi bandara Paris, dia merasa tersesat dan gelisah.Ini bukan wilayahnya, dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Di mana dia bisa menemukan Tania?Di mana Tania?Dia telah meminta seorang teman untuk menyelidiki, tetapi belum ada jawaban.Dia tak punya pilihan selain pergi ke hotel.Penantian itu sungguh menyiksa, dia tidak tahan.Dia mengeluarkan ponselnya dan meninggalkan pesan di berbagai akun daring Tania.Tetapi semuanya telah dinonaktifkan, termasuk akun belanja dan akun membaca daringnya.Tania berusaha menghilang sepenuhnya dari dunianya!Hatinya sakit, tenggorokannya tercekat.Dia berjalan dengan lesu ke jendela, menatap gemerlap lampu Paris yang indah dan melamun.Dia menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya satu per satu.Tania tak menginginkannya lagi, tak menginginkan cintanya lagi.Dia bergumam, "Tania... Aku mencintaimu. Aku bahkan nggak tahu aku begitu mencintaimu! Baliklah, baliklah padaku, oke?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status