Home / Romansa / Sentuhan Candu Tuan Benji / 5. Mengerikan di Ranjang

Share

5. Mengerikan di Ranjang

Author: LilyLembah03_
last update Last Updated: 2025-10-12 21:50:07

"Apa biasanya keluarga kaya memang sering bertengkar saat berkumpul?"

Pertanyaan polos Lily hanya ditanggapi Kiello dengan kekehan geli. "Sepertinya begitu. Kami hanya membuat-buat masalah karena tidak punya topik pembicaraan," canda Kiello yang anehnya ditanggapi gadis itu serius.

"Kukira mereka begitu hanya dalam drama yang sering muncul di televisi," gumam gadis dengan rambut tergerai indah itu takjub.

Saat ini, Kiello dan Lily tengah duduk di taman belakang rumah Benji. Entah yang lain pergi ke mana. Mungkin saja minum teh di ruang tengah sambil melanjutkan perdebatan.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Bahkan di pernikahan Kak Abia dan Kak Kaisar pun kau sepertinya tidak ada ...," komentar Kiello sambil meneguk jus jeruk di gelas yang tadi dibawanya.

Lily yang mendengar itu, sontak menegang kaku sambil menunduk memandangi segelas jus apel di pangkuan. Sebelum menemukan jawaban yang tepat untuk berbohong, Kiello lebih dulu menyambung.

"Ah, tentu saja kau takut hadir ke acara itu. Kecantikanmu pasti akan mengalahkan pengantinnya, kau bisa jadi pusat perhatian nanti." Pria itu malah menggombal.

Lily terkekeh geli tapi tidak berniat menanggapi. Gadis itu malah meneguk jus di genggamannya. Membuat Kiello semakin tertarik dengan minimnya reaksi gadis cantik itu.

"Apakah kau dan Paman Benji bukan saudara kandung?" Lily bahkan malah mengalihkan topik.

"Bisa dibilang tidak ada hubungan saudara juga sebenarnya." Tapi Kiello tentu saja dengan senang hati menjawab.

"Maksudmu bagaimana?"

Kiello merapat dan merangkul bahu Lily. Membuat gadis itu meringis risih namun tidak enak untuk menepis lengan pria itu dari bahu. "Pak Geovano Galendra itu bukan Papa kandungku. Aku anak dari pernikahan Mama sebelumnya. Kalau Kaisar memang anak Pak Geovano, tapi Mama kandungnya adalah istri pertama Pak Geovano. Jadi kami berbeda Mama dan Papa," jelas pria sipit itu panjang lebar.

Seketika, Lily menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lumayan rumit, yaa ...," celetuk gadis itu membuat Kiello lagi-lagi terbahak.

"Kenapa kau lucu sekali?" tanya Kiello gemas sendiri sambil mencubit pipi gempul Lily.

Lily meringis sakit sambil mencebik sebal. "Jangan memegang wajahku! Bibi Abia sudah mendandaniku, nanti make up-ku rusak!" protesnya galak yang justru semakin membuat Kiello ingin mengganggunya.

"Bolehkah aku minta nomor handphone-mu? Sepertinya kita cocok berteman." Kiello meminta yang kontan dibalas Lily dengan gelengan santai.

"Kenapa? Apa kau sudah punya pacar?" tanya Kiello sedikit kecewa.

Lily menggeleng lagi. "Tidak. Aku tidak punya handphone." Dan jawaban polos gadis itu kali ini membuat Kiello terperangah.

"Rupanya kau memang benar-benar dari kampung ...," ringis pria itu tidak habis pikir.

"Tapi tidak apa-apa. Aku bisa datang menemuimu ke sini. Boleh, kan?" sambung Kiello tidak ingin menyerah.

"Boleh saja kalau Bibi Abia mengizinkan." Jawaban polos itu sontak membuat senyum Kiello tersungging kian lebar.

Sepertinya dia tidak bohong saat bilang akan sering berkunjung ke rumah Kakak tirinya setelah ini.

*****

"Hanghhh! AGHH----Kai-hhh ...."

"PELANHH---"

PLAK!

"Kau benar-benar nakal, Abia! Kau membuatku frustasi!"

"Ounghh .... HNGHHH---"

PLAK!

"Memohonlah jika kau memang ingin aku berhenti!"

"Kai---ANGHH ...."

PLAK!

"Bicaralah! Apa kau hanya bisa melawanku di luar kamar? Kenapa sekarang mulutmu itu hanya bisa memohon untuk disentuh? Huh?!"

Lily memejamkan mata erat-erat sambil menutup telinganya dengan bantal. Namun, suara-suara keras dari kamar sebelah itu tetap saja menembus indera pendengerannya.

Jeritan Abia benar-benar lantang. Padahal, sebelumnya Lily tidak pernah mampu mendengar kegiatan mereka di dalam sana. Sepertinya, malam ini Benji benar-benar menghabisi istrinya.

Suara desahan itu bahkan tidak kunjung berhenti meski jam di dinding telah menunjukkan pukul tiga malam. Lily benar-benar tidak bisa tidur karena terus salah fokus.

Apalagi, di malam pertama ia dibawa ke sini, gadis itu sempat tidak sengaja melihat Abia yang juga tengah dihabisi suaminya seperti malam ini. Saat itu, suara sang majikan nyaris tidak terdengar. Tapi kali ini ... suaranya benar-benar jelas dan keras.

Jika saat itu saja tubuh Abia luar biasa terlihat berantakan, apalagi sekarang?

"Paman Benji benar-benar mengerikan di ranjang ...," gumam gadis itu jadi takut sendiri.

Membayangkan beberapa hari lagi pria itu benar-benar akan menghabisinya juga, membuat tubuh Lily seketika merinding. Namun, entah kenapa gadis itu juga merasa penasaran.

Lily jelas bukan gadis polos. Ia hidup di tempat kotor dan sering berada di situasi semacam ini. Itu bukan hal tabu baginya, Tante Binta bahkan sudah sering mengajarkannya cara untuk memuaskan pria.

Tapi, membayangkan dirinya sendiri yang pada akhirnya akan mempraktikkan semua ajaran itu membuat Lily merasa resah dengan alasan yang entah. Gadis itu bahkan tanpa sadar merapatkan kaki begitu merasakan basah melingkupi tubuh bagian bawah.

"Kenapa milikku gatal ...," keluh Lily bingung sambil berbolak-balik gelisah di atas ranjang.

Apakah ini yang dimaksud Tante Binta tentang terangsang? Tapi, bagaimana bisa? Lily tidak menonton video tidak senonoh atau pun melakukannya.

Lily hanya mendengar Abia dan Benji yang berbagi peluh di kamar sebelah. Bagaimana bisa miliknya terasa luar biasa basah hanya karena hal tersebut?

Sepertinya, Lily memang sudah kehilangan akal sehat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   134. Makan Tengah Malam

    "Lily ... kau sedang apa?"Gadis dengan piyama merah cerah itu terlonjak sesaat kehadiran berikut pertanyaan dari sang tuan terlontar. Begitu menoleh ke ambang pintu dapur, Lily mendapati Benjamin Kaisar yang berdiri di sana dengan setelan kaos hitam oblong juga celana training abu."Aku mau minum susu, Tuan. Tapi tidak enak ...." Lily mengadu jujur sambil menunjuk susu khusus ibu hamil rasa strawberry yang sejak kemarin sudah dibeli Akane untuk Abia.Entah kenapa, Lily ingin sekali meminumnya. Namun, begitu malam ini merasakan minuman sehat itu malah membuatnya mual dan kehilangan nafsu makan, Lily jadi kesal sendiri."Lalu kenapa diminum?" tanya Benji tidak habis pikir sambil berjalan mendekat dan memandangi segelas cairan berwarna merah muda yang masih tampak banyak."Aku lihat Tante Akane menyeduhkannya untuk Bibi Abia. Kelihatannya enak jadi aku juga mau ...," jawab gadis itu sambil mencebik cemberut."Lalu ... tidak enak?" tebak Benji yang dibalas Lily dengan anggukan."Sangat t

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   133. Siapa yang Hamil?

    "Kaisar! Dasar anak nakal! Bisa-bisanya kau tidak beritahu Ibu!"Pagi ini, rumah Benji kembali dihebohkan oleh Akane yang menemukan testpack yang pernah digunakan Lily di laci kamar dekat ranjang. Benjamin Kaisar bahkan tidak ingat pernah menyimpan benda itu di sana."Istrimu hamil lagi, kan? Atau kau juga tidak tahu?!" Dan kesalahpahaman itu, pada akhirnya melahirkan kesalahpahaman lain. Berbeda dengan Benji dan Lily yang kini duduk kaku di meja makan, Abia segera menghampiri sang mertua sambil tersenyum lebar."Maaf, Bunda. Aku berencana memberitahu Kaisar dan Bunda hari ini, tapi ternyata sudah ketahuan duluan ...." Perempuan itu bahkan mulai berbohong.Benjamin Kaisar menatap istrinya terkejut. Tidak menyangka Abia akan meladeni dan membuat kebohongan lain yang bisa saja memperumit keadaan."Ya ampun, Nak .... Syukurlah kau hamil lagi. Secepat ini? Bunda senang sekali mendengarnya ...," ucap Akane sambil memeluk menantunya kelewat bahagia.Kini, wanita itu bahkan mulai sibuk mene

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   132. Aku Mau di Bibir

    Sampai pukul dua malam, Benjamin Kaisar tidak bisa tidur.Pria itu bahkan tidak lagi kembali ke kamar setelah pertengkaran cukup hebatnya dengan Abia. Istrinya benar-benar membuat Benji kecewa. Sang istri rupanya mengharapkan Lily keguguran, makanya membiarkan gadis itu diperlakukan buruk oleh Akane sesuka hati.Benji benar-benar ingin menegur ibunya, tapi bingung harus menjelaskan pada wanita itu bagaimana. Tidak mungkin ia mengaku bahwa Lily sedang hamil muda, makanya tidak boleh mengerjakan hal sesederhana membereskan rumah.Tapi, jika ia tidak mengaku pada Akane ... Benji takut ibunya akan semakin membahayakan kandungan Lily.Ketidakberdayaan pria itu membuatnya hanya bisa marah-marah pada Lily. Karena jika gadis itu tidak menolak Akane, maka Lily hanya akan terus membahayakan kandungannya sendiri. Meski seharusnya, Benji lah yang harus menjaga ibu hamil itu.Benjamin Kaisar bahkan sudah berjanji pada Geovano untuk merawat Lily dengan baik sampai gadis itu melahirkan.Tapi apa yan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   131. Tidak Butuh Anak

    "LILY!"Lily terlonjak kaget begitu mendengar bentakan dari belakang tubuhnya. Begitu menoleh ke arah belakang, wajah Benji lah yang ia temui tengah mengeras marah. Meski tidak merasa pernah berbuat salah, gadis itu tetap saja takut melihatnya."Ada apa, Tuan?" tanya Lily begitu pria itu kini berdiri di hadapannya yang masih duduk di bangku besi taman belakang sambil memangku kucing oren milik Bu Anin."Apa kau gila?! Kenapa kau mengangkat-angkat barang berat? Apa kau lupa pesan dokter?!" bentak Benji sambil berkacak pinggang di hadapan Lily yang mendongak menatapnya."Tuan tahu dari mana?" tanya Lily sedikit terkejut."Kau benar-benar tidak menghargaiku, Lily! Kau tidak sedikit pun berpikir dan khawatir pada anak dalam kandunganmu!" maki pria sipit itu lagi yang bingung harus Lily tanggapi bagaimana.Karena ucapan pedas itu terasa menamparnya. Ucapan Benjamin Kaisar sepertinya benar. Gadis itu bersikap seolah tidak menyayangi satu nyawa baru yang kembali tumbuh di rahimnya."Jawab! A

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   130. Harus Bicara

    "Selain nakal, kau juga cukup tidak tahu malu, ya?" Lily yang pagi ini tengah sibuk mencuci piring bekas sarapan, hanya melanjutkan kegiatannya tanpa terlihat terganggu. Bukan karena gadis itu mengabaikan ucapan ibu dari majikannya, tapi Lily terlalu lelah untuk menyanggah.Akane tidak akan mengerti posisinya."Maaf, tapi aku ingin tinggal di sini, Tante ...." Gadis itu bahkan berucap lirih tanpa berani menatap Akane."Untuk apa? Menghancurkan rumah tangga bibimu?" tanya Akane to the point.Lily tidak lagi menyahut dan kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Akane yang merasa diabaikan, pada akhirnya mendecih sinis."Karena kau tadi tidak membantu kami memasak, bereskanlah kamar untukku. Aku mau kamar di lantai atas. Jadi keluarkan semua barangmu dari sana sebelum sore!" perintah wanita itu tegas."Baik, Bibi." Lily mengiyakan tanpa protes. Padahal, gadis itu masih belum pulih dari sakitnya untuk siap memforsir tenaga.Sedangkan Abia yang sedari tadi mendengarkan percakapan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   129. Jaga Dirimu

    "Kukira Ibu sudah kembali ke Jepang."Benji berkomentar begitu pagi ini Akane datang lagi ke rumah. Rupanya, wanita itu masih ada di Indonesia bersama suami dan anak bungsunya. Sejujurnya, Benjamin Kaisar senang karena ibunya kini berdiam lama di sini. Tapi masalahnya, dia tidak menyukai Lily.Pria itu tidak mau Akane menyakiti Lily lagi seperti beberapa waktu lalu. Apalagi jika sang ibu tahu gadis itu kembali tinggal di sini. Benji harus melindunginya. Apalagi, Lily masih sakit."Aku akan tinggal di sini sampai seminggu ke depan. Malu rasanya tinggal terlalu lama di rumah mertua," jawab Akane sambil membantu Abia menyiapkan sarapan pagi ini di dapur.Benji yang sedari tadi duduk di meja dapur sambil membantu istrinya memotong sayur, kini terdiam. Berarti, dia harus menjelaskan pada Akane tentang keberadaan Lily sebelum wanita itu mengamuk langsung padanya."Oka-san ...." (Ibu ....) Kali ini, Benji memanggil serius."Nani?" (Apa?) sahut Akane setelah mencuci tangan dan ikut duduk di h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status