Home / Romansa / Sentuhan Candu Tuan Benji / 6. Kau Budak di Sini

Share

6. Kau Budak di Sini

Author: LilyLembah03_
last update Last Updated: 2025-10-15 11:04:16

"Siapkan istriku sarapan!"

Lily terlonjak kaget begitu suara seseorang dari arah belakang mengejutkannya. Begitu menoleh, gadis itu bahkan langsung termundur menyadari pemandangan di hadapan.

Di depan lemari pendingin dapur, Benjamin Kaisar berdiri hanya mengenakan celana training hitam. Pria itu bertelanj*ng dada sambil memandang Lily tajam. Beberapa bekas cakaran bahkan tampak terlukis jelas di lengan berototnya yang besar.

"Kenapa kau terkejut sekali? Bukankah kau terbiasa melihat pria telanj4ng di tempat tinggalmu sebelumnya?" tanya Benji meremehkan sambil berbalik dan mengambil air dingin dari dalam kulkas. Begitu pria itu membelakanginya, Lily bahkan dapat melihat banyak bekas cakaran lain di punggung pria itu.

Sudah jelas itu perbuatan siapa. Mengingat seberapa keras mereka bersuara saat bermain semalam.

Lily yang merasa malu begitu teringat hal itu sontak buru-buru menghidangkan nasi goreng yang baru selesai dibuatnya. Gadis itu mengambil nampan dan menaruh dua piring nasi goreng beserta dua gelas air di sana.

"Apa mau diantarkan ke kamar Bibi Abia juga?" tawar Lily setelah selesai menghidangkan makanan.

Benji menumpukan sebelah tangan di meja kompor sambil menatap gadis di depannya aneh. "Kenapa kau terus memanggil istriku sebagai Bibimu? Kau budak di sini," komentar Benji sambil terkekeh mengejek.

Lily seketika kehilangan kata untuk membela diri.

"Kenapa? Huh? Apa kau lupa posisimu karena Abia baik sekali padamu?" tanya Benji lagi sambil meraih sendok dan memukul-mukulinya di kepala Lily iseng.

"Aku harus panggil apa, Tuan?" tanya Lily sambil menunduk takut.

"Tentu saja Nyonya. Nyonya Galendra. Kenapa masih bertanya?" sahut Benji cepat.

Pria itu kemudian merebut nampan yang ada di tangan Lily. Begitu melihat dua porsi nasi goreng di sana, Kaisar segera mengangkat satu piring yang lain kemudian sengaja melepaskannya dari genggaman.

PRANG!

Sontak saja, benda itu terjatuh dan isinya berceceran di lantai. Tepat di depan kaki Benji dan Lily. Tubuh gadis itu bahkan berjengit terkejut.

"Maaf, aku sengaja menjatuhkannya." Pria itu berucap tanpa dosa sambil tersenyum sinis menatap gadis yang masih menunduk takut di depannya.

"Bersihkan! Aku tidak mau istriku melihat dapur kesayangannya kotor," titah Benji sambil menunjuk nasi yang tercecer di kakinya dengan dagu.

Lily mengangguk patuh dan segera berjongkok. Gadis itu memunguti pecahan piring kemudian membersihkan ceceran nasi goreng dengan tangan kosong. Ia bahkan tidak ragu memungut bekas nasi yang menempel di kaki Benji.

"Bagus. Seperti inilah kau seharusnya menyadari posisimu. Istriku mungkin baik padamu, tapi aku tidak." Pria itu menegur lagi sambil menjauhkan kakinya yang hampir disentuh Lily lagi karena masih ada bekas nasi di sana.

"Biar kusiapkan satu porsi lagi untuk Tuan Benji," ucap Lily setelah selesai membersihkan lantai.

"Tidak perlu. Aku hanya makan masakan istriku di rumah ini," tolak pria itu angkuh sebelum kemudian berlalu keluar dapur.

Lily memandangi kepergian majikannya sambil menghela napas berat. "Kenapa Bibi Abia mau pada pria jahat seperti dia?" gumam gadis itu tidak habis pikir.

"Dia benar-benar tidak tahu cara menghargai orang lain. Dia hanya tahu cara membuat istrinya menjerit di atas ranjang," ledek Lily lirih sambil mencuci bekas memasaknya di westafel.

"Dia bahkan tidak bisa membela istrinya di depan keluarganya sendiri. Semua orang menuduh Bibi Abia mandul semalam, padahal mungkin saja malah suaminya yang jahat itu yang mandul." Lily menggerutu sebal sambil menyelipkan anakan rambut yang menjuntai menghalangi pandangan.

Kalau saja tidak menghormati Abia, Lily pasti sudah kabur dari rumah ini.

*****

"Lily ... apa yang sedang kau lakukan?"

Lily menoleh pada perempuan yang terlihat menuruni tangga menuju lantai satu. Sedangkan perempuan yang sedari tadi begitu sibuk dengan alat pelnya, segera memberi seulas senyum cerah.

"Aku sedang bersih-bersih, Bibi." Gadis dengan rambut tercepol berantakan itu menyahut polos sambil menyeka keringat yang membasahi pelipis.

"Iyaa, aku tahu. Tapi untuk apa?!" tanya Abia lagi terdengar tidak santai.

Lily mengernyit bingung melihat respon si pemilik rumah yang tampak terkejut dan marah. Kenapa? Apakah Lily sudah melakukan kesalahan?

"Memangnya kenapa, Bibi? Apa cara mengepelku salah?" tanya Lily seketika takut sendiri.

Abia menggeleng cepat dan segera memanggil seorang pelayan. Perempuan itu kemudian menarik gagang pel dari jemari pendek Lily kemudian menyerahkan alat pembersih itu pada pelayan yang Lily kenal bernama Siska.

"Ayo, kemarilah!" ajak perempuan dengan piyama cokelat tua itu sambil menarik Lily untuk duduk di sofa ruang tengah.

Lily tentu saja menuruti dengan patuh. "Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan itu, hm?" tanya Abia sambil menatap serius gadis yang sudah terasa seperti keponakannya.

"T-tidak ada yang suruh ... aku hanya bosan, Bibi." Lily menjawab gelagapan begitu tanpa sengaja matanya melirik pada bekas keunguan di leher cerah Abia.

Mengingat seberapa berisik sepasang suami istri itu bermain semalam, Lily jelas tahu itu hasil perbuatan siapa. Maka, demi menjernihkan pikirannya yang sudah liar dan kotor, Lily menggeleng-geleng pelan guna mengenyahkan ingatan suara-suara aneh semalam.

"Kalau bosan, kenapa tidak menonton televisi? Kau juga boleh pergi bermain keluar atau bertemu teman-temanmu." Perempuan dengan rambut sebahu yang tampak kusut itu memberi saran yang dibalas Lily dengan gelengan pelan.

"Bibi sudah membeliku mahal sekali. Aku merasa tidak berguna kalau hanya bermain-main di rumah ini," sahut Lily lirih sambil menunduk dalam. "Lagipula ... aku kan hanya seorang budak."

"Siapa yang bilang begitu? Jadi kau tidak menganggapku keluargamu?" tanya Abia sedih sambil mencebik cemberut.

"Apa Benji yang menyuruhmu melakukan ini?" tebak Abia sambil memicing curiga.

Mendengar itu, Lily sontak mendongak kemudian menggeleng heboh. "Tidak, Bibi! Tuan Benji tidak pernah menyuruhku bersih-bersih apalagi memasak!" sanggah gadis dengan kaos lengan pendek biru muda itu panik.

"DIA MENYURUHMU MEMASAK JUGA?!" tanya Abia terkejut.

Lily meringis panik sambil menggaruk belakang telinganya bingung. Kalau sampai Abia memarahi suaminya karena pengakuan tidak langsung Lily, gadis itu pasti akan dihabisi oleh Benji.

"Sayang, aku pulang ...."

Siapa sangka, orang yang tengah Lily takut setengah mati untuk hadapi justru menyembul dari balik pintu utama. Pria dengan setelan kemeja hitam tergulung hingga siku itu berjalan menghampiri Abia dan Lily yang tengah duduk di sofa panjang ruang tengah.

"Kai ... kenapa cepat pulang?" tanya Abia heran sambil mengaitkan lengan di pinggang suaminya begitu Benji seperti biasa menunduk sambil mendaratkan kecupan di puncak kepala sang istri.

"Aku malas berdiam lama di kantor. Ayah datang berkunjung dan merecokiku di sana," keluh Benji yang dibalas Abia dengan cebikan cemberut guna menunjukkan empati.

"Hmmm ... kau pasti kesal. Mau kubuatkan teh hangat?" tawar Abia lembut sambil menyeka jejak keringat di pelipis suaminya.

"Kopi boleh?" tawar Benji sambil duduk di sofa samping Abia.

"Tidak boleh! Nanti kau susah tidur!" tolak Abia bak tengah melarang anak kecil.

Begitu Abia akhirnya berlalu ke dapur untuk menyeduh secangkir teh, Benji melirik gadis yang sedari tadi memperhatikan di sampingnya. Berbanding terbalik dengan ekspresi bak bocah penurutnya pada Abia tadi, kali ini Lily bisa lihat wajah super galak yang ditunjukkan sang majikan.

"Kenapa kau diam di sini? Pergilah! Jangan berani berkeliaran di depanku saat aku sedang berduaan dengan istriku!" usir Benji ketus yang diangguki Lily cepat.

Gadis itu pun segera bangkit dan berlari menaiki tangga, berusaha kabur sejauh mungkin dari sorot tajam Benjamin Kaisar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   134. Makan Tengah Malam

    "Lily ... kau sedang apa?"Gadis dengan piyama merah cerah itu terlonjak sesaat kehadiran berikut pertanyaan dari sang tuan terlontar. Begitu menoleh ke ambang pintu dapur, Lily mendapati Benjamin Kaisar yang berdiri di sana dengan setelan kaos hitam oblong juga celana training abu."Aku mau minum susu, Tuan. Tapi tidak enak ...." Lily mengadu jujur sambil menunjuk susu khusus ibu hamil rasa strawberry yang sejak kemarin sudah dibeli Akane untuk Abia.Entah kenapa, Lily ingin sekali meminumnya. Namun, begitu malam ini merasakan minuman sehat itu malah membuatnya mual dan kehilangan nafsu makan, Lily jadi kesal sendiri."Lalu kenapa diminum?" tanya Benji tidak habis pikir sambil berjalan mendekat dan memandangi segelas cairan berwarna merah muda yang masih tampak banyak."Aku lihat Tante Akane menyeduhkannya untuk Bibi Abia. Kelihatannya enak jadi aku juga mau ...," jawab gadis itu sambil mencebik cemberut."Lalu ... tidak enak?" tebak Benji yang dibalas Lily dengan anggukan."Sangat t

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   133. Siapa yang Hamil?

    "Kaisar! Dasar anak nakal! Bisa-bisanya kau tidak beritahu Ibu!"Pagi ini, rumah Benji kembali dihebohkan oleh Akane yang menemukan testpack yang pernah digunakan Lily di laci kamar dekat ranjang. Benjamin Kaisar bahkan tidak ingat pernah menyimpan benda itu di sana."Istrimu hamil lagi, kan? Atau kau juga tidak tahu?!" Dan kesalahpahaman itu, pada akhirnya melahirkan kesalahpahaman lain. Berbeda dengan Benji dan Lily yang kini duduk kaku di meja makan, Abia segera menghampiri sang mertua sambil tersenyum lebar."Maaf, Bunda. Aku berencana memberitahu Kaisar dan Bunda hari ini, tapi ternyata sudah ketahuan duluan ...." Perempuan itu bahkan mulai berbohong.Benjamin Kaisar menatap istrinya terkejut. Tidak menyangka Abia akan meladeni dan membuat kebohongan lain yang bisa saja memperumit keadaan."Ya ampun, Nak .... Syukurlah kau hamil lagi. Secepat ini? Bunda senang sekali mendengarnya ...," ucap Akane sambil memeluk menantunya kelewat bahagia.Kini, wanita itu bahkan mulai sibuk mene

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   132. Aku Mau di Bibir

    Sampai pukul dua malam, Benjamin Kaisar tidak bisa tidur.Pria itu bahkan tidak lagi kembali ke kamar setelah pertengkaran cukup hebatnya dengan Abia. Istrinya benar-benar membuat Benji kecewa. Sang istri rupanya mengharapkan Lily keguguran, makanya membiarkan gadis itu diperlakukan buruk oleh Akane sesuka hati.Benji benar-benar ingin menegur ibunya, tapi bingung harus menjelaskan pada wanita itu bagaimana. Tidak mungkin ia mengaku bahwa Lily sedang hamil muda, makanya tidak boleh mengerjakan hal sesederhana membereskan rumah.Tapi, jika ia tidak mengaku pada Akane ... Benji takut ibunya akan semakin membahayakan kandungan Lily.Ketidakberdayaan pria itu membuatnya hanya bisa marah-marah pada Lily. Karena jika gadis itu tidak menolak Akane, maka Lily hanya akan terus membahayakan kandungannya sendiri. Meski seharusnya, Benji lah yang harus menjaga ibu hamil itu.Benjamin Kaisar bahkan sudah berjanji pada Geovano untuk merawat Lily dengan baik sampai gadis itu melahirkan.Tapi apa yan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   131. Tidak Butuh Anak

    "LILY!"Lily terlonjak kaget begitu mendengar bentakan dari belakang tubuhnya. Begitu menoleh ke arah belakang, wajah Benji lah yang ia temui tengah mengeras marah. Meski tidak merasa pernah berbuat salah, gadis itu tetap saja takut melihatnya."Ada apa, Tuan?" tanya Lily begitu pria itu kini berdiri di hadapannya yang masih duduk di bangku besi taman belakang sambil memangku kucing oren milik Bu Anin."Apa kau gila?! Kenapa kau mengangkat-angkat barang berat? Apa kau lupa pesan dokter?!" bentak Benji sambil berkacak pinggang di hadapan Lily yang mendongak menatapnya."Tuan tahu dari mana?" tanya Lily sedikit terkejut."Kau benar-benar tidak menghargaiku, Lily! Kau tidak sedikit pun berpikir dan khawatir pada anak dalam kandunganmu!" maki pria sipit itu lagi yang bingung harus Lily tanggapi bagaimana.Karena ucapan pedas itu terasa menamparnya. Ucapan Benjamin Kaisar sepertinya benar. Gadis itu bersikap seolah tidak menyayangi satu nyawa baru yang kembali tumbuh di rahimnya."Jawab! A

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   130. Harus Bicara

    "Selain nakal, kau juga cukup tidak tahu malu, ya?" Lily yang pagi ini tengah sibuk mencuci piring bekas sarapan, hanya melanjutkan kegiatannya tanpa terlihat terganggu. Bukan karena gadis itu mengabaikan ucapan ibu dari majikannya, tapi Lily terlalu lelah untuk menyanggah.Akane tidak akan mengerti posisinya."Maaf, tapi aku ingin tinggal di sini, Tante ...." Gadis itu bahkan berucap lirih tanpa berani menatap Akane."Untuk apa? Menghancurkan rumah tangga bibimu?" tanya Akane to the point.Lily tidak lagi menyahut dan kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Akane yang merasa diabaikan, pada akhirnya mendecih sinis."Karena kau tadi tidak membantu kami memasak, bereskanlah kamar untukku. Aku mau kamar di lantai atas. Jadi keluarkan semua barangmu dari sana sebelum sore!" perintah wanita itu tegas."Baik, Bibi." Lily mengiyakan tanpa protes. Padahal, gadis itu masih belum pulih dari sakitnya untuk siap memforsir tenaga.Sedangkan Abia yang sedari tadi mendengarkan percakapan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   129. Jaga Dirimu

    "Kukira Ibu sudah kembali ke Jepang."Benji berkomentar begitu pagi ini Akane datang lagi ke rumah. Rupanya, wanita itu masih ada di Indonesia bersama suami dan anak bungsunya. Sejujurnya, Benjamin Kaisar senang karena ibunya kini berdiam lama di sini. Tapi masalahnya, dia tidak menyukai Lily.Pria itu tidak mau Akane menyakiti Lily lagi seperti beberapa waktu lalu. Apalagi jika sang ibu tahu gadis itu kembali tinggal di sini. Benji harus melindunginya. Apalagi, Lily masih sakit."Aku akan tinggal di sini sampai seminggu ke depan. Malu rasanya tinggal terlalu lama di rumah mertua," jawab Akane sambil membantu Abia menyiapkan sarapan pagi ini di dapur.Benji yang sedari tadi duduk di meja dapur sambil membantu istrinya memotong sayur, kini terdiam. Berarti, dia harus menjelaskan pada Akane tentang keberadaan Lily sebelum wanita itu mengamuk langsung padanya."Oka-san ...." (Ibu ....) Kali ini, Benji memanggil serius."Nani?" (Apa?) sahut Akane setelah mencuci tangan dan ikut duduk di h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status