Home / Rumah Tangga / Sentuhan Haram Suami Majikan / Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

Share

Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

Author: Kak Fonnia
last update Huling Na-update: 2025-05-14 11:55:33

“Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. 

“Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. 

“Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. 

Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. 

“Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. 

Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanita yang dia panggil istri itu tidak mau kerja di perusahaannya. 

“Mas? Aku berangkat ya?” Lidya berpamitan pada Rajendra. Nanti kalau aku sudah sampai di sana, aku kabari Mas.” 

“Iya, kamu hati-hati.” Rajendra mengecup kening Lidya seperti pasangan suami istri pada umumnya. 

“Khanza, tolong perhatikan suami saya. Kalau ada kesusahan kamu bisa hubungi saya,” pesan Lidya pada Khanza. 

‘Sejauh ini dia belum pernah merasa kesusahan melayani saya. Bahkan semalam saja dia siap layani saya,’ gumam Rajendra dengan lirik matanya tertuju pada Khanza yang dengan patuh menjawab istrinya. 

“Aku berangka ya, Mas. Bye, bye.” Lidya melambaikan tangannya berjalan keluar dari rumah. 

Rajendra mengantar Lidya sampai di depan teras. Ia berdiri di teras sampai mobil jemputan Lidya pergi dari pekarang rumah mereka. 

Khanza menghela nafas, kemudian dia berjalan cepat menuju kamar majikannya. Ia akan mencarikan dasi untuk Rajendra. 

Saat Khanza sedang sibuk memilih dasi yang pas dengan baju yang dikenakan oleh Rajendra hari ini, tiba-tiba terdengar suara pintu di buka. Khanza tahu siapa yang membuka dan menutup pintu kamar itu, sudah pasti Rajendra. 

Suara langkah kaki berjalan ke arah Khanza. Membuat wanita itu menghela nafas panjang. Wajahnya yang pucat karena ulah Rajendra semalam terlihat semakin pucat saat mendengar suara langkah yang berjalan ke arahnya.  

“Kalau masih sakit, istirahat saja. Hari ini tidak perlu melakukan pekerjaan apapun dan kamu juga tidak perlu masak makan siang dan makan malam. Nanti saya pesan,” ucap Rajendra. Matanya menatap lekat wajah pucat wanita yang ada di hadapannya itu. 

“Ini dasi punya Bapak,” ucap Khanza tanpa mempedulikan perkataan Rajendra yang meminta untuk istirahat. 

Rajendra mengambil dasi dari tangan Khanza dan juga menarik tangan wanita itu hingga masuk ke dalam dekapannya. 

Posisi seperti itu membuat Khanza tidak tenang. Ia merasa lelaki itu sudah sangat kurang ajar padanya, akhirnya dia mendorong tubuh suami majikannya. Sayangnya tenagannya tak sekuat tenaga Rajendra yang merangkul pada pinggangnya. 

Rajendra tetap bersikap santai. Dia seakan tidak peduli dengan Khanza yang berontak berusaha melepaskan rangkulannya. 

“Apa kamu dengar perkataan saya?” ucap Rajendra dengan suara beratnya. 

“Lepaskan saya, Pak. Jangan bersikap seperti ini, saya tidak mau jadi perusak rumah tangga orang. Saya tidak mau menyakiti hati sesama wanita,” ucap Khanza. 

Rajendra semakin mengeratkan rangkulannya. Tatapannya tak lepas menatap wanita dalam dekapannya itu. 

“Bukankah istri saya meminta kamu yang mengurus saya? Dia yang menyerahka suaminya pada wanita lain, jadi di sini bukan kamu yang merusak rumah tangga saya dan istri saya. Tapi istri saya sendiri yang mau rumah tangganya ada orang ketiga.” Rajendra berbicara dengan sangat serius dan tegas. 

“Saya tidak mendapatkan peran istri dari wanita yang saya nikahi. Padahal saya melakukan kewajiban saya sebagai suami. Dianya saja tidak menjalankan perannya sebagai istrii, tapi justru saya mendapatkan peran istri dari wanita lain dan wanita itu… Wanita itu adalah kamu.” 

Khanza tidak berbicara lagi. Dia diam dengan sorot mata saling menatap dengan mata elang suami majikannya itu. Walaupun begitu, Khanza perlahan melepaskan rangkulan tangan Rajendra pada pinggangnya. 

“Saya di sini hanya sebagai ART di rumah ini. Saya hanya menjalankan perintah dari majikan. Tidak ingin lebih dari yang Pak Rajendra inginkan,” ucap Khanza dan meletakkan dasi di atas tempat tidur. 

Di sana sudah ada baju dan celana kerja yang akan dikenakan oleh Rajendra. Setelah itu Khanza beranjak keluar dari kamar, namun sayangnya langkahnya kembali terhenti saat Rajendra memanggil namanya. 

“Khanza?” panggil Rajendra. 

Khanza memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Kemudian dia berbalik badan menghadap majikannya itu. 

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Khanza.

“Iya, tolong pasangkan dasi saya. Saya tidak tahu memasangnya. Biasanya Lidya yang memasang dasi saya, tapi karena dia sudah menyerahkan semuanya pada kamu. Maka saya minta bantuan kamu untuk pasangan dasi saya,” ucap Rajendra. 

Khanza tidak bisa menolak, apalagi ini adalah perintah dari Lidya sendiri. Ia akan melakukan permintaan Rajendra. 

Rajendra mengenakan celana dan baju kerjanya. Setelah itu, ia berjalan ke arah kaca besar dan berdiri di sana. 

“Tolong pasangkan kancing baju saya. Saya tidak bisa mengancingnya,” pinta Rajendra. Matanya menatap Khanza dari pantulan cermin. Bahkan dia melihat wanita itu mengedul saat ia meminta tolong. 

Khanza menghampiri Rajendra di depan cermin. “Permisi, Pak. Biarkan saya yang memasang kancing bajunya,” ucap Khanza tetap bersikap ramah. Padahal hatinya sudah sangat dongkol pada lelaki itu. 

“Silakan,” jawab Rajendra mempersilakan Khanza memasang kancing bajunya. 

Khanza melakukan tugasnya dengan sangat telaten. Dia tetap fokus memasang kancing baju tanpa memperhatikan Rajendra yang menatapnya tak berkedip. 

Setelah merapikan baju majikannya itu, Khanza mengambil dasi dan memasangnya pada leher Rajendra. 

“Kenapa kita baru bertemu sekarang? Kenapa tidak sejak dulu saja?” Rajendra memecahkan keheningan diantara di dan Khanza. 

Khanza tidak menjawab. Dia tetap fokus memasang dasi. 

“Kamu lebih cocok jadi istri saya. Kamu lebih pantas untuk bersanding di samping saya,” ucap Rajendra lagi. 

Khanza tidak memberikan tanggapan apapun. “Saya permisi, Pak,” pamitnya buru-buru. Ia bergegas menjauh dari Rajendra, sayangnya lagi dan lagi lelaki itu menahannya dengan mencekal kuat tangan kirinya. 

“Saya tahu kamu masih capek dan tidak bertenaga karena ulah saya semalam. Jadi, hari ini kamu istirahat saya. Tidak perlu melakukan pekerjaan rumah, nanti saya pesan juga makanan untuk kamu.” Rajendra begitu perhatian pada Khanza. 

“Tidak perlu, Pak. Saya akan te—” 

“Saya tidak suka dibantah, tolong patuh dengan perkataan saya, Khanza ” Rajendra berucap tegas.

Lagi dan lagi Khanza terdiam dan lebih membuat wanita itu semakin terdiam sepetyi patung saat Rajendra mengecup keningnya. 

“Saya berangkat kerja, ya?  Nanti saya kabari kalau makanan kamu sudah dalam perjalanan,” pamitan Rajendra pada Khanza layaknya pasangan suami istri. 

Khanza tidak menjawab, ia bergegas meninggalkan kamar majikannya itu. Khanza kembali ke kamarnya.

Rajendra menatap Khanza yang keluar dari kamar. 

‘Saya akan memperlakukan kamu dengan baik, Khanza. Layaknya saya memperhatikan istri saya,’

Bersambung…

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   10 Video Perselingkuhan Lidya

    Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   09 Selingkuh Berkedok Kerja

    Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   08 Rencana Liburan

    “Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   07 Berhenti Kerja

    Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Obat Tidur

    Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Selingkuh?

    Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Lidya Di Luar Kota

    “Hari ini saya libur kerja. Kamu tidak perlu menyiapkan pakaian kerja saya,” ucap Rajendra saat menghampiri Khanza di dapur. “Iya, Pak. Saya sudah tahu,” jawab Khanza tanpa menoleh ke arah lelaki yang berdiri di belakangnya. Rajendra melangkah kakinya untuk lebih dekat dengan Khanza dan kini dia sudah berdiri di samping ART-nya yang sedang mengaduk masakannya. Khanza tetap fokus dengan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan keberadaan lelaki itu. Sikapnya pada Rajendra masih terlihat canggung dan takut, apalagi saat mereka dekat dan berpapasan seperti ini. Pada sudah hampir dua minggu ini mereka berdua di rumah dan bahkan setiap malam suami majikannya tidur bersamanya. “Apa kamu mau jalan-jalan?” Rajendra sepertinya ingin mengajak Khanza jalan-jalan. “Tidak, Pak. Saya di rumah saja,” jawab Khanza. “Baiklah, kalau begitu saya juga akan tetap di rumah,” kata Rajendra. Setelah itu Khanza dan juga Rajendra kembali terdiam. Rajendra diam di tempatnya, sedangkan Khanza sibuk dengan

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Semakin Terikat

    Satu minggu sudah Lidya di luar kota. Wanita itu hanya mengabari Rajendra saat dia sampai di sana dan mengatakan kalau dirinya akan sibuk dan tidak bisa mengabari suaminya itu lagi. Rajendra tidak keberatan dia memaklumi kesibukan istrinya yang seorang jiwa kerja itu. Di satu sisi dia juga merasa senang, karena tidak ada yang mengganggu waktunya bersama Khanza. Ada Khanza di rumah saja sudah buat dia merasa seperti ada istri. Jadi, untuk apa dia memikirkan kabar dari istrinya yang jelas-jelas tidak memberikan perannya sebagai istri untuknya. Saat Rajendra tengah duduk melamun menatap ponselnya, Khanza datang menghampirinya. “Selamat pagi, Pak. Kopinya sudah saya buatkan,” ucap Khanza.“Baik, saya akan segera ke sana. Tolong temani saya minum,” ucap Rajendra. “Iya, Pak.” Khanza berdiri di hadapan Rajendra dengan tubuh yang sedikit membungkuk, layaknya ART pada majikan. Khanza tetap bersikap ramah walaupun lelaki itu bersikap seenaknya pada dirinya. Kalau bukan karena uang untuk

  • Sentuhan Haram Suami Majikan   Mendapatkan Peran Istri Dari Wanita Lain

    “Khanza? Tolong kamu siapin pakaian kerja suami saya. Saya harus pergi, saya buru-buru.” Lidya sudah bersiap diri untuk berangkat ke luar kota. Seperti biasa ia meminta Khanza yang menyiapkan pakaian untuk suaminya. “Baik, Bu.” Khanza hanya bisa patuh dengan perintah dari majikannya itu. “Sayang? Tolong cariin dasi Mas.” Suara Rajendra dari depan pintu kamar. Ia meminta bantuan pada Lidya untuk carikan dasinya. Sayangnya, lagi dan lagi istrinya itu selalu meminta Khanza yang menyiapkan segala kebutuhannya. “Khanza tolong bantu cariin dasi suami saya, ya? Saya harus pergi, jemputan saya sudah datang.” Lidya begitu buru-buru sampai tidak punya waktu untuk suaminya. Bahkan hanya sekedar carikan dasi untuk Rajendra. Semua waktunya hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Mendengar perkataan Lidya,Rajendra hanya bisa diam. Ia sudah tidak kaget dengan istrinya yang super sibuk itu. Istrinya itu seakan kalah dengan dirinya yang seorang direktur di perusahaan besar. Bahkan lebih anehnya wanit

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status