Share

Chapter 2: Menyerahkan Buah Hati

"Apa ini?" Gracia membelalakkan mata ketika pertama kali melihat ujung kepala bayi yang mulai keluar dari jalan lahirnya. 

"Argh!" Wanita di depannya kembali mengeram kesakitan semakin kuat, hingga kedua tangannya sontak menjambak rambut Gracia untuk menyalurkan rasa sakitnya. 

"Awh!" Gracia pun ikut meringis sebab rasa sakit di kepalanya. Jambakan wanita tersebut sangat kuat seakan mencabut rambutnya secara bersamaan. 

"Nyonya, tenanglah! Tarik napas pelan-pelan!" Gracia mencoba untuk mengarahkan metode pernapasan kepada wanita tersebut agar lebih tenang, beruntung dia menurut dan terlihat mulai menghirup oksigen dalam-dalam. "Embuskan!"

"Hufft." 

Perlahan cengkeraman tangan sang wanita hamil di kepalanya mulai mengendur seiring deru napas yang terdengar stabil dan mampu diatur dengan baik. Namun, dalam sekejap wanita tersebut kembali menjambaknya lebih kuat daripada sebelumnya, hingga membuat Gracia hanya bisa berteriak karena terkejut dan sakit. "Auwh!"

"Argh!" Wanita tersebut mencoba untuk menahan napas panjang sambil menumpukan kekuatannya di bagian perut agar bayi di dalam kandungan bisa segera keluar. 

Sementara, Gracia hanya bisa kembali menahan rasa sakitnya. Akan tetapi, hal itu tidak seberapa dibandingkan dengan pengorbanan wanita tersebut yang terasa seperti semua tulang dipatahkan secara bersamaan saat ini juga. 

Namun, beruntungnya dalam sekali dorongan sang bayi langsung keluar dari zona nyaman dan membuat perasaan lega seketika menyeruak dalam diri wanita tersebut. Dia lantas kembali mengatur napasnya yang terengah-engah karena perjuangan panjangnya. 

Berbeda dengan Gracia yang langsung membelalakkan mata di saat melihat seorang bayi berhasil keluar tepat di depan matanya. Dia masih berlumuran darah dan air ketuban di sekujur tubuhnya membuat wanita tersebut membeku seketika.

Rasanya ingin sekali Gracia pingsan saja melihat semua pengalaman yang baru dialaminya ini. Akan tetapi, dari sini dia jadi tahu bagaimana seorang ibu berjuang menahan segala rasa sakitnya sendirian demi menghadirkan sebuah kehidupan baru yang disebut dengan buah hati. 

Buliran hangat seakan berkumpul di pelupuk matanya, meskipun dia tidak mengenal wanita ini, tetapi perjuangannya akan selalu Gracia ingat dalam hati. Mengingatkan pada sang ibu yang kini telah kembali ke pangkuan Illahi. 

Setelah wanita tersebut berhasil melahirkan anaknya, dia mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya kembali. "Apa bayiku baik-baik saja? Kenapa dia tidak menangis?" Dia melepaskan cengkeraman tangannya di rambut Gracia untuk mencoba melihat bayinya di bawah sana. 

Gracia meraih bayi yang masih berlumuran darah tersebut dengan tangan gemetar dan masih terpaku seakan belum tersadar dari rasa terkejut. Namun, dia belum bisa memberikannya kepada wanita itu karena tali pusar yang masih terhubung.

Melihat hal tersebut, sang ibu dari bayi lantas meraih sebilah pisau di sampingnya yang tadi digunakan untuk menjaga diri dari kejaran musuh.

"Apa yang kau lakukan?" Gracia seketika melebarkan mata di saat melihat wanita tersebut langsung saja memotong tali pusar yang masih terhubung dengan anaknya tanpa memerhatikan rasa sakitnya sendiri.

"Auwh." Bukan wanita itu yang berteriak, tetapi malah Gracia. Dia merasa kagum melihat keberanian, pengorbanan, dan perjuangan ibu muda ini demi sang buah hati.

Perlahan Gracia pun menyerahkan bayi itu ke tangan sang ibu. Sedetik kemudian, bayi tersebut menangis dengan keras di dada ibunya, hingga membuat sebuah senyum terlukis indah di wajah wanita tersebut. 

"Cantik." Dia mengusap wajah putri kecilnya yang masih berlumuran darah dengan pakaiannya. Lalu, mengecup dahinya sejenak sambil memejamkan mata.

Wanita tersebut langsung menyerahkan bayinya yang masih berlumuran darah kepada wanita cantik di depannya. Tentu saja hal tersebut membuat Gracia bingung dengan tindakannya.

"Kenapa? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Gracia.

"Aku mohon jagalah bayiku!" Dengan sisa kesadaran akibat kelelahan berjuang dan deru napas yang terengah-engah wanita tersebut terus menyodorkan bayi di tangannya. "Aku mohon jagalah dia dan jangan pernah biarkan orang lain mengambilnya, meskipun mereka mengaku sebagai keluargaku. Jika hal itu terjadi, nyawanya akan berada dalam bahaya."

"Tidak kita harus ke rumah sakit. Kau bisa menjaga bayimu sendiri setelah itu." Gracia berusaha menolak permintaan wanita tersebut.

Namun, wanita itu hanya bisa menggeleng kecil. "Aku tidak ingin semuanya terlambat. Bawalah dia menjauh dari sini! Ku Mohon!"

Sejenak Gracia memikirkan permintaan wanita tersebut, dia sendiri masih gadis bagaimana bisa mengasuh seorang bayi. Namun, di kejauhan mulai terdengar langkah kaki orang yang bergerak. 

Seketika wanita tersebut panik dan langsung menyerahkan bayi di tangannya kepada Gracia tanpa menunggu jawaban. "Bawa dia pergi dari sini sebelum nyawanya berada dalam bahaya! Anggap ini sebagai permintaan terakhir seorang ibu."

"Apa maksudmu?" Tentu saja Gracia bingung dengan penuturan wanita tersebut, bagaimana bisa dia mengatakan hal aneh di saat seperti ini. 

"Sudah tidak ada waktu lagi. Cepat bawa dia pergi dan simpan ini!" Wanita tersebut melepaskan sebuah kalung yang melingkar di lehernya kepada Gracia tanpa ragu.

 "Cepat pergi! Cepat!" Wanita tersebut mendorong Gracia agar menjauh darinya agar segera pergi dari sini. 

"Bagaimana denganmu?" 

"Katakan saja padanya ketika dewasa kalau aku sangat mencintainya! Aku mohon jagalah dia seperti putrimu sendiri!" Suara langkah kaki terdengar semakin dekat membuat wanita tersebut bertambah panik. "Cepat pergi!"

Gracia pun hanya bisa menurutinya, dia mendekap bayi tersebut dengan jaket yang dikenakan agar tetap hangat, lalu melangkah menjauh sambil sesekali menoleh ke belakang. 

"Cepat pergi!" 

Dia pun heran dengan situasi saat ini, tetapi entah mengapa firasatnya berkata buruk kali ini. Gracia segera berlari menyusuri gang kecil menjauh dari lokasi untuk bersembunyi. Namun, rasa penasaran membuat langkahnya terhenti dan bersembunyi di kegelapan. 

Hingga tak lama kemudian, terdengar langkah kaki beberapa orang seperti mendekati wanita yang baru saja melahirkan tersebut. 

"Apa yang kalian inginkan?" Suara teriakan wanita itu masih terdengar jelas di telinga Gracia. Dia menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, bersamaan jantung yang berdetak tak karuan. 

Sepertinya bahaya sedang mengintai wanita itu, tetapi mau bagaimana lagi. Gracia hanya seorang diri tidak mungkin menang melawan mereka secara bersamaan. 

"Serahkan benda itu pada kami!" Suara teriakan bariton seorang pria yang sepertinya pernah didengar oleh Gracia membuat wanita tersebut mengernyitkan dahi. 

"Jangan harap!" 

"Oh, sepertinya baru saja melahirkan bayimu! Kau pasti menyembunyikan benda itu bersamanya 'kan? Cepat beritahu aku di mana dia?"

"Cuih, bermimpilah!" 

"Wanita sialan!" Pria tersebut terlihat geram di saat dia meludah tepat di wajahnya. 

Tanpa aba-aba pria tersebut mengeluarkan pistol dari belakang dan menarik pelatuknya tepat di kepala wanita tersebut, hingga membuatnya tewas seketika.

Suara keras tembakan membuat bayi di tangan Gracia terkejut dan langsung menangis. Hal itu, tentu saja membuat mereka menyadari jika apa yang dicari masih berada di sekitar sini. 

"Cepat cari bocah itu sampai dapat!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status