Share

Seranjang Dengan Duda Arogan
Seranjang Dengan Duda Arogan
Author: Sulistiani

Bab 1. Kabur

Author: Sulistiani
last update Last Updated: 2023-11-25 07:56:08

"Aku tidak mau tahu kalian harus membayarnya dalam waktu satu bulan, jika kalian tidak bisa membayar hutang itu maka berikan adik kalian untuk aku nikahi!" ucap pria paruh baya itu sambil melirik Kanaya yang berdiri tak jauh darinya.

Mendengar ucapan pria itu, tentu saja membuat Kanaya menggelengkan kepala sambil meneteskan air mata. Memangnya gadis mana yang mau dinikahi oleh pria yang sudah memiliki dua istri. Pernikahan itu juga hanya untuk menebus hutang. Usia Kanaya masih 20 tahun, bahkan kuliah pun belum selesai.


Arya Abimana, sang ayah baru saja meninggal dua minggu yang lalu, belum hilang rasa sedihnya karena ditinggal oleh laki-laki yang paling Kanaya sayang. Kenyataan pahit kembali menghantam mentalnya. Diketahui bahwa sebelumya Arya meminjam uang dengan jumlah cukup besar pada rekan bisnisnya untuk berinvestasi, tetapi ternyata Arya di tipu dan uang itu di bawa kabur oleh orang hingga membuat Arya mengalami serangan jantung dan meninggal.

"Itu adalah catatan hutang Arya, karena Arya sudah meninggal maka kalian harus membayarnya," ucap pria itu sambil melempar sebuah map keatas meja.

"Tuan Bima, kami tidak pernah tahu jika ayah punya hutang sebanyak ini. Lalu, kami tidak punya uang untuk membayarnya," ucap Arta, kakak tertua Kanaya.

"Tuan Bima, beri kami tenggang waktu lebih lama untuk mencari uang sebanyak itu. Kami masih dalam keadaan berduka," Artur mencoba bernegosiasi.

"Justru karena aku baik dan tahu kalian dalam keadaan berduka jadi aku beri waktu satu bulan! jangan harap bisa tawar menawar denganku. Jika kalian tidak bisa bayar hutang maka gadis itu harus mau aku nikahi!" ucap Bima akhirnya, kemudia di beranjak pergi meninggalkan rumah itu.

"Kemana kita mencari 800 juta dalam satu bulan?" tanya Artur saudara kembar Arta.

"Aku juga tidak tahu, bahkan rumah ini sudah dijual untuk membayar utang Ayah yang lain," ucap Arta seraya mengusap kasar wajahnya.

Artur dan Arta sudah memiliki istri, semenjak menikah mereka tinggal di rumah istri yang merupakan warisan dari orang tua istri mereka masing-masing. Jadi harta yang di miliki Arya hanyalah perusahaan yang sudah bangkrut dan rumah yang sudah ia jual, bahkan Kanaya pun bingung harus tinggal dimana setelah orang yang membeli rumah datang dan menempati rumah tersebut.

"Nay, gak ada pilihan lain. Kamu harus menikah dengan tuan Bima," ucap Artur membuat air mata Kanaya mengalir.

"Gak mau, Kak. Tuan Bima sudah punya istri dua, aku gak mau jadi istri ketiga," ucap Kanaya di sela-sela isak tangisnya.

"Lalu, kami harus apa untuk melunasi hutang Ayah pada Tuan Bima? Mencari uang 800 juta dalam sebulan bukan hal yang mudah, Kanaya! Apalagi Ayah tidak memiliki harta selain perusahaan dan rumah yang sudah kita jual," ucap Arta dengan nada yang mulai meninggi.

Kanaya yang biasa disayang dan dimanja oleh Arya begitu sedih mendengar bentakan dari kakaknya yang selama ini memang selalu menunjukan sikap tak suka kepadanya.

"Aku bisa kerja, kerja apa saja yang penting bisa bayar hutang ayah dan tidak di nikahi Tuan Bima."

"Mau kerja apa anak manja sepertimu? Kamu selama ini hanya bisa merengek dan meminta pada Ayah. Lagi pula kita hanya di beri waktu satu minggu, kamu jual diri pun belum tentu dapat uang sebanyak itu," ucap Artur dengan nada emosi.

"Sudahlah Kanaya, sekali-kali kau jadi anak berguna untuk kami, jangan membantah dan menikahlah dengan Tuan Bima untuk melunasi utang ayah! Ingat kau hanya pembawa sial, kehadiranmu ke dunia sudah membuat ibu kami meninggal, tapi ayah selalu membelamu tak suka jika kami mengatakan hal itu. Sekarang waktunya kamu memberikan baktimu pada ayah," ucap Arta dengan nada tinggi lalu meninggalkan Kanaya yang menangis sendiri di rumah itu.

Artur menghela nafas memandang iba pada Kanaya, tetapi sedetik kemudian ia ikut meninggalkan adiknya di rumah itu sendiri. Kanaya berjalan gontai ke kamar sang ayah dan merapihkan barang-barang mendiang ayahnya sambil menangis tersedu-sedu.

"Ayah, kenapa ayah pergi dalam keadaan seperti ini, kenapa ayah ninggalin Naya sendiri saat Naya belum siap?! Kalau bisa memilih lebih baik Naya gak perlu ada di dunia ini daripada kehadiran Naya harus mengorbankan nyawa ibu seperti apa yang dikatakan kak Arta dan kak Artur," ucap Kanaya dengan linangan air mata memeluk foto sang ayah.

"Ayah, Naya gak mau dinikahi sama lelaki yang sudah punya istri dua, Naya mau lanjut kuliah dan jadi designer," ucap Kanaya menangis tersedu mengingat cita-cita yang mungkin tak akan pernah ia bisa capai setelah kepergian ayahnya.

Hilang sudah harapan Kanaya untuk menikah sekali seumur hidup dengan lelaki yang ia cintai, hidup bahagia meraih cita-citanya sebagai designer muda. Kenyataan di depan mata begitu menyakitkan, kedua Kakak kembarnya sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.

Dengan perasaan campur aduk, Kanaya mengemasi barang-barangnya. Tengah malam ia melarikan diri dari rumah hanya membawa tas ransel dan sedikit uang tabungannya berharap bisa menyelamatkan masa depannya.

"Maafkan aku kak Arta, Kak Artur. Aku memilih pergi dari pada harus dinikahi lelaki itu," ucap Kanaya kini mulai masuk ke dalam taksi online yang ia pesan.

Setelah beberapa jam menumpangi taxi online, Kanaya turun dari mobil dan mematikan ponselnya agar keberadaannya tak di ketahui sang kakak, gadis itu masuk ke dalam sebuah Hotel dan langsung memesan kamar.

"Malam ini aja nginep di hotel, besok harus cari tempat kost yang lebih murah biar hemat dan langsung cari kerja," gumam Kanaya seraya berjalan mencari nomor kamar yang ia pesan.

Setelah menemukan nomor kamar yang ia pesan ia langsung masuk ke dalam kamar tersebut dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong memikirkan hari esok apa yang akan terjadi padanya dan kedua kakaknya.

Brak ...

Tiba-tiba suara pintu kamar dibuka dengan kencang oleh seseorang membuat Kanaya terkejut, Kanaya sadar ia lupa mengunci kamar hotel tersebut.

"Hmmm ...."

Suara bariton seorang pria berdehem membuat Kanaya semakin terkejut dan ketakutan. Gadis itu bangkit dari tidurnya dan menatap pria yang sudah ada dalam satu kamar dengannya.

"Si-siapa kau?" tanya Kanaya dengan terbata-bata.

Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Kanaya, ia terus berjalan kearah Kanaya membuat jantung gadis itu berdebar kencang. Kanaya mencoba untuk keluar kamar, tetapi lelaki itu menarik tangan Kanaya dan menghempaskan tubuhnya diatas kasur lalu mengukungnya.

"Siapa kamu? pergi dari kamar ini!" teriak Kanaya.

"Tolong aku ... Layani aku!" ucap lelaki itu lalu menarik baju Kanaya.

"Aaaah ... apa yang kau lakukan?" Kanaya kembali berteriak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Resmiati
bagus menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 47. Bahagia

    Agni dan Feli saling menyalahkan, mereka berteriak saat polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Kedua wanita itu tidak mau dipenjara dan berusaha untuk memberontak saat dievakuasi. "Lepas, aku nggak salah tangkap aja dia yang punya ide dari semua ini," ucap Agni menuju ke arah Feli."Bukan aku, dia yang punya ide jahat bahkan ingin membunuh kakaknya sendiri," teriak Feli menunjuk Agni.Aslan mengepalkan tangannya mendengar hal itu, lelaki tampan tersebut semakin waspada dan tidak ingin kejadian serupa menimpa sang istri. Ia tidak ingin ada orang yang berniat jahat bahkan ingin membunuh istrinya, hidup Hafsa sudah cukup menderita selama ini Aslan ingin setelah menikah dengannya Hafsa bisa bahagia dan ia pun bahagia bersama wanita tersebut.Mereka tetap dibawa ke kantor polisi meskipun meronta dan berteriak-teriak sepanjang perjalanan, keesokan harinya Aslan dan bapaknya serta para direksi rapat di perusahaan. Mereka sepakat untuk mencabut sepenuhnya saham yang pernah di

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 46. Feli dan Agni

    "Orang yang menculik Nona Hafsa mengaku juga Ia mendapatkan tawaran dari dua orang wanita," ucap anak buah Aslan melalui sambungan telepon. "Siapa dua orang wanita itu? Dan apa mereka sudah berhasil kalian tangkap?" tanya Aslan."Mereka bernama Agni dan Feli, beberapa orang dari kami sedang mengajar mobil mereka yang terlihat dari rekaman CCTV kabur ke luar kota.""Tangkap mereka bagaimanapun caranya!" ucap Aslan."Baik, Tuan."Setelah mengatakan itu anak buah Aslan pun mematikan sambungan teleponnya, Aslan mengalah nafas dan menatap sang istri. Lelaki berwajah tampan itu tidak menyangka jika kedua wanita tersebut bisa berbuat nekat kepada istrinya hanya karena obsesi ingin memiliki dirinya.Saida dan Lingga yang ada di ruangan itu penasaran dengan apa yang baru saja bicarakan oleh Aslan dan anak buahnya, Aslan pun menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan anak buahnya kepada kedua orang tua serta istrinya. Tentu saja kedua orang tua Aslan dan Hafsa begitu terkejut mendengar

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 45. Diculik

    Setelah melihat rekaman CCTV di rumah dan mencatat plat nomor motor orang yang membawa sang istri, Aslan pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari motor tersebut. Tak lama kemudian ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Aslan pun mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo, siapa ini?" tanya Aslan saat mengangkat sambungan telepon. "Istrimu ada padaku, jika ingin selamat datanglah sendiri.""Siapa kamu? Dimana istriku sekarang?!" tanya Aslan dengan suara baritonnya."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, siapkan uang 1 milyar dan kamu harus datang sendiri. Jika kamu membawa orang lain apalagi polisi maka nyawa istrimu taruhannya.""Jangan macam-macam dengan istriku. Cepat katakan kemana kau membawanya?!" tanya Aslan dengan emosi.Panggilan telepon itu di matikan, tak lama kemudian sharelok masuk ke ponselnya. Aslan tak mengenali suara orang itu, sepertinya suaranya di samarkan.Pria berwajah tampan itu menyiapkan uang yang dimint

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 44. POSITIF

    "Hah ... Mungkin pusing karena cape dan perjalanan jauh," ucap Hafsa."Iya juga, tapi kalau beneran Kakak hamil pasti seisi rumah senang," ucap Aisy."Doakan saja semoga aku segera hamil," ucap Hafsa."Aamiin," ucap Aisy.Sikap Aisy yang baik membuat Hafsa sangat senang, adik iparnya itu supel dan bisa menjadi teman baiknya. Hari-hari berlalu, Aslan bekerja seperti biasa. Hafsa mulai terbiasa hidup sebagai ibu rumah tangga di rumah barunya, terkadang ikut sang mertua ke acara pengajian. Namun, lebih sering berada di rumah sesuai keinginan Aslan.Pagi ini Aslan dan Hafsa sarapan seperti biasa sebelum Aslan berangkat kerja, Hafsa merasa mual saat sarapan dan akhirnya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan."Kamu sakit, Sayang?" tanya Aslan seraya memijat tengkuk sang istri."Gak tahu, Mas. Mual banget," ucap Hafsa."Aku panggilkan dokter, ya!" ucap Aslan."Gak perlu, Mas. Kayanya aku cuma masuk angin, nanti minta di pijit aja dan di baluri minyak angin," ucap Hafsa."Beneran gak

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 43. Membuat Anak

    "Angkat, Mas!" ucap Hafsa."Ngapain sih, Mama ganggu aja," ucap Aslan lalu mengangkat panggilan video call tersebut.Ternyata yang menelponnya adalah Saida sang mama. Setelah diangkat Aslan melihat Saida duduk bersama Lingga sepertinya sedang di dalam kamar."Assalamualaikum ada apa, Mah?" tanya Aslan."Waalaikumsalam, kalian sampai di Paris jam berapa? Kenapa gak kasih kabar?" tanya Saida."Tadi 6 sore, Mah.""Kamu ini gimana sih, kan mama bilang sampai di sana langsung kasih kabar! Kami di sini khawatir," ucap Saida."Hehehe ... Maaf Mah. Kami sampai langsung istirahat karena sangat lelah, terus mandi dan langsung makan malam," jawab Aslan.Hafsa tersenyum ternyata sang mertua mengkhawatirkan keadaan ia dan sang suami yang tidak memberi kabar setelah sampai di Paris. Cukup lama mereka berbincang melalui video call, Lingga pun bertanya tentang kenyamanan hotel yang sudah ia booking untuk anak dan menantunya."Nyaman banget, Pah. Pemandangan dari jendela hotel langsung ke menara Eiffe

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 42. Romantis

    "Kamu cinta terakhirku, Hafsa Kalimatunnisa," ucap Aslan lalu mencium pucuk kepala sang istri.Mereka beristirahat setelah perjalanan 16 jam dari Indonesia ke Paris, Prancis. Meskipun rasa lelah itu telah terbayar dengan indahnya pemandangan di joget tersebut. Namun, Aslan ingin mereka istirahat sebelum melakukan tour ke negara tersebut."Sayang, aku laper. Kita keluar yuk cari makan," ucap Aslan membangunkan Hafsa yang masih terlelap dalam tidurnya."Emang gak bisa pesan makanan hotel aja, Mas?" tanya Hafsa seraya mengucek matanya."Bisa sih, tapi aku ingin berjalan kaki sambil mencari makanan di sini denganmu," ucap Aslan."Ya sudah kalau gitu aku mandi dan ganti pakaian dulu," ucap Hafsa.Aslan menganggukan kepala, Hafsa pun masuk ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia setelah selesai mandi saat keluar tidak ada Aslan di kamar malah ada dua wanita asing."Siapa kalian? Kenapa ada di kamarku?" tanya Hafsa terkejut."Nona jangan takut, kamu adalah MUA dan hair stylist yang di

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 41. Bulan Madu

    "Buka aja," ucap Aslan.Hafsa membuka kotak kecil yang di berikan oleh sang suami, setelah melihat isinya ia masih bingung karena hanya beberapa lembar kertas saja. Hafsa melihat kertas tersebut dan menatap Aslan dengan mata berkaca-kaca."Tiket pesawat ke Paris?" tanya Hafsa."Kado dari mama dan papa untuk pernikahan kita, mereka juga sudah booking hotel untuk kita bulan madu ke Paris," ucap Aslan."Tapi, aku tidak bunga pasport, Mas. Gimana mau perjalanan ke luar negeri," ucap Hafsa."Semua sudah beres di urus sama papa, kita tinggal duduk manis di pesawat dan menikmati bulan madu di Paris nanti," ucap Aslan.Hafsa tak bisa berkata apa-apa lagi, memang jika banyak uang semua urusan jadi mudah. Selama ini Hafsa tak pernah bermimpi akan bisa liburan keluar negeri, itu sebabnya ia tidak punya paspor.Hafsa begitu senang ketika tahu kedua mertuanya yang sudah menyiapkan segalanya untuk ia dan suami berbulan madu ke negara yang terkenal romantis itu.Mereka berangkat bukan madu beberapa

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 40. Tidak mengakui

    Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r

  • Seranjang Dengan Duda Arogan    S2 Bab 39. Teror

    "Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status