Pagi ini, Titan berangkat ke sekolah diantar oleh Raihan. Sepanjang perjalanan ke sekolah, Raihan terus berusaha memperpendek jarak yang terbentang di antara mereka akibat terpisah selama tiga tahun belakangan ini.
"Sekolah lo jauh banget sih dari rumah," omel Raihan dalam perjalanan.
"Biarin sih."
Gara-gara Kak Raihan kan makanya Titan pilih sekolah yang jauh dari rumah.
"Nilai lo gimana, Dek? Gak ada gue terus yang ngajarin lo siapa?"
"Bagus-bagus aja."
"Pulang sekolah biar gue aja yang jemput, ya?" tawarnya.
"Nggh, nggak usah deng."
"Ingat, pulang entar sama gue pokoknya."Titan masih ingat perkataan Tristan saat mereka makan berdua di kantin tadi. Katanya, dia harus pulang bareng sama Tristan pokoknya. Titan mah mau-mau aja. Malah dia semangat banget sampai-sampai tidak bisa tidur di jam terakhir karena keasikan mikirin cowok satu itu. Padahal, jam terakhir itu hukumnya sudah wajib buat tidur siang bagi Titan."Keapa lo senyam-senyum sendiri? Merinding gue lihatnya." Rheva melirik Titan yang dari tadi terus senyum-senyum tak jelas. Lebar banget pula senyumnya, si guru Kesenian sampai heran melihat senyum selebar bulan sabit itu."Nungguin bel pulang, harus semangat dong," ujarnya tanpa menghilangkan senyum itu."Nggak kram apa muka lo kelamaan
Hari ini seperti biasanya, Tristan datang berkunjung ke rumah Titan. Melaksanakan aksinya melakukan pendekatan yang berkedok mengajar. Dia sudah beneran macam guru les privat, bedanya sih cuma masalah imbalan dan jam kerja. Kalau les privat biasanya seminggu dua kali, Tristan justru datang hampir tiap hari. Tristan juga sukarela mengajar Titan, sekalian modus gitu.Tristan mah asalkan bisa dapat hati Titan, dia sudah pasti senang banget. Mungkin dia bisa jingkrak-jingkrak kesenangan, tapi kali ini ada yang agak berbeda. Dia berkunjung ke rumah Titan yang mana semua anggota keluarganya sedang lengkap di sana. Mereka sekeluarga rupanya sedang makan malam saat ia datang."Kamu yang kemarin bantuin ngurung Aldo kan ya?" Aditama bertanya memastikan begitu ia melihat Tristan yang sudah dipersilahkan istrinya bergabung makan.
Raihan menghembuskan napas dengan kasar. Ia akhirnya berhasil juga menendang keluar makhluk tengil satu itu dari rumahnya.Siapa namanya tadi? Tristan, ya?Cowok yang sedang gencar-gencarnya mendekati Titan, adiknya. Kelihatan sekali kalau bocah satu itu ingin diberi lampu hijau.Tapi yah,sorry-sorryaja. Yang ada mah malah kena tilang!Tampilannya berantakan, seragam kucel. Tas sekolahnya kelihatan enteng sekali, yang mana seharusnya terisi oleh buku-buku. Eh, tapi si Titan adiknya itu juga tasnya enteng banget sih. Semua buku pada ditinggal di sekolah rata-rata. Barang-barang Titan pun rasanya selalu berada pada tempat yang tidak semestinya.Raihan mendengus. Ba
Titan menyeret langkahnya malas-malasan menuju lantai dua, niatnya ingin kembali ke kelas. Ia benar-benar capek sehabis pelajaran olahraga yang mewajibkan mereka bermain sepak bola.Keringat menetes di sepanjang dahinya, belum lagi tenggorokannya yang sudah kering keronta minta dialiri air yang ada manis-manisnya gitu. Cuaca tadi juga sangat tidak mendukung, matahari seolah dengan senangnya memanggang semua murid XII IPA 4 di tengah lapangan, namun sekarang, setelah jam pelajaran melelahkan itu berakhir, justru barulah awan bergerak menyembunyikan matahari di baliknya. Sering terjadi nih yang beginian entah sehabis olahraga maupun sehabis upacara.Berita baiknya, sehabis ini akan diadakan rapat guru sehingga mereka akan punya jam kosong sampai waktu istirahat pertama yang kurang lebih masih 45 menit lagi.
26 Oktober 2018.Tepatnya peringatan hari pernikahan Dinda Azulla Mahendra dan Aditama Mahendra yang ke-23. Karena kebetulan sedang ada di Bandung, maka mereka mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakannya. Perayaan ini akan menjadi pesta kebun yang diadakan di halaman belakang rumah keluarga mereka berhubung halamannya yang memang cukup luas.Halaman belakang dihias dengan balon-balon berwarna putih dan hijau yang ditempel di sepanjang dinding halaman. Kursi dan meja bundar dilapis kain putih dengan pita hijau yang sederhana. Deretan menu makanan dijejer rapi di atas meja panjang yang dipesan dari pihakcateringdan diletakkan di samping kolam ikan. Tidak ada panggung kecil atau apapun karena acara ini memang disusun sederhana dan privat.Yang diundang tentu han
Raihan tiba-tiba ditarik Titan menjauh dari teman-temannya dan diseret masuk ke dalam rumah, padahal acara sedang ramai-ramainya di belakang sana. Sekarang, mereka berada di ruang keluarga. Cukup jauh agar tidak bisa didengar siapapun di halaman belakang sana.Ia menghela napas begitu tahu pasti apa yang akan dikatakan Titan selanjutnya. Ini akan menjadi rumit, pastinya."Kenapa ada Kak Nana di sini?""Karena gue ngundang dia, Dek.""Kenapa harus diundang? Yang harusnya jadi tamu di sini kan temen bukan mantan.""Memangnya mantan nggak bisa jadi temen?" Raihan menjawab setenang mungkin."Ya nggak bisalah, Kak! Lihat sendiri kan dia
Tristan mengendarai motornya gila-gilaan di tengah gelapnya malam. Ia membelah jalanan Kota Bandung ketika jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Dirinya yang tadi sedang bermain gitar dengan galaunya di kamar, berusaha menenangkan pikiran setelah melewati hari yang terasa begitu berat baginya. Tiba-tiba panggilan telepon dari Rheva mengusik kegiatannya.Rheva terdengar sangat panik, mengatakan kalau Titan ditemukan pingsan di kamarnya sekitar setengah jam yang lalu dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara Rheva sendiri tidak bisa menjenguk saat itu, katanya baru saja bertengkar dengan papanya dan benar-benar dilarang untuk keluar rumah.Mendengar itu, jantung Tristan langsung berdegup keras. Pikirannya tambah kalut namun untungnya masih bisa berpikir apa yang harus dilakukan. Ia mengambil kunci motor dan jaket, langsung berk
"Jadi, Titan udah tiga tahun suka sama Raihan? Kakaknya sendiri?"Sekarang, hanya ada Aldo dan Tristan yang menjaga Titan subuh-subuh begini. Kesempatan ini langsung digunakan Tristan untuk mengorek informasi dari masalah yang mengganjalnya."Iya," jawab Aldo singkat.Ia sudah menduga, cepat atau lambat Tristan pasti akan tahu perihal ini. Sekarang, mungkin waktu yang tepat bagi Tristan untuk mengetahui semuanya. Ia percaya, cowok yang sudah terlanjur naksir berat sama adiknya ini, berhak untuk tahu segalanya."Alasan Raihan pergi ke luar kota selama tiga tahun, itu buat ngejauhin dia dari Titan?"Aldo menghela napas, lalu sekali lagi mengangguk.