Share

Bab 2. Rahasia Rigel

Author: Livyloly
last update Last Updated: 2025-05-09 16:43:13

Rigel menyandarkan tubuhnya di kursi kerja, menekan pelipisnya yang berdenyut hebat. Pekerjaan yang menumpuk di hadapannya terasa kabur dan membingungkan. Pandangannya mulai mengabur, tubuhnya terasa panas, dan napasnya berat. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi. Periode itu datang lagi-fase yang selalu datang satu bulan sekali, membuat tubuh dan pikirannya dikuasai oleh hasrat liar yang sulit dijelaskan.

Dia bukan anak kecil lagi. Lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu sadar betul bahwa tubuhnya berbeda dari pria biasa. Ada sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan, dan selama ini, dia hanya bisa meredakannya dengan cara-cara yang tidak pantas disebutkan dalam lingkaran terhormat. Dulu, sebelum menikah, dia bisa dengan bebas melampiaskan semuanya. Pesta-pesta topeng, wanita-wanita asing tanpa nama-semuanya bebas dia cicipi, tanpa ikatan, tanpa beban.

Namun sekarang dia adalah suami. Suami dari Althea.

"Marco, siapkan mobil. Aku pulang sekarang," ujarnya pelan namun tegas.

Marco, asistennya yang setia, menatapnya cemas. "Kau tak enak badan?"

"Sedikit." Jawab Rigel dengan nada malas.

"Perlu ke rumah sakit? Atau-"

"Tidak. Aku hanya ingin pulang dan istirahat." Ucapnya.

Perjalanan pulang terasa seperti siksaan. Rigel duduk dengan gelisah, menahan kegelisahan dalam tubuhnya yang terasa seperti terbakar dari dalam. Ketika sampai di rumah, beberapa pelayan menyambutnya dengan sapaan sopan, namun ia tak menggubris. Langsung saja ia menuju kamar.

Beruntung, kamar itu kosong. Althea belum pulang. Rigel menghela napas lega. Setidaknya ia punya waktu untuk mengatur dirinya sendiri sebelum harus kembali memainkan peran sebagai suami yang dingin dan acuh.

Ia melepas bajunya satu per satu, membiarkan tubuhnya terbebas dari pakaian kerja yang menyesakkan. Tubuhnya sudah bereaksi sejak di mobil. Hasrat itu muncul begitu saja, dan kini semakin menggila. Ia merasa seolah sedang dikurung dalam tubuhnya sendiri, dan satu-satunya jalan keluar adalah melampiaskan semuanya.

Sial.

Ia masuk ke kamar mandi dan mulai memainkan dirinya sendiri. Tapi itu tak cukup. Bukan lagi. Bukan untuk hasrat sebesar ini. Bahkan setelah cairan itu keluar, tubuhnya masih terasa kosong dan pikirannya semakin kacau.

Ia tahu ini akan menjadi bulan yang paling menyiksa sejak ia menikah. Ia tidak bisa menyentuh wanita lain, dan menyentuh istrinya sendiri? Itu... batas yang ia buat sendiri sejak awal. Hubungan mereka dingin, teratur, dan tanpa sentuhan. Ia terlalu bangga untuk mengubah aturan yang ia ciptakan sendiri.

Namun kini, batas itu mulai terlihat seperti penjara.

Setelah mandi, ia turun untuk makan. Althea masih belum kembali. Ia menyantap makan malamnya tanpa selera, lalu duduk di sofa, mencoba meredakan pikirannya yang masih bergejolak.

Hingga suara langkah kaki menggema dari arah pintu.

Althea.

Wanita itu masuk dengan wajah tenang seperti biasanya, membawa beberapa belanjaan dan sebuah kotak kecil di tangannya.

"Kau sudah pulang," katanya, dengan senyum kaku yang sama seperti setiap hari.

Rigel hanya menoleh, dan seperti biasa, hanya keheningan yang menyambut mereka.

"Kau mau?" tanyanya, menyodorkan kotak cokelat ke hadapannya.

Rigel menerimanya, meski pikirannya bukan pada cokelat itu. Ia menatap Althea tanpa sadar, dan pandangannya tertuju pada kerah blusnya yang sedikit terbuka saat ia menunduk. Ia menelan ludah. Dada itu... sempurna.

Sial.

Ia mencoba mengalihkan pandangan, namun rasanya semakin sulit menahan diri. Bahkan senyum kaku Althea terlihat manis di matanya sekarang. Bukan karena cokelat. Tapi karena tubuhnya yang perlahan mulai terlihat seperti sosok wanita yang selama ini ia impikan-meski ia sendiri tidak pernah mengakuinya.

Setelah Althea naik ke atas, Rigel menyandarkan diri di sofa. Kepala kembali berdenyut, tubuh panas, dan pikirannya tidak tenang. Ia tahu tubuhnya belum selesai.

Ia kembali naik ke kamar. Tempat tidur terasa dingin, namun tidak cukup untuk meredakan panas di tubuhnya. Dan ketika suara pintu terbuka, ia langsung menoleh.

Althea berdiri di sana, hanya mengenakan handuk kecil yang nyaris tidak bisa menutupi tubuhnya sepenuhnya. Rambutnya basah, kulitnya mengilap, dan tubuhnya...

Rigel tak bisa berpaling.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Althea, kaget melihatnya di kamar lebih awal dari biasanya.

"Aku tidak enak badan," jawabnya cepat, memejamkan mata mencoba menghapus bayangan tubuh basah itu dari pikirannya.

Namun tak bisa. Ia sudah terlalu jauh.

Beberapa menit kemudian, ia merasakan tangan dingin menyentuh keningnya. Althea-dengan wajah khawatir, menyuruh pelayan mengambilkan obat dan termometer. Ia tidak pernah melihat sisi ini darinya. Lembut, perhatian, dan begitu dekat.

Dia membiarkannya menyentuhnya. Bahkan memegang tangannya untuk memberikan obat. Sentuhan sederhana itu terasa seperti luka bakar di kulitnya. Panas. Membakar. Menyiksa.

Althea membaringkan diri di sampingnya setelah memastikan ia minum obat. Rigel tidak bisa tidur. Ia gelisah. Nafasnya berat. Dan ketika selimut tersingkap sedikit, menampakkan kulit perut ramping dan pahanya yang mulus...

Rigel memejamkan mata erat-erat.

Tubuhnya bergemuruh.

Hasratnya mencapai puncak.

Ia tahu jika terus seperti ini, ia akan benar-benar kehilangan kendali. Dan untuk pertama kalinya dalam setahun, ia tidak yakin apakah ia bisa tetap menjaga batasan yang telah ia buat sendiri.

Ia menatap Althea yang tertidur. Bibirnya lembut, wajahnya damai. Begitu dekat, dan kini terasa begitu jauh dari batas yang seharusnya ia jaga.

"Milikku..." bisiknya dalam hati.

Dan mungkin... malam ini, batas itu akan runtuh.

Rigel mendekati Althea yang tertidur, tubuhnya tampak begitu tenang dalam keheningan malam. Hati Rigel berdebar saat tangannya perlahan-lahan mulai mendekat ke tubuh Althea, masuk kedalam pakaian wanita itu dan menyentuhnya dengan hati-hati. Ini bukan pelecehan, karena Althea adalah istrinya, namun ada rasa canggung yang tiba-tiba muncul. Semua perasaan yang terpendam, kegelisahan, dan dorongan yang menggila terasa begitu kuat dan intens saat tangannya meremas tubuh Althea.

Sial,

Itu terasa kenyal dan lembut.

Rigel menarik tangannya ketika Althea menggeliat dalam tidurnya, dan seketika itu dia bisa melihat bagian tubuh Althea yang terungkap. Matanya terfokus pada tubuh istrinya yang begitu sempurna. Dia terdiam sesaat, kagum pada keindahan di hadapannya. Saat ini dia merasakan ketegangan dalam dirinya. Ini normal, bukan? Dia sudah lama tidak menyentuh wanita bahkan kini dia sadar betapa bodohnya dia yang selama ini mengabaikan Althea. Rigel benar-benar bodoh dan buta, mengabaikan kecantikan surgawi seperti Althea.

Walau sudah menyentuh tubuh Althea tapi dia masih belum merasa puas. Rigel hanya bisa menahan diri, berusaha mengendalikan nafsu yang menggila, namun tak bisa menepis perasaan yang membelainya. Sambil menatap wajah Althea yang tertidur dengan damai, dia merasa ada sesuatu yang berubah. Sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan. Rigel merasakan dia mulai menerima kehadiran Althea walau mungkin hanya ketertarikan fisik saja, seperti ada sesuatu yang mengikat Rigel. Seakan semua yang terpendam selama ini akan meledak dalam satu waktu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 8. Malam panas

    Althea tidak bisa tidur malam itu. Tubuhnya terasa panas, seolah ia terperangkap dalam ruang sempit yang pengap. Jantungnya berdebar, pikirannya penuh dengan rasa khawatir dan ketakutan yang tidak jelas bentuknya. Ia merasa tubuhnya terjaga, terlalu siaga, dan napasnya pendek-pendek.Di belakangnya, Rigel juga tampak gelisah. Ia bisa merasakan gerakan samar dari lelaki itu. Tentu saja, mereka tidak bisa tidur seperti biasa. Hubungan mereka telah berubah, dan perubahan itu menjauhkan mereka dari garis awal yang dulu sempat mereka sepakati.Namun yang membuat Althea benar-benar tidak habis pikir adalah cara pikir Rigel yang begitu paradoks. Lelaki itu bisa bicara dengan nada penuh ketegasan, membangun batas seolah semua terkendali, tetapi kemudian meluluhkan batas itu sendiri dalam tindakan yang membuat Althea limbung. Apa maksud dari kata-katanya semalam? Bahwa ia bisa menjadi apa pun yang Althea butuhkan—sebagai suami, teman, atau sesuatu yang lebih dalam?Wajah Althea memanas saat me

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 7. Anggap semua tidak terjadi.

    Pagi datang perlahan, membawa cahaya lembut yang menyusup lewat celah tirai. Udara kamar masih terasa hangat, sisa dari malam yang begitu intens—malam yang mengguncang batas dan memecah dinding yang selama ini berdiri kokoh di antara mereka.Rigel terbangun lebih dulu. Ia membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar tanpa benar-benar melihat apa pun. Masih ada detak di dadanya, bukan karena kelelahan, tapi karena kebingungan yang menghantui sejak malam itu berakhir. Ia menoleh ke samping.Althea masih tertidur. Wajahnya tenang, nafasnya teratur. Namun ketenangan itu justru membuat Rigel semakin tak pasti. Ia menatapnya lama, mencoba menebak apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi pikirannya seperti labirin—penuh jalan buntu.Tak lama, Althea mulai bergerak. Tubuhnya menggeliat pelan sebelum akhirnya matanya membuka, perlahan seperti enggan. Tatapan mereka bertemu.Diam.Sejenak, waktu seperti berhenti.“Pagi,” ucap Althea akhirnya. Suaranya pelan, serak, namun datar. Tidak pe

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 6. Ternyata bukan Mimpi

    Rigel merasa gelisah. Beberapa hari ini, ada perubahan yang terasa sangat jelas pada Althea. Istrinya itu, yang selama ini selalu tampak tenang dan perhatian, kini tampak jauh dan terhindar. Ada sebuah jarak yang tak bisa dijelaskan, sebuah ketegangan yang belum pernah ada sebelumnya. Rigel mulai berpikir, apakah sikapnya yang menyebabkan ini? Apa yang telah ia lakukan untuk membuat Althea begitu menjauh? Apakah Althea tahu? Apakah dia mulai curiga terhadapnya? Rigel merasakan hati yang semakin berat dengan setiap detik yang berlalu, semakin terperangkap dalam pikirannya. Dia merasa seperti seorang lelaki yang tak tahu harus berbuat apa, dengan perasaan malu yang menyesakkan dadanya. Betapa buruknya jika Althea sampai mengetahui hal yang telah terjadi. Namun, meski rasa bersalah itu datang, ada sesuatu yang tak bisa dia pungkiri. Hanya dekat dengan Althea, hanya dengan menyentuhnya, hatinya bisa merasa sedikit lebih tenang. Althea adalah satu-satunya yang bisa membuatnya merasa hidu

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 5. Jadilah Dirimu Sendiri

    Malam itu, untuk pertama kalinya Rigel menyadari bahwa istrinya bukanlah sosok yang tenang dan patuh seperti yang selama ini ia bayangkan. Althea, perempuan yang telah menjadi istrinya selama satu tahun, ternyata memiliki lidah tajam dan keberanian yang mengejutkan. Nada bicaranya membara, penuh semangat—berbeda jauh dari ekspresi datar dan senyuman kaku yang biasa ia tampilkan.Selama satu tahun, Althea menyembunyikan dirinya dengan sangat baik. Rigel sempat mengira ia adalah tipe wanita penurut, yang akan menjalani hidup pernikahan tanpa banyak suara, mengikuti alur seperti air. Tapi malam ini segalanya berubah. Dan yang paling mencengangkan adalah, Rigel tidak merasa kesal. Justru sebaliknya, ia menikmati momen itu. Mendengar Althea berbicara panjang lebar memicu gairahnya, seolah-olah sisi lain dari wanita itu adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan.“Apakah ini hanya karena masa birahiku?” pikir Rigel. Sentuhan yang sempat ia lakukan pada tubuh Althea beberapa malam lalu terus be

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 4. Sikap Althea

    Althea merasa sesak. Setiap kali ia berada di rumah ini, dadanya seperti terhimpit sesuatu yang tak terlihat, mencekik perlahan namun pasti. Tatapan mata Ibu Rigel tak pernah memancarkan kehangatan. Tak ada satu pun isyarat penerimaan dalam setiap lirikan matanya. Althea tahu, sejak awal wanita itu tidak pernah menginginkannya menjadi bagian dari keluarga ini.Ia menyadari, dirinya dan keluarga ini berasal dari dua dunia yang berbeda. Gaya hidup mereka, cara berpikir mereka—semuanya tak sejalan. Seperti air dan minyak yang dipaksa bersatu namun tak pernah benar-benar bisa menyatu.“Bagaimana kabarmu, Althea?” tanya Will, ayah mertuanya, dengan senyum yang tulus.Althea mengangguk pelan dan menjawab, “Aku baik.”Di antara seluruh anggota keluarga, hanya Will yang mampu bersikap ramah dan tulus padanya. Lelaki itu memperlakukannya seperti anak sendiri, penuh perhatian dan tanpa menghakimi.“Jagalah Althea dengan baik, Rigel. Ajak dia jalan-jalan. Jangan kau terus-terusan larut dalam pek

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 3. Sentuhan Rahasia

    Pagi harinya, Rigel merasa sedikit lebih baik, meskipun semalam dia belum cukup puas menyentuh Althea. Tapi tidak masalah, setidaknya bisa sedikit mengurangi efek periodenya. namun, perasaan canggung terus mengikutinya. Ketika Althea mengeluh tentang rasa sakit di tubuhnya, Rigel merasa semakin gelisah. Ada perasaan bersalah yang muncul, tetapi dia berusaha berpura-pura seperti biasa, tidak ingin Althea tahu apa yang sebenarnya terjadi malam tadi. Jika tidak bagaimana dia akan menghadapi wanita itu kedepannya.Dia yang pertama mendirikan tembok pembatas setinggi gunung dalam hubungan ini. Tapi dia juga yang pertama melewati batas, bahkan bersikap tercela dengan menyentuh istrinya diam-diam seperti penjahat cabul.Althea sendiri tampak tidak peduli dengan sikapnya, seakan jarak yang semakin lebar di antara mereka bukanlah masalah bagi wanita itu. Althea tidak pernah menuntut apapun, wanita itu benar-benar berada pada batasannya.Mereka berbicara seperti biasanya, namun Rigel tidak bisa

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 2. Rahasia Rigel

    Rigel menyandarkan tubuhnya di kursi kerja, menekan pelipisnya yang berdenyut hebat. Pekerjaan yang menumpuk di hadapannya terasa kabur dan membingungkan. Pandangannya mulai mengabur, tubuhnya terasa panas, dan napasnya berat. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi. Periode itu datang lagi-fase yang selalu datang satu bulan sekali, membuat tubuh dan pikirannya dikuasai oleh hasrat liar yang sulit dijelaskan.Dia bukan anak kecil lagi. Lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu sadar betul bahwa tubuhnya berbeda dari pria biasa. Ada sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan, dan selama ini, dia hanya bisa meredakannya dengan cara-cara yang tidak pantas disebutkan dalam lingkaran terhormat. Dulu, sebelum menikah, dia bisa dengan bebas melampiaskan semuanya. Pesta-pesta topeng, wanita-wanita asing tanpa nama-semuanya bebas dia cicipi, tanpa ikatan, tanpa beban.Namun sekarang dia adalah suami. Suami dari Althea."Marco, siapkan mobil. Aku pulang sekarang," ujarnya pelan namun tegas.Marco,

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 1 pernikahan tanpa cinta

    Althea merapikan dirinya, lalu beranjak menuju ruang pakaian untuk menyiapkan pakaian kerja sang suami.Suami yang dinikahinya satu tahun lalu-Rigel Lester.Lelaki tampan dan tak bercela. Kekayaan serta kekuasaan yang dimilikinya menjadikannya sosok yang ditakuti di industri ini.Ya, dia adalah suaminya-pria sempurna untuk wanita seperti Althea, yang bahkan tak bisa dibandingkan dengan lelaki itu. Bahkan setelah setahun menikah, Althea tak pernah merasa benar-benar dianggap sebagai istri. Tatapan dan kata-kata Rigel selalu disertai jarak. Dingin. Formal.Rigel Lester.Nama itu bahkan tak pernah Althea ucapkan, begitu pula namanya yang tak pernah keluar dari mulut lelaki itu.Mereka berada dalam kamar yang sama, namun tak ubahnya dua orang asing yang hidup bersama."Aku sudah siapkan pakaianmu. Lihat, dan jika ada yang tidak kau su-""Tidak ada. Pergilah," potong Rigel.Althea tak terkejut. Ucapan itu sudah seperti naskah hafalan mereka. Percakapan yang terjadi setiap hari seolah hanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status