Share

Bab 5

Author: Lanita
Renzo memang benar, mulai sekarang studionya tidak ada lagi hubungannya denganku. Aku memang bukan manajer resminya. Selama ini aku hanya mengurus semua urusannya dengan identitas sebagai istrinya. Namun sebentar lagi, aku juga bukan lagi istrinya.

Keesokan harinya, aku pergi ke kantor untuk membereskan barang-barangku. Kebetulan terdengar suara manajer studio sedang menasihati Renzo.

"Pak Renzo, kemarin Anda terlalu emosional. Selama ini studio selalu ditangani penuh sama Bu Nancy. Kalau benar-benar Bu Nancy ngambek dan nggak datang lagi, pameran berikutnya pasti akan berantakan."

Renzo hanya mendengus dingin. "Dia cuma numpang tenar dariku. Kalau pameran bisa sukses, itu semua karena bakatku."

"Kalau dia nggak datang, biarkan Cannie yang mengurus pekerjaannya. Toh cuma pekerjaan remeh, siapa pun bisa melakukannya!"

Renzo lalu teringat sesuatu dan menambahkan, "Tapi Cannie berbeda dengannya. Anak itu polos, nggak suka menjilat orang. Jangan biarkan dia ikut acara minum-minum."

Awalnya aku ingin masuk untuk serah terima pekerjaan dengan manajer, tapi sekarang rasanya sudah tak ada gunanya lagi.

Saat itu, terdengar notifikasi WhatsApp. Pesan dari Paris mengatakan, visaku sudah diurus dan aku bisa berangkat kapan saja.

Aku pun langsung pulang dan mulai berkemas. Saat barang-barang baru setengah selesai kubereskan, Renzo ternyata pulang. Dia bahkan membawakan semangkuk sup burung dara untukku.

Namun ketika kulihat segel keamanan makanan sudah terbuka dan isi sup pun hampir habis, aku langsung membuang sisa itu ke tempat sampah.

Renzo sempat ingin marah, tapi tatapannya tertuju pada sup yang tersisa begitu sedikit. Pada akhirnya, dengan hati yang merasa bersalah, amarahnya pun padam.

"Jangan salah paham, ini bukan makanan sisa." Dia jelas lupa kalau aku alergi terhadap sup burung dara.

Dulu ketika Renzo baru dewasa, dia adalah orang yang penuh emosi. Dia menantang pesaingnya dan lawan itu hampir saja melumpuhkan tangannya. Aku yang berdiri di depan untuk menahan tebasan demi dirinya. Demi membuat lukaku cepat sembuh, dia membelikan sup burung dara untukku.

Akan tetapi, justru sup itu yang hampir merenggut nyawaku. Saat aku berada di ruang gawat darurat berjam-jam, Renzo pun berlutut di depan pintu selama itu juga. Dia bahkan bersumpah pada langit, seumur hidup tidak akan pernah membiarkanku menyentuh burung dara lagi.

Namun, bahkan pengalaman yang begitu menyakitkan dan tak terlupakan, pada akhirnya tetap terhapus oleh waktu dan tak meninggalkan bekas apa pun.

Mungkin karena aku terlalu tenang, Renzo jadi merasa gelisah. Dia berjalan mondar-mandir di belakangku, lalu untuk pertama kalinya menurunkan nada bicaranya, "Hari ini memang aku terlalu gegabah karena mempermalukanmu di depan umum. Tapi bagaimanapun juga, akulah pemilik studio. Aku harus adil dan objektif, baru orang bisa menerima."

"Aku bukan benar-benar melarangmu mengurus studio. Hanya saja ... kalau kamu diam-diam mau minta maaf sama Cannie, semua akan baik-baik saja ...."

"Permisi."

Aku langsung memotong ucapannya dan mengabaikannya begitu saja, lalu masuk ke kamar mandi untuk merapikan kosmetikku. Kata-kata Renzo yang belum sempat selesai diucapkan, tertelan kembali ke tenggorokannya. Rasa tak berdaya yang asing pun memenuhi dadanya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 12

    Pameran global Juan berjalan dengan sangat sukses. Tak lama kemudian, kami sampai di bandara.Saat dia menuntun koperku keluar dari bandara, kami langsung dikerumuni para wartawan. Beberapa dari mereka jelas ingin menggali gosip tentang aku dan Renzo, tetapi semua berhasil dihalangi Juan.Tiba-tiba, sosok yang tampak letih muncul sambil memegang sebuah lukisan. Itu adalah Renzo. Dia tampak kumal dengan jenggot tak terurus.Lukisan itu adalah "Matahari Terbenam di Paris" yang kusobek sendiri saat meninggalkan studionya. Namun, sekarang sudah direkatkan kembali satu per satu dengan lem.Tak peduli pada tatapan semua orang, Renzo berlutut di depan kami dan memohon, "Nancy, masih ingat janji kita dulu? Itu salahku, aku yang menghancurkannya. Aku menggeledah tempat sampah dan begadang sebulan penuh untuk merekatkannya kembali!""Lihat, aku sudah melakukan semua ini untukmu. Lukisan sudah kembali seperti semula. Kita juga bisa memperbaiki hubungan kita, 'kan?"Memperbaiki hubungan? Mataku te

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 11

    Yang tidak pernah aku sangka adalah, Renzo justru meninggalkan kekacauan di dalam negeri dan mengejarku sampai ke Paris.Dia langsung menerobos masuk ke studio, lalu menghantam Juan dengan satu pukulan. "Bajingan! Jadi kamu yang menggoda istriku!"Aku segera berlari menarik Renzo, tetapi dia merengkuhku erat-erat."Nancy, ternyata kamu masih peduli padaku. Lihat, aku mengejarmu sampai Paris demi kamu. Ayolah, maafkan aku. Kita mulai dari awal lagi ya?"Aku mendorongnya. "Nggak! Perjanjian cerai sudah ditandatangani. Aku dan kamu nggak ada hubungan lagi.""Nggak! Aku nggak akan mengurus prosedur perceraian itu.""Kalau kamu nggak urus, aku akan menggugat ke pengadilan. Renzo, kita nggak bisa kembali lagi.""Nggak! Nggak! Nggak!" Renzo mencengkeram rambutnya sambil meraung, lalu tiba-tiba merangkulku dan berusaha memaksaku berciuman dengannya.Aku sangat muak, tetapi sama sekali tidak bisa melepaskan diri darinya. Akhirnya, Juan yang melayangkan satu pukulan hingga Renzo terkapar.Aku bu

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 10

    Di dalam negeri, Renzo juga seorang pelukis dengan popularitas tinggi. Begitu berita itu menjadi trending topic, citranya langsung runtuh.Begitu citra seorang pelukis hancur, jangankan mencari investor, lukisan pun tidak ada yang mau beli lagi.Bahkan karya yang sebelumnya sudah terjual dituntut pengembalian uang oleh pembeli. Renzo pun harus membayar ganti rugi dengan jumlah fantastis karena melanggar kontrak.Seorang mantan rekan kerja dari studionya diam-diam memberitahuku bahwa sekarang Renzo setiap hari memasang wajah masam. Tidak peduli bagaimana Cannie berusaha menempel dengan sikap manis dan penuh kepura-puraan, dia tetap diabaikan.Tak lama kemudian, Renzo menyuruh Cannie pergi menghadiri jamuan untuk mencari investor, bahkan menyuruhnya berpakaian lebih terbuka.Tentu saja Cannie yang menjaga citra polos itu menolak. Alhasil, Renzo langsung menamparnya dan mengusirnya.Tak punya pilihan lain, Cannie pun akhirnya pergi. Kebetulan, seorang bos berusia 50-an tahun bernafsu pada

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 9

    Aku pergi mencuci muka. Begitu kembali, aku langsung melihat ada tujuh hingga delapan studio yang mengirim undangan agar aku menjadi manajer mereka.Aku membalas dengan sopan, bahwa aku sudah menjadi manajer Juan. Balasan yang muncul di bawah semuanya penuh dengan doa dan dukungan.[ Pak Juan memang sangat berbakat. Kalau bisa kerja sama dengan Kak Nancy, masa depan kalian pasti tak terbatas! ][ Kudengar Pak Juan sebentar lagi akan mengadakan pameran global. Mengundang Kak Nancy di momen seperti ini, jelas akan membuat kariernya naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi! ][ Aku cuma ingin bilang ... Kak Nancy sangat kasihan waktu bersama Renzo. Padahal semua urusan diurus olehnya, tapi saat bersama Renzo, dia seperti alat saja. Terakhir kali aku bahkan melihat Kak Nancy diperlakukan buruk oleh asisten studio. ][ Jangan dibahas lagi, waktu itu Cannie sempat mengganti kontrak diam-diam saat Kak Nancy nggak ada. Hasilnya, salah ketik satu angka nol, bikin bos sampai marah besar. ][ Kak N

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 8

    Pengirim pesan itu tentu saja adalah Renzo.[ Nancy, apa maksudmu? Kamu menyuruh pengacara menuntut cerai dariku? ][ Berani sekali kamu! Kalau bukan karena aku, mana mungkin kamu bisa hidup senyaman ini, mana mungkin punya karier seperti sekarang? ][ Kamu pasti cuma pura-pura. Kalau benar-benar mau cerai, kenapa kamu sendiri nggak muncul? ][ Terus, apa maksud dari foto profilmu itu? Kamu dari dulu memang ingin menggantinya supaya aku memperhatikanmu, 'kan? Karena aku sibuk melukis dan nggak sempat melihat, kamu jadi bikin keributan sebesar ini hanya untuk menarik perhatianku? ]Melihat deretan pesan yang rapat itu, hatiku terasa dingin. Renzo yang dulu pernah kucintai dengan sepenuh hati di masa muda, sejak kapan berubah menjadi orang seperti ini?Aku sudah tidak punya kata-kata lagi untuknya, jadi hanya membalas.[ Sebaiknya kamu baca baik-baik surat perjanjian cerai yang dikirim pengacara. Kamu sudah tanda tangan. Sisanya hanya urusan prosedur. ]Beberapa menit kemudian, keheninga

  • Setelah Rasa Itu Sirna   Bab 7

    Sepanjang perjalanan, aku merasa luar biasa rileks. Meskipun pesawat sempat berguncang, aku tetap tidur dengan nyenyak.Setelah mendarat dan keluar dari imigrasi, aku langsung melihat pelukis pendatang baru yang menjemputku sendiri, yaitu Juan.Harus diketahui, selama dua tahun belakangan ini, Juan bukan hanya melejit di luar negeri, tetapi juga sudah hampir menyaingi Renzo di dalam negeri.Bisa dibilang, dia adalah pendatang baru yang paling membuat Renzo waspada."Akhirnya kamu datang! Aku percaya dengan kamu sebagai manajerku, karierku pasti bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi." Juan berkata dengan antusias, lalu memelukku dengan hangat, bahkan memberi salam khas Prancis dengan cipika-cipiki.Aku tahu itu hanya ungkapan ramah. Namun, menghadapi kedekatan dari pria asing, wajahku tetap memerah tanpa bisa dikendalikan.Bagaimanapun, meskipun sudah saling mengenal sepuluh tahun, Renzo bahkan malas menyentuhku dengan satu jari pun.Dia selalu berkata, "Nancy, kamu tahu 'kan, sua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status