Share

Bab 8

Author: Valencia
Nayara malas mendengarkan omong kosongnya lagi, lalu menutup jendela dengan keras.

Rayendra mengerutkan kening, hendak melangkah maju.

Namun tiba-tiba dia melihat Arsaka datang dengan wajah gelap, langkah terburu-buru.

Begitu mendekat, Arsaka langsung melayangkan pukulan ke arah Rayendra.

Rayendra tak sempat menghindar, pukulan itu menggores wajahnya, membuat tubuhnya sedikit terhuyung.

"Kamu sudah gila?" katanya sambil menyeka darah di sudut bibir, wajahnya langsung berubah dingin.

Arsaka masih dipenuhi amarah, mencengkeram kerah baju Rayendra. Untuk pertama kalinya dalam 23 tahun, dia kehilangan kendali dan hampir menggeram. "Aku menitipkan adikku padamu, dan beginikah caramu menjaganya?"

"Sejak kembali ke rumah, dia tak dekat dengan siapa pun. Awalnya aku kira dia belum cukup dewasa, tapi setelah melihat luka di tubuhnya hari ini, baru aku sadar dia diperlakukan seperti binatang di dalam kamp."

Rayendra menyela dengan suara berat, sorot matanya penuh ejekan.

"Jadi sekarang kamu datang membela dia?"

Dia mendorong Arsaka menjauh, dan sekaligus membalas dengan satu pukulan.

"Jangan lupa, waktu itu kamu juga yang menyetujui pengirimannya ke kamp militer."

Arsaka tertegun, warna bibirnya memucat.

Rayendra mengejek, sudut bibirnya terangkat dingin. "Kalau sekarang merasa kasihan, kenapa tidak dari dulu?"

Ucapan itu membuat bara amarah dalam diri Arsaka padam seketika.

Waktu itu, dia yang bersikeras akan melindungi Nayara dan menjaganya sebaik mungkin.

Namun kenyataannya, yang menyakitinya... adalah dia sendiri.

Sebagai kakak, dia telah gagal. Wajar jika Nayara membencinya.

Genggaman di tangannya perlahan mengendur, tatapannya suram. "Memang aku setuju, tapi tujuanku agar dia belajar disiplin, bukan untuk dijadikan bulan-bulanan. Tubuhnya penuh luka, kamu benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?"

Rayendra menyentuh sudut bibirnya yang kini sudah berdarah.

Dia meludah, darah bercampur ludah menyembur dari mulutnya, hatinya mulai goyah. "Lukanya... separah itu?"

"Parah sekali."

Setelah bertarung, keduanya justru mulai tenang.

Sejak kecil mereka memang sering berkelahi. Itu hal biasa.

Rayendra tidak terlalu memikirkan perkataan Arsaka. Dia tahu Arsaka sangat menyayangi Nayara.

Hanya saja, Arsaka memang pendiam dan tak suka banyak bicara.

Akan tetapi, tetap saja dia bingung.

Kamp militer berada di bawah pengawasannya. Kalaupun ada yang berani mengganggu Nayara, mana mungkin sampai separah itu?

Mungkin Arsaka terlalu melindungi adiknya saja.

Dulu, Nayara hanya tergores sedikit pun, dia sudah kalang kabut.

Apalagi kini bekerja kasar di kamp. Memar atau luka itu wajar, bukan?

Rayendra terdiam lama.

Akhirnya Arsaka membuka maksud kedatangannya. "Periksa baik-baik anak buahmu. Meski Nayara adalah tahanan, dia tetap putri Kediaman Adipati Agung. Mereka berani memperlakukannya seperti itu, dan di hadapanmu pula!"

"Apa kamu tidak merasa aneh? Kamu dikenal tegas dalam memimpin pasukan. Mana mungkin membuat kesalahan serendah ini?"

Rayendra mengangguk pelan, mulai memercayai sebagian ucapannya. "Kamu sudah lihat sendiri kondisinya?"

"Bekas cambukan, luka bakar, dan berbagai jenis luka lain, tak terhitung jumlahnya. Itu bukan luka sehari dua hari." Arsaka mengibaskan lengan bajunya lalu berbalik pergi. Sebelum keluar, dia melempar ancaman, "Sebaiknya beri aku penjelasan. Kalau tidak, urusan ini tidak akan selesai."

"Mana mungkin?" Rayendra bergumam.

Namun, Arsaka memang tidak seperti sedang berbohong.

Beberapa dugaan melintas di kepalanya, tetapi terlalu cepat untuk bisa ditangkap.

Rayendra langsung melangkah cepat menuju halaman tempat tinggal Nayara.

Para pelayan dan dayang disingkirkan dengan kasar.

Dia membuka pintu besar dengan paksa, lalu melangkah mendekati Nayara yang terpaku, dan langsung menarik lengan bajunya.

Di hadapannya, terlihat memar besar, persis seperti yang dikatakan Arsaka.

Ada luka bakar, bekas sabetan, luka baru maupun lama, semuanya tercampur.

Pemandangan itu sungguh mengerikan.

"Bagaimana bisa... bagaimana bisa seperti ini?" Mata Rayendra bergetar hebat.

Dia benar-benar tidak menyangka Nayara akan terluka separah itu.

Nayara menarik tangannya dengan jijik. "Tuan Muda Rayendra, jaga sikap."

Sorot mata Rayendra menjadi dalam. "Dengan luka separah ini, kenapa kamu diam saja? Siapa yang sudah menyakitimu?"

"Menyakiti?" Tatapan Nayara tenang, tetapi kata-katanya menancap seperti pisau ke jantungnya.

Dia berkata, "Bukankah ini memang yang Tuan Muda Rayendra inginkan?"

"Sesuai harapanmu."

"Masih belum cukup?"

"Tuan Muda Rayendra, kamu sungguh terlalu serakah."

Rayendra serasa dicekik, tak bisa berkata apa-apa. Nayara ternyata menganggapnya seperti itu.

Padahal dia hanya ingin Nayara belajar menjadi lebih patuh, tak pernah berniat menyakitinya.

Tidak, pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Saat itu juga, Ratri masuk tergesa-gesa dan memberi hormat. "Nona Nayara, Nona Kirana datang."

Kirana.

Dahi Nayara langsung mengerut. "Untuk apa dia ke sini?"

"Nona Kirana bilang, dia ingin menjenguk Anda."

"Aku tidak mau."

Ratri terlihat bingung. "Tapi Nona Kirana bilang, kalau Anda tidak mau menemuinya, dia akan menunggu di luar... sampai Anda mau."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 100

    Dia sama sekali tidak memberi muka pada Arsaka, membuat pria itu merasa sangat dipermalukan.Dulu, Nayara selalu menuruti semua ucapannya.Namun kini, di depan orang lain, dia berani membalas dengan kata-kata tajam. Wajah Arsaka pun menggelap beberapa derajat.Karena ada Sagara, dia enggan membuat keributan dengan Nayara.Akhirnya, dengan gaya sok berwibawa sebagai kakak, dia berkata pada Nayara, "Nayara, Kakak hanya bertanya biasa saja, kenapa kamu harus menjawab dengan nada seperti itu? Makin dewasa justru makin tidak tahu sopan santun."Dia sedang menyalahkan Nayara karena tidak menghargainya.Nayara mendengus pelan dan sinis. "Tuan Muda Arsaka begitu lapang dada rupanya. Tapi apakah Tuan Muda Rayendra tahu bahwa Anda memperalat dia?"Yang dimaksud Nayara adalah soal Arsaka yang diam-diam membunuh para prajurit itu. Insiden yang membuat dia dan Rayendra harus berlutut di depan istana dan menerima teguran keras dari Kaisar.Wajah Arsaka berubah. Sorot matanya dipenuhi amarah. "Nayara

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 99

    Yang diteriakkan Sagara bukan Tuan Muda Rayendra, melainkan langsung nama Rayendra. Jelas bahwa dia benar-benar marah.Para pengawal tadi tidak bisa mendekat karena kerumunan, tetapi setelah Sagara turun dari jembatan, mereka segera menyusul ke sana.Mendengar nada marah dalam suara Sagara, para pengawal pun langsung mengepung Rayendra.Rayendra menyapu mereka dengan pandangan datar, lalu mengejek dengan tawa dingin, "Cuma beberapa anak buah rendahan, tak sepadan untuk kupedulikan."Sikap merendahkannya yang terang-terangan itu membuat wajah Sagara berubah. "Hebat atau tidak, kita buktikan saja."Siapa pun yang bisa menjadi pengawal pribadi Sagara tentu bukan orang sembarangan.Meski Rayendra dikenal tangguh, melawan lima orang sekaligus pun dia tetap akan kerepotan.Hari ini, Sagara ingin menunjukkan apa akibatnya bila berani mencari gara-gara dengannya.Melihat bara di antara keduanya hampir meledak, Nayara jadi panik dan bingung harus berbuat apa.Bukan Rayendra yang dia khawatirkan

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 98

    Mungkin karena keraguan di mata Nayara terlalu jelas, tatapan Sagara padanya menjadi makin dingin.Namun, kali ini, dia tidak melontarkan sindiran seperti biasanya. Dia hanya memalingkan wajah dengan raut yang sedikit muram, tak lagi menatapnya.Namun, kedua tangannya mengepal erat.Sagara benar-benar marah, matanya menatap tajam ke satu titik tanpa berkata sepatah kata pun.Nayara justru bertanya mengapa dia menyelamatkannya?Apakah dia benar-benar lupa, atau hanya pura-pura tidak ingat?Saat usia sepuluh tahun, Sagara jatuh ke sungai karena kelalaiannya sendiri, dan Nayara yang menariknya keluar.Mata gadis kecil itu bersinar cerah, tatapannya penuh tawa saat memandangnya.Dia berkata, "Bagaimana bisa kamu berjalan lalu jatuh ke air? Kalau bukan aku yang menarikmu, kamu pasti sudah tenggelam."Waktu itu, wajah Nayara selalu dihiasi senyum lembut, matanya memantulkan cahaya seperti langit malam penuh bintang.Dia menatap Sagara yang terlihat masih terpaku ketakutan. Lalu menyelipkan s

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 97

    Nayara sama sekali tidak menyangka, hanya karena ingin melihat lampion, dia bisa terdorong jatuh ke sungai.Meski namanya sudah tercemar, dia tidak ingin menambah noda lagi dalam reputasinya yang sudah buruk.Terlebih, di hadapan begitu banyak orang, di tengah sorotan semua mata.Kalau dia sampai jatuh ke sungai, sudah pasti dia akan kembali jadi bahan omongan orang-orang.Dalam kepanikan, dia mengulurkan tangan, berusaha meraih apa pun untuk menghentikan tubuhnya agar tidak terjatuh.Tiba-tiba, tubuhnya yang sedang melayang ke bawah, berhenti.Pergelangan tangannya dicekal erat oleh seseorang. Saat menoleh ke atas, dia melihat Sagara sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Pegang tanganku."Nayara tak menyangka, Sagara muncul di saat paling genting dan menyelamatkan nyawanya.Wajahnya pucat pasi, dan mata yang menatap Nayara tampak tegang.Karena terlalu keras mencengkeram, urat di keningnya menonjol dan matanya memerah.Dia berusaha menarik Nayara naik, tapi sudah bebe

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 96

    Kirana ketakutan hingga meneteskan air mata, sementara Nyonya Nadindra memeluknya erat, menenangkan dengan suara lembut, memanggilnya anak manis berulang kali.Melihat Nayara masih bersikeras, Nyonya Nadindra pun memasang wajah dingin dan menegurnya, "Itu hanya sebuah lampion, kenapa harus membuat adikmu menangis?"Ketiga kakak laki-laki mereka pun berpihak pada Kirana, dan mencela Nayara karena dianggap tidak tahu sopan santun.Akhirnya, Nayara dihukum menghadap tembok untuk merenung, sementara Kirana yang sedang sakit malah dikelilingi dan dimanja oleh semua orang.Semua perhatian tertuju pada Kirana, tak seorang pun peduli pada Nayara kecil yang hanya bisa memeluk lampion kelinci rusaknya dan menangis semalaman.Peristiwa itu mungkin hanyalah kisah lucu di mata Arsaka, tetapi bagi Nayara, itu adalah kenangan yang menyakitkan.Butuh waktu sangat lama baginya untuk benar-benar melupakan kejadian itu.Tak disangka, luka lama yang telah sembuh itu kini kembali dikoyak oleh Arsaka tanpa

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 95

    Andai Nayara tahu kalau sekadar jalan-jalan bisa membawa begitu banyak masalah, dia pasti tidak akan datang.Karena satu kalimat dari Rayendra, dia kembali merasa seperti dibakar di atas api.Tiga pasang mata tertuju padanya.Terutama tatapan Kirana yang penuh kesal dan keluhan, membuat Nayara merasa sangat tidak nyaman.Alih-alih menyalahkan biang keladinya, Kirana malah datang menemuinya.Bahkan sorot mata Arsaka pun menjadi dingin. Padahal sejak tadi dia berusaha keras menenangkan suasana di antara mereka.Namun, hanya dengan satu kalimat Rayendra, hubungan yang sempat mencair itu kembali membeku.Arsaka menarik napas dalam dan tersenyum tipis. "Rayendra, kamu salah ingat. Bukan Nayara yang suka lampion kelinci, tapi Kirana."Kirana mengangguk pelan, seolah memberi dukungan. Dengan suara lembut, dia berkata, "Kak Rayendra, aku yang suka lampion kelinci… Jangan buat Kak Nayara malu, ya."Namun, Rayendra seolah tidak mendengar. Tatapannya tetap keras mengarah pada Nayara. "Nayara, kat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status