Home / Romansa / Shadow on me / bab 17. suara yang disembunyikan

Share

bab 17. suara yang disembunyikan

Author: Dwie_ina
last update Last Updated: 2025-05-31 09:38:11

Lana tinggal di sebuah pondok kecil di pinggiran danau, tersembunyi di balik hutan cemara. Tidak ada papan nama, tidak ada sinyal. Hanya satu jalan tanah yang menghubungkannya dengan dunia luar.

Dante menggenggam tangan Aira ketika mereka turun dari mobil sewaan.

“Aku tidak tahu bagaimana reaksinya. Sudah bertahun-tahun aku tidak menemuinya. Terakhir kali... dia bilang tak mau melihatku lagi,” ujar Dante, suaranya serak.

Aira mengangguk. “Tapi dia harus tahu. Dan kau juga.”

Dengan langkah berat, mereka menyusuri jalan setapak hingga akhirnya tiba di depan pondok kayu itu. Sebelum sempat mengetuk, pintu sudah terbuka.

Lana berdiri di ambang pintu.

Wajahnya pucat, rambut panjangnya dikepang rapi. Mata birunya menyipit tajam ketika melihat Dante, lalu menatap Aira dengan penuh curiga.

“Jadi kau membawa seseorang.”

“Namanya Aira,” ujar Dante. “Dia bersamaku.”

Lana tertawa pelan, pahit. “Kau selalu begitu. M
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Shadow on me   bab 22. Jejak

    Aira mengenakan mantel hitam lusuh yang ia temukan tergantung di dekat pintu apartemen. Udara pagi masih membawa sisa hujan semalam, dingin dan lengket. Dante berdiri di sisi jendela, melihat keluar dengan sorot mata waspada. “Dia di mana?” tanya Aira pelan sambil mengancingkan mantelnya. “Café tua di distrik barat. Dekat dermaga.” Dante menoleh. “Dia memilih tempat terbuka. Mungkin supaya kita tak bisa menjebaknya.” “Atau supaya dia bisa melarikan diri jika merasa terancam.” “Persis.” Mereka meninggalkan apartemen dengan langkah hati-hati. Setiap bayangan di trotoar, setiap pantulan di kaca toko membuat jantung Aira berdetak lebih cepat. ICARUS bisa ada di mana saja. Kamera lalu lintas, notifikasi iklan di layar toko, bahkan ponsel-ponsel warga sipil—semuanya bisa jadi mata bagi sistem. Dante sudah menonaktifkan semua sinyal dari alat komunikasi mereka. Termasuk jam tangan pintar yang selama i

  • Shadow on me   bab 21. pecahan yg tak kembali

    Aira duduk sendirian di balkon rumah tua yang mereka sewa di pinggir desa pegunungan, jauh dari sinyal, dari radar, dari suara dunia. Udara pagi membawa aroma pinus dan debu tanah. Seharusnya damai. Tapi dadanya sesak.Bahkan di tempat seindah ini, ketakutan itu tak pernah benar-benar pergi.Dante sedang memperbaiki mobil di garasi. Joel tidur di lantai ruang tamu bersama dua laptop terbuka. Lana menghilang sejak subuh, mungkin menyusuri jalan setapak mencari sinyal, atau hanya sekadar menenangkan pikirannya.Aira membuka buku catatannya, halaman terakhir. Di sana, satu kalimat ia tulis malam sebelumnya:"Kau bisa menyingkirkan satu kebohongan. Tapi dunia akan menciptakan sepuluh kebohongan baru untuk menggantikannya."Dan pagi itu, saat langkah kaki Lana terdengar kembali memasuki rumah, Aira sudah tahu: sesuatu telah pecah lagi.Lana melemparkan ponselnya ke meja kayu.“Mereka menyerang lagi. Situs cadangan Joel d

  • Shadow on me   bab 20. harga dari sebuah kebenaran

    Aira terbangun oleh suara langkah kaki. Bukan yang berisik atau kasar, melainkan yang terlalu ringan untuk diabaikan, namun terlalu asing untuk dianggap biasa. Ia menahan napas, lalu perlahan meraih gagang pisau lipat di bawah bantal.Lampu mati. Listrik di tempat persembunyian itu memang terbatas. Joel bilang, "Lebih baik gelap daripada terlacak." Tapi dalam gelap seperti ini, suara apa pun bisa berubah jadi ancaman.Pintu terbuka perlahan. Bayangan tubuh lelaki masuk. Tapi hanya satu langkah sebelum suara Joel menyusul dari belakangnya.“Itu aku,” bisik Joel, menyalakan lampu senter kecil dari ponselnya. “Kita punya masalah.”Aira duduk tegak. “Apa lagi?”Joel menyerahkan tablet. Di layar tampak pemberitaan baru: satu per satu tokoh yang disebut dalam siaran mulai menghilang dari radar. Sebagian menghapus akun media sosial. Sebagian lainnya diberitakan "pergi ke luar negeri untuk pengobatan."Tapi bukan itu yang membuat Aira me

  • Shadow on me   bab 19. mereka yang tersembunyi

    Hujan turun tipis ketika Aira menjejakkan kakinya di tempat persembunyian baru mereka—sebuah rumah tua dua lantai di pinggiran kota yang nyaris terlupakan oleh peta. Cat dindingnya mengelupas, aroma kayu lembap menyeruak dari lantai yang berderit setiap kali seseorang melangkah.Joel menyalakan pemanas ruangan dan memeriksa jaringan internet satelit kecil yang ia sembunyikan di balik lukisan lusuh bergambar perahu karam.“Sinyal aman. Belum ada pergerakan mencurigakan dalam radius dua kilometer,” katanya, tanpa menoleh.Aira menatap ke luar jendela. Dunia di luar tampak biasa—jalanan basah, pepohonan bergoyang pelan, dan suara burung yang sesekali terdengar dari kejauhan. Tapi ia tahu, di bawah permukaan itu, ada kekacauan yang sedang meletup.“Apa ada kabar dari Lana?” tanya Aira pelan.Joel mengangguk.“Dia selamat. Sekarang di rumah perlindungan lain bersama Rafe. Tapi... dia bilang dia diikuti.”Aira menegang.

  • Shadow on me   bab 18. dalam bayang kekuatan

    Aira tidak bisa tidur malam itu. Suara dari rekaman masih menggema di kepalanya, berputar tanpa henti seperti piringan hitam yang macet. Ia mendengar nama-nama, kata-kata seperti “penghapusan,” “tumbal,” dan “penyesuaian publik.” Semua terasa seperti adegan dari film gelap yang seharusnya tidak nyata. Namun ini nyata. Dan pagi itu, ketika ia membuka tirai jendela apartemennya, ia melihat sebuah mobil hitam terparkir tak jauh di seberang jalan. Kaca depannya gelap. Tidak bergerak. Tidak ada yang turun. Dante berdiri di belakangnya. “Mereka mulai mengawasi,” katanya, suaranya datar. “Kita harus pindah?” tanya Aira, pelan. Dante menggeleng. “Tidak. Mereka ingin kita panik. Itu cara lama mereka.” Mereka bertemu dengan Joel di sebuah kafe kecil yang terletak di antara dua toko tua di distrik timur. Joel, dengan hoodie abu-abu dan ransel lusuhnya, tam

  • Shadow on me   bab 17. suara yang disembunyikan

    Lana tinggal di sebuah pondok kecil di pinggiran danau, tersembunyi di balik hutan cemara. Tidak ada papan nama, tidak ada sinyal. Hanya satu jalan tanah yang menghubungkannya dengan dunia luar.Dante menggenggam tangan Aira ketika mereka turun dari mobil sewaan.“Aku tidak tahu bagaimana reaksinya. Sudah bertahun-tahun aku tidak menemuinya. Terakhir kali... dia bilang tak mau melihatku lagi,” ujar Dante, suaranya serak.Aira mengangguk. “Tapi dia harus tahu. Dan kau juga.”Dengan langkah berat, mereka menyusuri jalan setapak hingga akhirnya tiba di depan pondok kayu itu. Sebelum sempat mengetuk, pintu sudah terbuka.Lana berdiri di ambang pintu.Wajahnya pucat, rambut panjangnya dikepang rapi. Mata birunya menyipit tajam ketika melihat Dante, lalu menatap Aira dengan penuh curiga.“Jadi kau membawa seseorang.”“Namanya Aira,” ujar Dante. “Dia bersamaku.”Lana tertawa pelan, pahit. “Kau selalu begitu. M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status