Beranda / Fantasi / Sistem Penakluk Heroine / Bab 1 Kebangkitan Penakluk

Share

Sistem Penakluk Heroine
Sistem Penakluk Heroine
Penulis: SATAN_666

Bab 1 Kebangkitan Penakluk

Penulis: SATAN_666
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-12 01:16:46

“Di mana aku…?” gumamku lirih.

Cahaya keemasan menyilaukan pandangan, membuatku refleks menutup mata sejenak. Begitu perlahan kubuka kembali, aku ternganga. Karena aku berada di dalam sebuah ruangan mewah.

Dindingnya berlapis emas berukir simbol naga bersayap, lampu kristal raksasa menggantung di atas kepala, dan karpet merah tebal terhampar di bawah kakiku. Setiap detailnya terlalu nyata untuk disebut mimpi, tapi juga terlalu mustahil untuk dianggap kenyataan.

Kepalaku masih terasa berat, pandanganku berkunang-kunang. Jantungku berdetak semakin kencang, seakan ingin meloncat keluar.

"Apa yang terjadi...? Dimana aku berada...?"

Saat aku sedang gelisah tanpa tahu apa yang terjadi.

Tiba-tiba, udara di depanku bergetar. Sebuah cahaya biru transparan muncul begitu saja, membentuk kotak notifikasi melayang.

[DING!!!]

[Sistem Penakluk Berhasil Terpasang]

[Misi Utama: Menaklukkan seluruh heroine di dunia ini]

[Kegagalan: Jiwa disiksa selamanya di Neraka Abadi]

Aku terbelalak. Kata-kata itu seperti ukiran kematian yang menancap di otakku. Nafasku memburu, tenggorokanku kering, dan bulu kudukku berdiri.

“Apa… maksudnya ini…?” pikirku panik.

Suara dentingan notifikasi itu tidak hilang, justru bergema di dalam kepalaku, menegaskan bahwa semua ini bukan sekadar halusinasi. Punggungku terasa dingin saat aku menatap sekeliling ruangan asing itu. Pilar marmer putih berukir emas menjulang tinggi, langit-langit dihiasi mural bintang, dan aroma dupa samar memenuhi udara.

Lalu, tanpa aba-aba, sebuah bayangan bergerak. Dari balik cahaya keemasan, perlahan muncul sosok wanita misterius.

Dia tinggi semampai, rambutnya panjang berwarna perak berkilau yang memantulkan cahaya kristal. Sepasang matanya berwarna ungu amethyst, tajam sekaligus memesona, seakan bisa menembus batinku. Gaun putih panjangnya berkilauan, bagaikan cahaya bulan yang menyelimuti malam.

“Arya…” suaranya lembut, tapi menancap di telinga seperti bisikan ilahi.

“Kau telah terpilih oleh Sistem Penakluk. Tugasmu sederhana… namun resikonya mematikan.”

Aku menelan ludah. “Menaklukkan… seluruh heroine di dunia ini?” tanyaku dengan suara bergetar.

Wanita itu tersenyum samar. Senyum indah, tapi tatapannya menusuk dingin.

“Benar. Dunia itu dipenuhi wanita-wanita hebat seperti prajurit yang tangguh, bangsawan, saint, penyihir, bahkan putri kerajaan. Mereka adalah kunci takdirmu. Jika kau berhasil menjadikan mereka milikmu, kau akan berdiri sebagai penguasa yang tak tertandingi. Namun…”

Ia berhenti sejenak, lalu melangkah mendekat. Jaraknya hanya sejengkal dariku, napas hangatnya terasa di wajahku, membuat bulu kudukku meremang.

“Jika kau gagal…” suaranya berubah dingin bagai es, “jiwamu akan terkoyak, dilempar ke dalam Neraka Abadi di mana rasa sakit tak pernah berakhir.”

Tubuhku bergetar hebat. Dadaku terasa dihantam palu, membuat nafasku semakin berat. Semua ini terlalu cepat, terlalu gila untuk dipahami.

“Apa… aku punya pilihan lain?” tanyaku lirih.

Wanita itu menggeleng pelan. “Tidak ada. Kau sudah menandatangani kontrak ketika jiwamu dibawa dari dunia lamamu. Ingat ini baik-baik, Arya: di dunia itu, kekuatan, cinta, dan nafsu adalah mata uang tertinggi.”

Dadaku terasa sesak, seakan semua jalan keluar ditutup rapat. Aku hanya bisa menatapnya dengan wajah pucat.

Wanita itu tersenyum samar, lalu berbisik:

“Semoga beruntung, Arya… atau lebih tepatnya, Arthur Pendragon.”

Seketika tubuhnya berubah menjadi cahaya perak, menghilang dari hadapanku, meninggalkan aroma samar bunga malam.

Aku ternganga. “Arthur… Pendragon?” gumamku bingung. Tapi sebelum sempat mencerna maksud kata-katanya, kepalaku mendadak berat. Kesadaranku ditarik dengan paksa ke dalam pusaran gelap.

Ketika mataku terbuka lagi, aku sudah berada di sebuah kamar luas dengan jendela besar yang memancarkan cahaya matahari hangat. Ranjang empuk berselimut sutra ada di belakangku, tirai ungu berhias bordir emas bergoyang pelan diterpa angin.

Aku menunduk, dan langsung tercekat.

Tanganku… kecil. Jauh lebih mungil dibandingkan tubuhku yang seharusnya berusia 18 tahun. Sendi-sendiku terasa ringan, tapi sekaligus asing, seakan-akan tubuh ini bukan milikku.

Karena panik, aku berlari ke arah cermin tinggi di sudut ruangan. Begitu melihat bayangan di sana, napasku tercekat.

“Tidak mungkin…”

Yang kulihat bukan lagi Arya, pemuda SMA yang baru lulus, melainkan seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun. Rambutnya hitam pekat, matanya berkilauan emas, dan wajahnya tampan dengan aura bangsawan. Pakaian putih-biru berhiaskan bordir emas menempel di tubuh mungil itu.

Aku butuh hampir sepuluh menit hanya untuk menenangkan diri. Nafasku terengah, keringat dingin mengalir deras, dan kepalaku masih terasa pening.

“…Kalau ini seperti game atau novel,” gumamku putus asa, “harusnya aku bisa melihat status diriku sendiri.”

Dengan tekad, aku berkata dalam hati:

“Status.”

Seketika, layar transparan biru muncul, menampilkan huruf-huruf bercahaya:

[Status Pemilik]

Nama: Arthur Pendragon (Arya)

Usia: 10 Tahun

Level: 1

Judul: Reinkarnator – Penakluk Terikat Kontrak

Kekuatan Fisik: E

Kecerdasan: C+

Daya Tahan: D

Kecepatan: D+

Pesona: A+

Afiliasi: Kerajaan Helios

Poin Skill: 0

Poin Pesona: 0

Poin Kasih Sayang: 0

Misi Utama: Menaklukkan seluruh heroine di dunia ini

Kegagalan: Jiwa disiksa selamanya di Neraka Abadi

Aku terdiam, saat melihat kata-kata itu terpampang jelas di depan mata, tanpa bisa kutolak.

Aku menggenggam erat tanganku yang kecil, dadaku naik-turun tak terkendali.

“Arthur Pendragon…? Jadi ini… tubuh baruku?”

Dan tanpa kusadari, dengan terbukanya layar itu… hidupku yang lama benar-benar telah berakhir.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 26 Bayangan yang Mengawasi

    Setelah malam itu — malam ketika bibit Ordre De L’Ombre pertama kali ditanam, Arthur menyadari satu hal: semua ini baru permulaan. Ia harus kembali sebelum matahari terbit. Ia tak ingin ibu maupun neneknya tahu bahwa ia menyelinap keluar mansion pada malam hari. Maka, dengan langkah cepat dan hati-hati, Arthur menyusuri jalan setapak yang membawanya kembali ke mansion keluarga Pendragon. Sebelum berpisah, ia meminta Neria, gadis yang baru saja dibebaskannya dari Kutukan Abaddon, untuk sementara tinggal di sebuah penginapan kecil tak jauh dari mansion, sekitar dua kilometer jauhnya. Itu adalah tempat aman, setidaknya sampai mereka merencanakan langkah selanjutnya. Namun apa yang tidak Arthur ketahui… adalah bahwa ia tidak pernah benar-benar sendirian malam itu. Dari kejauhan, di balik kabut malam yang dingin, sepasang mata tajam telah mengawasinya sejak awal. Irene Pendragon, neneknya

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 25 Awal Terbentuknya Ordre de l’Ombre”

    Pertempuran telah usai.Di tengah malam yang pekat, Arthur berdiri di depan reruntuhan kuil tua yang kini sunyi dan mencekam. Angin dingin berembus pelan, menyapu dedaunan kering dan membawa aroma besi yang pekat dari darah segar yang baru saja tertumpah. Ia menyarungkan pedangnya, langkahnya perlahan menembus keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara desir angin.Kuil itu dulunya adalah sarang para bandit — pusat dari segala kekacauan di hutan utara. Kini, setelah pertarungan berdarah yang mengakhiri nyawa pemimpin mereka, tempat itu hanya menyisakan puing-puing, sisa peralatan, dan hasil jarahan yang berserakan di mana-mana. Tumpukan emas, koin perak, peti artefak terlarang, hingga bahan makanan memenuhi setiap sudut ruangan. Jelas kelompok ini sudah lama beroperasi, terorganisir, dan berbahaya.Namun bukan harta yang menarik perhatian Arthur.Di sisi terdalam kuil, matanya menangkap sebuah lorong sempit yang nyaris tersembunyi di balik reruntuhan. Rasa ingin tahu menuntunnya mela

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 24 Kebangkitan Darah Naga

    Teriakan “Serang!” memecah sunyi malam.Api unggun bergoyang liar, bayangan para bandit bergerak ke segala arah. Dua orang menyerbu lebih dulu, langkah mereka kasar, seperti orang yang terbiasa bertarung di jalanan. Golok pertama menyambar pundakku dari sisi kanan, aku menepisnya dengan sisi datar pedang, getarannya menyusup sampai ke pergelangan tanganku. Golok kedua meluncur rendah, membidik lutut. Aku melompat kecil ke samping, memutar pinggang, lalu menghantam rusuk penyerangnya dengan gagang pedang.“Ugh!”Napasnya terhenti, tubuhnya limbung, lalu jatuh tak bergerak.“Bocah sialan!” maki bandit bertubuh kekar dengan tongkat besi besar. Ia menyerbu tanpa ragu, ayunan tongkatnya berat dan brutal. Aku tidak mundur. Satu langkah maju, pinggangku memutar, dan dengan teknik Cakar Naga yang baru kupelajari dari latihan sore tadi, bilah pedangku menyayat diagonal — cukup dalam untuk membelah udara dan merobek perutnya.“Arrrggghhh!!”Jeritannya menembus langit malam. Darah memercik memba

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 23 Jejak Darah Pertama

    Malam sudah melewati puncaknya ketika suara itu terdengar di dalam kepalaku. Terasa dingin, tanpa emosi, hanya sebaris teks yang muncul di ruang pikiranku.[DING!][Misi Samping: Hancurkan Sarang Bandit di Hutan Utara][Hadiah: Item Misterius + EXP]Aku menatap kosong langit-langit kamar yang temaram. Nafasku masih terasa berat sisa latihan sore tadi. Sendi-sendi seolah berderit protes, tapi kilau kalimat biru itu menyalakan sesuatu yang lebih keras daripada rasa sakit."Meski terkadang sistem memberikanku misi secara tidak terduga, hadiahnya pasti bagus. Apalagi aku masih memiliki rasa semangat bertarung setelah mengalahkan bayangan itu.”Aku bangkit pelan. Kamar gelap; hanya sepotong cahaya bulan yang menyelinap dari sela tirai. Aku mengenakan mantel tipis, menutup pin Pendragon dengan kain kusam, lalu menyelipkan pedang latihan berpelindung tipis, bilah baja pendek yang biasa kupakai di arena latihan. Beratnya terasa pas di telapak

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 22 Bayangan Masa Lalu dan Permulaan Takdir

    Satu jam berlalu sejak Irene memanggil makhluk bayangan itu. Arena latihan kini sunyi, hanya terdengar napas terengah-engah dari seorang bocah laki-laki yang terbaring di tengah lantai.Arthur tergeletak tanpa daya. Seluruh tubuhnya memar, napasnya memburu berat, dan keringat membasahi lantai marmer di bawahnya. Setiap helaan napas terasa seperti beban besar yang menghantam dadanya. Ia mencoba menggerakkan jari, sekadar untuk duduk, namun bahkan itu pun terasa mustahil.Pertarungan barusan benar-benar menguras segalanya.Bukan hanya tenaga… tetapi juga harga dirinya.Di sisi arena, Irene berdiri dengan tangan bersedekap. Wajahnya tenang, bibirnya melengkung membentuk senyuman samar saat memandang cucunya. Bukan senyum mengejek, melainkan kebanggaan yang tidak ia sembunyikan.“Cukup bagus…” gumamnya pelan.Bagi Irene, ini adalah pertama kalinya ia menyaksikan sendiri kemampuan cucunya dalam pertarungan nyata. Dan hasilnya… melebih

  • Sistem Penakluk Heroine   Bab 21 Bayang-Bayang Pertunangan

    Malam itu berakhir dengan ketegangan yang belum sepenuhnya terurai. Setelah Irene Pendragon menyingkap sedikit kebenaran mengenai sosok berjubah hitam, suasana di aula menjadi berat.Arthur hanya bisa menunduk dalam, pikirannya dipenuhi gema kata-kata yang baru saja didengarnya. Celina di sampingnya terdiam, wajahnya pucat, seolah dunia yang ia kenal tiba-tiba retak.Akhirnya, Irene mengibaskan tangan, memberi isyarat bahwa pembicaraan malam ini selesai.“Baiklah, cukup. Istirahatlah."Pelayan segera masuk, memberi hormat, lalu membimbing Celina menuju kamar tamu di bagian timur. Gadis Ravencroft itu berjalan dengan kepala sedikit tertunduk, seakan menyembunyikan badai yang berkecamuk di hatinya. Sebelum berbelok, ia sempat menatap Arthur sekilas, tatapannya singkat, dingin, namun bergetar samar.Arthur hanya bisa membalas dengan anggukan kecil. Ada jarak di antara mereka yang belum pernah terasa sedingin ini.Sementara itu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status