Dua minggu Alvaro bertugas di luar kota karena perintah dari orangtuanya. Tapi tidak mengajak Anjani. Sejak kejadian pertama itu sudah lewat tiga bulan. Namun Alvaro belum sentuh wanita itu lagi.Namun begitu dia pulang, justru Anjani mengabaikannya, tidak bicara padanya sedari tadi.Alvaro yang langsung merebahkan diri di atas sofa menatap wanita itu. “Sayang, kenapa sih?”Anjani sibuk memainkan ponselnya, tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Alvaro. Pria itu menarik napas menatap wanita yang ada di depannya mengabaikan. “Nggak kangen sama aku?”Anjani tidak menanggapi tapi malah pergi.Alvaro baru pulang tadi pagi. Seharusnya mendapatkan sambutan dari wanita itu. Pasalnya juga mereka sudah menjalin hubungan. Jujur saja kalau dia bukan orang yang mudah jatuh cinta juga mau untuk main-main dengan hubungan.Sewaktu dia lihat Anjani pergi dari ruang tengah. Alvaro baru berpikir ini adalah hari Sabtu.Dia menarik napasnya panjang.Barangkali Anjani menginginkan kencan. Karena sudah l
“Anjani, titip berkas untuk Bapak tanda tangan, ya!Anjani diberikan dua map oleh rekan kerjanya untuk dibawa ke Alvaro untuk ditandatangani. Wanita itu membaca sedikit lalu mengangkat jempolnya. “Nanti kamu balikin pas makan siang nggak bisa?”“Bisa.”“Kamu makan siang di mana?”Ia selalu membawa dua bekal, salah satunya untuk Alvaro. Satu lagi untuknya sendiri.Anjani punya dua ruangan yang berbeda. Satu di tempat karyawan yang lain satu lagi ada di ruangan Alvaro. Jadi dia bisa bekerja di mana saja pekerjaannya. Kalau pria itu menginginkan untuk dirinya sendiri karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan sendiri. Maka Anjani harus siap keluar dari ruangan Alvaro.Sewaktu dirinya hendak beranjak dari tempat duduknya. “Saya selalu bawa bekal, Mbak.”“Kamu selalu makan di berdua sama Bapak. Kamu keluarganya kah?”Anjani menggelengkan kepala. Ah ya lebih tepatnya adalah mereka berdua calon suami istri. Yang dijanjikan oleh Alvaro ketika Anjani siap. “Nggak Mbak. Saya kan sekretaris bi
Alvaro bekerja setengah hari di hari Sabtu. Selesai berhubungan dengan Anjani saat mereka berdebat juga mengenai Alvaro yang ingin menghamili tapi kena omel oleh wanita itu lantaran masih belum siap. Menurut Alvaro, hanya tinggal mengikat hubungan mereka saja. Sementara mereka sudah sering melakukannya. Apa yang ditunggu lagi? Anjani selalu berdalih bahwa dia belum siap jadi orangtua.Selesai melakukan pun ia tidak ditegur sama sekali oleh Anjani. Sekarang dia akan kedatangan Wenda, anak dari Jennifer—adiknya Alvaro yang menurut kabar si kecil menangis mencari keberadaan Alvaro yang lama tidak mencarinya. Memang dia punya keponakan perempuan. Tapi tidak ada waktu ke sana karena terlalu sibuk dengan Anjani. Barangkali dengan cara ini bisa membuat Anjani sedikit berpikir kalau mereka berdua begitu menginginkan anak. Terutama Alvaro.Dia ada di ruang tengah lalu dihubungi oleh sang adik karena tidak bisa masuk ke apartemen sembarangan. Ia turun mencari keberadaan adiknya.Di sana dia lih
Sampai Minggu sakit Alvaro mengasuh keponakannya di apartemen bersama dengan Anjani. Wanita itu juga masih tetap pada sikapnya menikah dengan Alvaro seperti ajakannya. Tidak ada keputusan yang diubah.Keponakannya sedang duduk di depan televisi sambil main PS untuk anak-anak. “Om, nanti anterin pulang ke rumah Nenek.”Dengan senang hati, dia juga akan mengenalkan Anjani ke orangtuanya bahwa mereka berdua akan menikah nanti. Keputusan yang baik adalah menikah, daripada harus tidur dengan Anjani tetapi tidak ada kejelasan dalam hubungan. Meskipun jarang menyentuh Anjani. Tapi tetap, dia terus dihantui rasa ketakutan kalau tiba-tiba dia lupa mencabut miliknya tepat waktu. Anjani hamil di luar nikah. Itu yang paling mengerikan baginya.“Om kok nggak jawab?”Dia sedang merayu Anjani di sebelahnya. “Ya, nanti Om antar ke sana.”“Tante nggak ikut?”Anjani menggeleng. “Nggak deh,” ucap wanita itu.“Kenapa?”“Aku mau berkemas, besok aku mau pulang ke rumah orangtuaku. Katanya mau lamaran.”“Hmm
Alvaro meminta izin Anjani terlebih dahulu kepada orangtuanya mengenai rencana lamaran mereka. Sebelum Alvaro menghadap ke orangtua wanita itu. Memang mungkin agak lambat untuk pergi ke sana. Orangtua Alvaro juga belum menghadap ke orangtua Anjani. Mereka tunda karena menunggu jawaban dari orangtuanya Anjani. Akan tetapi menunggu orangtuanya Anjani pulang dulu dari luar kota dengan perjalanan dinasnya.Mereka masih bisa tinggal bersama, tidur bersama. Sampai Alvaro juga mantap bahwa pernikahan dengan Anjani merupakan suatu pilihan paling besar dalam hidupnya. Tidak ada pilihan lain lagi setelah itu untuk mencari wanita lain. Sedangkan hatinya juga sudah sangat yakin bahwa Anjani adalah wanita yang akan dia nikahi.Beberapa hari cuti dari kantor untuk persiapan. Juga cincin lamaran juga sudah Alvaro siapkan untuk calon istrinya. Dengan harga ratusan juga rupiah sebagai kado terindah untuk Anjani.Tidak ada keraguan terhadap Alvaro kali ini sambil tersenyum lebar melihat Anjani yang sem
Alvaro meminta izin kepada orangtuanya Anjani untuk segera menikah. Sebelum bayi dalam kandungan Anjani mulai membuncit. Mereka juga khawatir soal itu.Berhenti di depan rumah orangtuanya Anjani, sebagai seorang pria dia meyakinkan kalau Anjani harus ada di sisinya karena sedang dalam keadaan hamil juga. Alvaro memegang tangan wanita di sebelahnya yang jarang mau bicara dengannya. “Sayang, ingat apa yang aku bilang, ya. Kamu harus sembunyikan soal kehamilan ini. Aku pastikan kamu nggak di rumah malam ini juga.”"Ya."Alvaro mencium kening wanita itu penuh kasih sayang walaupun kepalanya hampir pecah memikirkan masalah ini yang sangat serius sekali. Takut nanti orangtua mereka berdua tahu Anjani telah berbadan dua di luar pernikahan. Untuk hal ini Alvaro lebih menyalahkan diri sendiri karena tidak menahan nafsunya pada Anjani.Sama sekali tidak ada niat untuk menyalahkan Anjani. Dia ingin ada di sisi wanita itu sampai Anjani melahirkan. Sementara Alvaro juga tidak mau merusak mood Anja
“Sayang, makanan udah siap?”Anjani sedang bersiap-siap di kamar. Setelah semua beres, dia ke kamar untuk bersiap diri ke kantor. Wanita itu memakai riasan yang jauh lebih tipis dibandingkan biasanya. Karena Alvaro tidak akan tahan dengan itu yang pasti akan mengomelinya.Wanita itu berbalik dan mengiyakan. “Udah, Mas.”Untuk hari ini Anjani akan bekerja lagi seperti biasanya. Tidak ada halangan untuk pergi ke kantor. Sedangkan calon suami yang selalu ada di sisinya untuk mengawasi. Anjani juga tidak ingin ada pandangan apa pun dengan statusnya bersama Alvaro sebentar lagi akan menjadi suami istri.“Jangan lupa minum vitamin sama susu itu ya. Aku udah taruh di atas meja. Biar nanti nggak mual di kantor.”Anjani berdiri dan mengusap pipi suaminya. “Makasih sayang.”Mereka berdua keluar dari kamar itu setelah Alvaro mengambil tas yang ada di atas meja riasnya tadi.Tidak lupa mengingatkan vitamin untuk menguatkan kandungan. Ya jelas saja kalau Alvaro agak sedikit panik dengan kondisi ya
Hampir satu jam Alvaro menunggu kepastian mengenai Anjani yang mau diajak pulang ke rumah orangtuanya Alvaro. Sebab menunggu kepastian bahwa dia mau dikenalkan ke pihak keluarga. Yang sangat disayangkan oleh Alvaro adalah kehamilannya nanti semakin membesar. Orangtuanya pasti keberatan juga dengan kandungan Anjani.Pikir apalagi?Sedangkan dia tidak bisa memaksa Anjani untuk lebih jauh lagi. Kasihan Anjani kalau ditekan bisa stres. Alvaro sebelumnya memberitahukan kepada Anjani bahwa malam ini mereka akan ke sana. Tanggapannya juga mengiyakan pada awalnya. Tapi sekarang masih ada di posisi santai. Namun ekspresinya tidak bisa dibohongi. Mengenai kekhawatiran kalau dia juga takut jika ditolak oleh orangtua Alvaro pastinya.Dengan keberanian untuk mendekati wanita itu. Kalau semua akan baik-baik saja. Alvaro memasang Anjani untuk memastikan Anjani mau dibawa pulang.Ponselnya berbunyi ketika dia belum sempat bicara. Yang dilihat di layar adalah ponsel mama yang menghubungi. “Mama pasti