Share

Skandal Rahasia Sang CEO
Skandal Rahasia Sang CEO
Author: raninside

1

"Kamu ini, kerja yang benar, dong! Masa kayak begini saja nggak bisa!"

Islandia, yang biasa dipanggil Isla, hanya bisa tersenyum ala sales yang sedang menawari dagangannya, padahal dia sedang dicaci maki atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Namun, apa mau dikata? Sebagai budak korporat, sekaligus budak River Angelos, bos-nya yang maha benar, Islandia hanya bisa mengiyakan sambil meminta maaf.

"Mohon maaf, Pak. Saya keliru memberikan berkas yang seharusnya Bapak tandatangani. Biar saya yang urus soal masalah ini. Nanti saya akan hubungi pihak CFO supaya berkas itu tidak diproses," ujar Isla dengan sangat ramah, meskipun di dalam hatinya dia mengutuk sang bos. Padahal, yang tidak membaca ulang dan main tanda tangan itu, ya, River sendiri. Isla sudah melakukan pekerjaannya sesuai protokol biasa, River lah yang melenceng dan membuat kesalahan ini, namun malah menyalahkan sang sekertaris.

CEO sekaligus bosnya ini memang terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan, arogan dan bossy, sehingga Isla yang sudah bekerja dengan pria itu selama lima bulan sudah mulai terbiasa. Tentu saja itu bukan hal yang instan, Isla harus menangis-nangis sambil bersembunyi supaya tidak ketahuan dan tetap tegar. Mungkin, kalau orang lain jadi Isla, mereka sudah kabur entah ke mana.

Dia bisa bertahan sejauh ini berkat motivasinya yang besar atas nama uang. Ya, benar, Isla matre, atau mungkin lebih tepatnya realistis. Diomeli selama kurang lebih delapan jam dalam sehari bukanlah hal yang berat untuknya, terutama karena gaji menjadi Sekertaris di perusahaannya sekarang ini sangatlah besar.

Tentu saja, kalau dia punya opsi yang lebih baik, dia dengan secepat kilat akan mengambilnya. Namun, di tengah situasi ekonomi negara yang semakin menurun, belum lagi banyak pengangguran, lapangan kerja yang banyak diisi oleh tenaga asing dan susahnya cari kerja kalau tidak ada orang dalam, membuat Isla berpikir dua kali untuk mencari opsi lain.

Dia punya hutang yang cukup besar karena sudah berani 'membeli' seorang gadis muda dari rumah pelacuran setelah dijual orang tuanya sendiri. Aksi heroik sekaligus tololnya itu kini membuat Isla terjerat hutang rentenir dan dia harus segera melunasinya sebelum bunga hutang tersebut semakin besar. Maka, bekerja dengan River adalah satu-satunya harapan.

"Sudahlah, tidak perlu. Biar saya sendiri yang hubungi CFO-nya. Lain kali, kerjamu yang becus, dong! Kamu seharusnya ada untuk mempermudah saya, bukan menyulitkan!" tegur River dengan mulut nyinyirnya yang ingin sekali Isla jejali cabai. "Sana pulang dan bersiap, nanti malam pestanya di aula hotel West Stone, saya tunggu di depannya. Jangan terlambat!"

Dengan senyum yang masih bertahan, Isla pun sekali lagi meminta maaf, lalu izin pamit keluar dari ruangan sang bos dan sekalian izin untuk pulang duluan agar bisa bersiap.

Kalau saja mulut dan tingkah River itu normal, bisa dipastikan jika pria itu akan jadi most wanted paling wanted yang pernah ada. CEO perusahaan Wolf & Co. itu sangat amat tampan, badannya tinggi besar dan berotot, kulitnya kecoklatan eksotis dan yang paling penting, sangat amat kaya raya. Konglomerat di antara konglomerat karena ayahnya adalah bangsawan kaya raya asal Spanyol dan ibunya anak konglomerat terkaya nomor lima di negaranya ini.

Namun sayang, selain mulutnya yang kejam yang membuat pria itu dihindari banyak gadis-gadis, River juga seperti jijik dengan manusia bergender perempuan. Dia bahkan pernah mengelap bekas sentuhan Isla ketika tangan mereka tak sengaja bersentuhan. Membersihkannya dengan tisu antiseptik pula! Seakan Isla membawa virus dan bakteri saja!

Butuh waktu sampai tiga bulan lebih agar River bisa terbiasa dengan sentuhan tak sengaja mereka. Apalagi kalau Isla dibawa ke pesta, River harus menggandengnya sebagai partner. Maka, pria itu akhirnya membiasakan diri.

"Mbak sudah pulang?" tanya Ivy, gadis berusia empat belas tahun yang Islandia selamatkan, yang kini tinggal bersama dengannya. Isla terpaksa menampung gadis itu karena kalau dikembalikan kepada orang tuanya, Ivy pasti akan berakhir dijual lagi.

"Iya, tapi cuma buat ganti pakaian dan dandan. Mbak masih harus kerja mendampingi Pak Bos buat datang ke pesta. Nanti malam, kamu jangan tunggu Mbak pulang, ya. Tidur aja duluan dan kunci semua pintu sama jendela. Jangan buka pintu untuk siapapun juga, paham? Bahkan kalau suara yang muncul itu suara Mbak. Mbak 'kan bawa kunci, jadi akan masuk ke rumah tanpa bikin keributan. Sekarang zaman sudah canggih, suara saja bisa dipalsukan pakai teknologi AI-" Dan Isla pun ceramah panjang lebar sambil mengganti bajunya dan mulai berdandan.

Untungnya Ivy anak baik-baik yang selalu mendengarkan apa kata orang yang lebih tua, sehingga Isla bisa nyaman memberi banyak petuah tanpa harus dibantah seperti anak-anak zaman sekarang yang kelakuannya bikin setan geleng-geleng kepala.

Tepat setengah tujuh malam, Islandia selesai dengan acara dandan dan berpakaiannya yang menghabiskan waktu satu jam penuh. Gadis itu pun menatap dirinya yang sudah sempurna di depan cermin. "Vy, Mbak udah kirim uang ke akun uang digital kamu buat beli makan malam. Belinya online saja, jangan kemalaman supaya tetap aman. Jangan lupa simpan sandal yang banyak di luar pintu supaya orang mikirnya di sini nggak cuma kamu sendiri. Kalau begitu, Mbak pergi, ya."

Dan Islandia pun langsung memesan taksi agar bisa segera tiba di tempat tujuannya. Inginnya, sih, gadis itu memesan ojek motor saja, namun dia sudah cantik dan memesona, bisa-bisa nanti berantakan lagi perkara tertiup angin.

Lima belas menit kemudian, Isla sudah berdiri dengan anggun di depan aula hotel West Stone, menunggu sang bos untuk datang. Sementara itu, pasangan lain pun mulai masuk ke dalam sana.

Seharusnya, sang bos pergi dengan kekasihnya, atau partnernya, namun karena pria itu adalah bujang lapuk, maka terpaksa Isla yang dibawanya ke mana-mana. Dia tidak tahu apa sang bos sebelumnya pernah menikah dan sudah cerai atau memang tidak laku saja. Pasalnya, selama Isla bekerja dengan pria itu, dia tidak pernah sekalipun melihat bosnya menggandeng seorang wanita. Pasti pria itu selalu punya alasan untuk menghindar atau tidak berinteraksi sekalian, kecuali urusan bisnis.

Padahal usianya sudah tiga puluh delapan tahun! Beda delapan belas tahun dengan Isla yang masih di awal dua puluhan. Yah, mungkin saja memang tidak ada yang tahan dengan kelakuan River, makanya pria itu masih jomblo juga, padahal usianya sudah uzur.

"Haduh, kenapa kamu harus pakai gaun berwarna abu-abu, sih? Kita jadi seperti pasangan," nyinyir River begitu muncul di hadapan Isla.

Ya, Isla mana tahu kalau bosnya akan berbusana seperti apa! Masih untung dia datang dengan pakai baju yang pantas dan tidak rombeng. Lagipula, siapa juga yang mau dianggap pasangan dengan pria seperti River? "Saya juga nggak mau, samaan dengan Bapak, kok," sahut Isla dengan senyum yang sangat ramah tapi palsu.

Langsung saja River mendengkus karena sadar kalau di luar jam kerja, sifat Isla yang agak tengil memang selalu muncul. Karena malas berdebat dengan sang sekertaris, River pun menarik tangan Isla agar menggandengnya, kemudian mereka masuk ke aula yang sudah ramai.

Sayangnya, setiap kali Isla dan River bertemu dengan para rekan bisnis, kebanyakan dari mereka selalu menyebut kalau keduanya cocok.

"Menikah saja lah kalian ini, kalau pakai baju couple seperti sekarang, kalian sudah seperti suami istri."

Atau, "Kalian ini diam-diam punya hubungan, 'kan? Jujur saja, kalian serasi."

Dan semua pernyataan itu Isla jawab dengan senyuman paling ramahnya sambil berkata, "Saya dan Pak River lebih cocok jadi ayah dan anak dibanding jadi pasangan. Usia kami saja beda delapan belas tahun."

Ya kali, Isla jadi pasangan River, yang ada nanti dunia ini kiamat!

Dan tentu saja, Isla pun kemudian mendapatkan tatapan setajam pisau dari sang bos, karena secara tidak langsung Isla sudah mengatainya tua. Yah, Isla tidak peduli, soalnya, dia tidak sudi dikatai cocok dengan River. Pokoknya, sampai kapan pun dia tidak akan mau dengan River Angelos!

Sampai saat keesokan harinya, Isla terbangun dengan tubuh yang sudah tak berbusana. Polos. Dan nyeri asing muncul di antara kedua kakinya, disertai pegal-pegal tak lazim di area tubuhnya yang sebelumnya tidak pernah merasa nyeri.

Yang paling mengejutkan adalah pelukan hangat dari River yang juga dalam keadaan seperti dirinya.

Satu detik kemudian, Isla pun berteriak dengan sangat kencang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status