Share

Skandal Sang CEO Dingin
Skandal Sang CEO Dingin
Penulis: azura_sky

01. Open Booking

"MD203?" Seorang wanita menghampiri salah satu meja di kafe yang ia datangi.

Pria yang tengah duduk menunggu seseorang itu pun lantas mendongak. Tak lama dari itu, ia mengangguk dan segera mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk. Sang wanita lantas menempati kursi kosong di hadapan pria itu.

"Maaf membuat Anda menunggu lama. Aku pemilik akun Freya07," ucap Wanita tersebut seraya tersenyum manis.

"Perkenalkan namamu saja langsung. Kita sudah sepakat untuk bertemu dan mengatakan nama asli kita, bukan?" Sang pria terkesan to the point ingin mengetahui nama asli wanita yang selama seminggu ini bertukar pesan dengannya di sebuah aplikasi kencan online.

"Aku Jihan, Om. Sekarang giliran Om perkenalkan nama aslinya, jangan berbohong atau aku akan meminta KTP punya Om," gurau wanita bernama Jihan tersebut.

"Namaku Mario. Oke, setelah tahu nama masing-masing, kita bisa langsung membahas hal yang sempat aku tawarkan waktu itu, 'kan?" Mario memang tidak pandai berbasa-basi, ia lebih senang langsung mengatakan tujuannya saja.

Jihan mengangguk. "Silakan."

"Tawaran itu berlaku untuk tiga bulan. Akan ada surat kontrak sebagai bukti kerjasama di antara kita berdua. Kenapa harus ada kontrak? Aku berpikir jika itu akan membantu kita dalam menjalankan hal ini sama-sama ke depannya. Setiap bulan kamu akan mendapatkan sepuluh juta dan saat kontrak berakhir, akan ada bonus untuk kamu selama kamu nggak melanggar isi kontrak kita," jelas Mario.

"Aku paham, Om," balas Jihan.

"Poin pertama dalam kontrak yang nanti aku kasih ke kamu itu kamu harus mau bertemu denganku kapanpun itu dalam kondisi apapun itu kecuali kamu sedang datang bulan. Berikutnya, setelah kamu tandatangani kontrak, segera beli obat kontrasepsi. Tenang saja, aku juga akan menggunakan kontrasepsi lain untuk mencegah hal-hal yang nggak kita inginkan. Jujur saja, aku nggak tahu selama kontrak ini berlangsung, kamu bakalan tidur dengan pria mana lagi selain aku. Poin terakhir dan paling penting, jangan libatkan hatimu dalam kerjasama ini dan wajib merahasiakan semua ini dari siapapun itu," tutur Mario panjang lebar.

Jihan tersenyum kecut. "Om, aku bukan wanita yang sengaja open booking, kok. Ini pertama kalinya aku daftar di aplikasi itu karena memang keadaanya mendesak. Mungkin ini bukan pengalaman pertama aku melakukan adegan ranjang dengan seorang pria, tapi aku bukan wanita murahan yang sengaja jual diri selama ini."

"Ya, terserahlah. Cuma aku ingin, saat kamu punya kerjasama denganku, jangan sembarangan tidur dengan pria lain!" tegas Mario.

"Baiklah, kebetulan pacarku mulai minggu depan akan dipindahkan kerjanya ke luar kota. Maka, Om nggak usah khawatir, akan aku ajari Om sampai jadi ahlinya," kata Jihan seraya mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

Pria berusia 37 tahun itu pun menelan salivanya. Selama ini, ia memang belum pernah melakukan hal tersebut dengan wanita manapun. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk berkencan dengan lawan jenis. Namun, beberapa bulan ke depan, pria itu akan dijodohkan dengan seorang wanita yang kini masih berada di luar negeri oleh orang tuanya.

Mario melihat akun sosial media wanita tersebut, ia memastikan seperti apa dia, sehingga Mario dapat menyesuaikan dirinya. Wanita itu menyukai tempat hiburan malam, berpakaian seksi dan sudah dapat dipastikan bahwa ia terbiasa dengan kegiatan panas di atas ranjang.

Sebenarnya, jika pria lain belum tentu akan setuju dengan perjodohan tersebut, apalagi melihat layar belakang sbagai wanita. Namun, Mario tidak memperdulikannya. Ia hanya cukup menuruti keinginan mertuanya saja. Pria itu sulit jatuh cinta dan terbuka hatinya. Sesuatu di masa lalu, membuatnya menutup diri dari segala macam urusan yang bersangkutan dengan hatinya.

"Buktikan saja, nggak usah banyak bicara. Aku butuh bukti! Beruntung saja kamu, bisa tidur denganku dan mendapatkan uang dariku," ucap Mario dengan wajah angkuhnya.

Wanita yang usianya berbeda 12 tahun itu hanya mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah Mario. Jika tidak ingat, dia sedang butuh uang yang cukup banyak dalam waktu dekat, ingin rasanya ia memaki pria di hadapannya itu.

Sombong sekali kamu, Om!

Mario pun mengeluarkan dua lembar kertas berisikan kontrak kerjasama mereka dengan dilengkapi materai. Jihan diminta untuk segera menandatangani kontrak tersebut. Wanita itu bahkan disodorkan bolpoin oleh Mario.

"Nah, sudah! Kita resmi kerja sama, ya." Jihan tidak membaca poin-poin di kertas itu dan malah langsung menandatanganinya.

"Baiklah, malam ini, jam sembilan malam, hotel Blue Sky nomor 234, aku tunggu kamu. Jangan sampai terlambat!" ucap Mario seraya membereskan kertas-kertas di hadapannya itu.

"Kita langsung mulai?" Jihan cukup terkejut dengan ucapan Mario barusan.

Mario mengangguk. "Makanya pulang dari sini, segera beli obat dan minum itu. Nanti malam kita bertemu. Berikan alamatmu, akan aku kirim beberapa pakaian yang bisa kamu kenakan saat bertemu denganku nanti. Tenang saja, itu di luar bayaran bulananmu."

"Oke, nanti aku kirim via chat ke Om. Mmh, ngomong-ngomong, boleh aku minta bayaran bulan ini di muka, nggak? Aku lagi butuh uang soalnya," tanya Jihan dengan ragu-ragu.

Mario tak memberikan jawaban, dia malah merogoh saku jas yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya. Pria itu pun memainkan ponselnya, entah sedang apa dan justru membuat Jihan merasa terabaikan.

"Kalau nggak boleh, nggak apa-apa juga, Om. Cuma ya bilang jangan malah aku dicuekin kayak gini," keluh Jihan.

Tiba-tiba, Mario menyodorkan ponselnya ke arah Jihan. "Masukkan nomor rekeningmu, aku kirim sekarang juga!"

Senyum mengembang di wajah Jihan. Wanita itu dengan semangat memasukkan nomor rekening miliknya di ponsel Mario. Pria itu ternyata langsung membuka aplikasi M-banking miliknya. Memang tipe pria yang tidak banyak bicara dan lebih senang membuktikannya dengan aksi dan tindakan.

"Sudah, Om." Jihan mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.

Mario pun mengirimkan sepuluh juta ke rekening milik Jihan. Setelah itu, ia kembali memasukkan gawainya ke dalam saku jas.

"Om nggak takut kalau aku kabur? Baik banget langsung kirim uang yang aku minta," tanya Jihan.

"Sekalinya kamu bohong dan tipu aku, kita 'kan punya kontrak bersama, aku bisa laporkan kamu ke pihak berwajib kalau kamu kabur," jawab Mario dengan santai.

Jihan pun mengangguk. Jawaban yang masuk akal. Dia lupa bahwa kini tengah berhadapan dengan pria berusia matang yang tentu saja tidak bodoh untuk urusan hal-hal seperti itu.

***

Malam hari pun tiba. Jihan tengah melihat pantulan dirinya di depan cermin berukuran tinggi dan cukup besar. Mario mengirimkan beberapa pakaian dress untuk Jihan. Semua pakaian itu pas di badannya, sehingga lekukan tubuhnya tampak jelas. Untung saja Jihan punya badan yang ramping dan ideal. Sehingga semua pakaian itu terlihat cocok untuknya.

Tiga pasang high heels pun turut Mario kirimkan. Kini Jihan ingin mencoba semua itu dan mencari mana yang cocok ia kenakan bersama dress panjang dengan belahan dada cukup rendah yang tengah ia kenakan. Butuh beberapa menit untuk meyakinkan pilihannya, hingga pada akhirnya, Jihan memilih sepasang high heels berwarna hitam dengan hak yang bermotif tulisan dari brand-nya itu sendiri.

Sebelum pergi, tak lupa ia meminum obat yang tadi sore ia beli. Kini, Jihan tinggal berangkat ke hotel yang tadi disebutkan oleh Mario kepadanya. Wanita itu tidak ingin terlambat dan mengecewakan sumber uangnya.

Saat pintu kamar kosan yang Jihan tempati terbuka, tak sengaja ia berpapasan dengan tentangga kamarnya. Wanita itu tampak keheranan dengan penampilan Jihan malam ini yang sangat berbeda dari biasanya. Dia tampak mewah dan bekelas.

"Wah, mau ke mana kamu, Jihan? Tumben sekali pakaianmu begini, mana kelihatannya mahal lagi."

"Mau hadir ke acara besar, jadi penampilan aku kayak gini. Ini juga baju sewa, kok. Mana mampu aku beli yang beginian, Lun," bohong Jihan.

Tak lama, seorang teman lainnya pun datang dan menghampiri kedua wanita itu.

"Jihan, itu ada orang yang nunggu kamu di depan kosan. Katanya dia disuruh jemput kamu. Mobilnya mewah banget, loh! Kamu mau ke mana, sih?"

"Oh, itu orang dari perusahaan yang ngadain acara. Aku dapet kerja sambilan, kebetulan yang punya itu om teman aku, jadi aku di undang ke acaranya malam ini," terang Jihan dengan senyum palsunya.

"Syukur, deh. Kirain kamu open booking," gurau temannya itu sambil tertawa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status