Share

03. Candu

"Silakan masuk," ucap Mario seraya membuka pintu sebuah unit apartemen.

Dengan dua koper di tangannya, Jihan pun memasuki hunian tersebut. Sebuah unit apartemen tipe studio akan Jihan tempati selama beberapa bulan ke depan. Tadinya ia ditawari untuk tinggal bersama Mario, tapi setelah dipikirkan kembali, hal tersebut bisa saja mendatangkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu, Mario memilih menyewa sebuah unit apartemen yang masih satu lingkungan dengan hunian miliknya.

"Om, beneran aku boleh tinggal disini?" tanya Jihan.

Mario yang baru saja menutup pintu pun lantas menempatkan tubuhnya di sebuah sofa pun menjawab, "tentu saja. Kamu bilang tetangga kosanmu pada rese, kan?"

Jihan menggangguk. "Iya, Om. Aku tinggal di sini sampai kontrak kita berakhir, habis itu aku cari kosan baru, kok."

"Oke," jawab Mario singkat.

Jihan menyimpan kedua kopernya di sisi tempat tidur. Tiba-tiba Mario memeluknya dari belakang. Dia pun berbisik di telinga Jihan dengan deep voice khas miliknya.

"Want to play with me?"

Jihan membalikkan tubuhnya dan mengecup bibir lembut milik Mario. "Tentu saja aku mau, Om," balasnya.

Mario tersenyum. Ia mulai membuka setiap kancing di kemeja yang dikenakannya. Bergelut dengan sesuatu yang sudah terasa sesak di bawah sana, membuatnya tak sabaran untuk segera bermain bersama Jihan.

Jihan pun duduk di tepi tempat tidur. Ia menyaksikan bagaimana Mario melepaskan pakaian yang ia kenakan. Wanita itu tengah berpikir bahwa sebenarnya Mario sudah pandai dalam urusan ranjang, tak perlu baginya untuk mengajarkannya lagi. Hanya saja ada perasaan bahwa Jihan pun mulai merasa candu menikmati permainan tersebut bersama pria berusia matang tersebut.

Ini pun terbilang masih awal. Baru seminggu dan tidak mungkin Jihan melepaskan Mario begitu saja. Pria itu sumber uang dan kenikmatan baginya. Terlebih pacar Jihan yang sekarang berjauhan dengannya tentu membuat wanita itu tidak dapat melakukan pelepasan.

Tidak mungkin jika dia harus melakukan itu dengan pria sembarangan di luaran sana, bukan?

Suara keduanya pun terdengar saling bersahutan. Begitupun dengan decitan ranjang yang beradu dengan dinding, seolah musik yang mengiringi gerakan mereka. Keringat mulai bercucuran, walau pendingin di ruangan itu sudah menyala sejak tadi. Terasa panas dan membara, membawa sensasi yang membuat keduanya begitu menikmati kegiatan tersebut.

***

Jihan terlelap dengan berselimutkan hingga menutupi bagian dada hingga kakinya. Ia belum berpakaian, hanya sempat pergi ke kamar mandi untuk sekadar bersih-bersih. Sementara itu, Mario sudah pergi. Ia harus pulang ke kediaman orang tuanya karena ada hal yang akan mereka sampaikan.

Mobil mewah milik Mario pun melaju menelusuri jalanan kota. Sedikit macet karena memang ia keluar di jam pulang kantor. Hal biasa yang terjadi di kota besar, sehingga Mario tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Suasana hatinya sedang baik setelah mendapatkan 'jatahnya' dari Jihan.

Beberapa menit berlalu hingga akhirnya mobil Mario berhenti di carport kediaman orang tuanya. Pria itu turun dari kendaraan yang ia kemudikan sendiri, lalu segera memasuki rumah. Orang tuanya sudah menunggu di ruang keluarga.

"Papi, Mario datang!" Nyonya Citra menunjuk ke arah Mario yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Akhirnya anak itu datang juga, Papi pikir dia lupa alamat rumah kita," ucap Tuan Mahendra, papi Mario.

Mario langsung memeluk bergiliran kedua orang tuanya, setelah itu baru ia bisa duduk di sebelah maminya.

"Mana mungkin aku lupa alamat rumahku sendiri, Pi? Biasalah macet, jam pulang kantor, jalanan jadi rame," kata Mario.

"Bi, bawakan teh untuk Mario!" Nyonya Citra memanggil asisten rumah tangganya agar segera menjamu putra kesayangannya itu.

"Lupakan dulu urusan teh, jadi ada apa kalian meminta aku buat pulang?" tanya Mario yang langsung ke intinya.

"Begini, Papi ada undangan untuk menghadiri acara peluncuran sebuah mobil di Jerman. Acaranya bentrok dengan jadwal kontrol Papi ke rumah sakit di Singapura. Apa kamu bisa gantikan Papi? Kalau kamu mau, kesempatan itu bisa kamu pakai untuk bertemu Marisa juga. Belanda dan Jerman tidak begitu jauh," ungkap Tuan Mahendra.

"Ya, memang nggak begitu jauh. Cuma belum waktunya kita bertemu. Ada beberapa bulan lagi sampai aku sama dia dipertemukan, bukan?" tanya Mario.

"Memang betul, tapi 'kan nggak ada salahnya kalian bertemu. Mumpung jarak kalian nggak begitu berjauhan nantinya, gitu loh maksud Papimu, Rio," kata Nyonya Citra.

"Gimana nanti saja, deh. Jadi kapan acaranya? Aku juga paling ajak beberapa stafku, supaya mereka bisa banyak belajar dari perusahaan otomotif besar di luar sana,"

"Empat hari lagi. Nanti kamu bawa pulang undangannya, habis itu terserah kamu mau bawa berapa orangmu ke sana, yang jelas jangan terlalu banyak atau pengeluaran kantor akan cukup besar nantinya," tutur Tuan Mahendra.

Mario tersenyum tipis seraya mengangguk. Ia sudah berpikiran untuk mengajak Jihan ke Jerman. Pasti wanita itu akan senang, begitupun dengan dirinya yang akan merasa perjalanan itu akan terasa lebih menyenangkan nantinya.

***

Jihan tengah mengobrol bersama salah satu teman dari tempat ia bekerja dulu. Mereka memang cukup dekat dan teman inilah yang menyarankan Jihan untuk mendaftar akun di aplikasi kencan online waktu itu. Atas saran dari temannya, Jihan pun akhirnya bekerja sama dengan Mario.

"Hebat banget kamu, nggak nyangka aku bisa langsung dapat om-om tajir begitu," ucapnya di ujung telepon.

Jihan pun tertawa kecil, setelahnya ia pun menjawab, "nggak tahu juga. Aku mikir kalau ini itu penipuan awalnya, pas dia ajak ketemuan, ya sudah aku ajak di tempat ramai saja sekalian. Eh, tahunya beneran. Mana langsung sepakat kerjasama selama tiga bulan lagi."

"Pokoknya aku tunggu traktirannya, ya! Kapanpun itu aku siap sedia, kok," timpal Hana, teman Jihan.

"Malam ini mau? Mau makan, karokean atau ke klub? Aku yang bayarin," ajak Jihan sambil menawarkan beberapa pilihan kepada Hana.

"Klub, yuk! Mau cari Sugar Daddy kayak kamu, siapa tahu dapet gara-gara jalannya sama kamu, ketularan hoki gitu akunya," jawab Hana dengan kekehannya.

"Oke, ketemu di Sky Star jam 11 malam ini, ya! Jangan dulu masuk, nanti kita barengan, kita ketemu di basement saja," pesan Jihan.

"Siap! Aku mau pilih baju dulu kalau begitu. Bye, Jihan!" Hana yang sangat antusias pun langsung mengakhiri percakapan mereka secara sepihak, hingga membuat Jihan hanya bisa geleng-geleng kepala.

***

Mario berada di unit apartemen miliknya. Gedung apartemen yang ia tempati masih satu kawasan dengan gedung Jihan sebenarnya. Hanya saja jika miliknya ada di deretan depan, berbeda dengan milik Jihan yang lebih belakang.

Pria itu tengah menyesap rokok miliknya. Dengan balkon yang terbuka, ia duduk santai sambil menikmati semilir angin dan pemandangan gedung pencakar langit lainnya yang terhiasi oleh cahaya lampu. Pikirannya kini membayangkan sosok Jihan tengah menggunakan pakaian tidur berbahan satin dengan brokat di setiap ujungnya.

"Ah, sial! Aku benar-benar harus menemuinya lagi!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status