Skandal Sang CEO Dingin

Skandal Sang CEO Dingin

By:  azura_sky  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
282views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Berawal dari sebuah kontrak yang mengharuskan Jihan Mazaya Freya menjadi teman tidur seorang pria yang usianya berbeda cukup jauh dengannya, hingga berakhir dengan tumbuhnya benih-benih cinta di antara mereka. Hal tersebut membuat keduanya terjebak dalam kontrak yang akan segera berakhir karena sang pria akan segera menikah. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka?

View More
Skandal Sang CEO Dingin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
6 Chapters
01. Open Booking
"MD203?" Seorang wanita menghampiri salah satu meja di kafe yang ia datangi. Pria yang tengah duduk menunggu seseorang itu pun lantas mendongak. Tak lama dari itu, ia mengangguk dan segera mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk. Sang wanita lantas menempati kursi kosong di hadapan pria itu. "Maaf membuat Anda menunggu lama. Aku pemilik akun Freya07," ucap Wanita tersebut seraya tersenyum manis. "Perkenalkan namamu saja langsung. Kita sudah sepakat untuk bertemu dan mengatakan nama asli kita, bukan?" Sang pria terkesan to the point ingin mengetahui nama asli wanita yang selama seminggu ini bertukar pesan dengannya di sebuah aplikasi kencan online. "Aku Jihan, Om. Sekarang giliran Om perkenalkan nama aslinya, jangan berbohong atau aku akan meminta KTP punya Om," gurau wanita bernama Jihan tersebut. "Namaku Mario. Oke, setelah tahu nama masing-masing, kita bisa langsung membahas hal yang sempat aku tawarkan waktu itu, 'kan?" Mario memang tidak pandai berbasa-basi, ia lebih senan
Read more
02. Malam Pertama
Jihan mendumel saking kesalnya karena teman kosan dirinya bergurau dengan mengatakan dia melakukan open booking. Padahal ucapan temannya itu tidak sepenuhnya salah. Jihan melakukan itu, tapi hanya dengan seorang pria. Itu pun karena ia sedang membutuhkan sejumlah uang, kalaupun tidak, mana mungkin ia melakukan hal seburuk itu. Pintu hotel bernomor 234 di hadapan Jihan pun diketuknya. Wanita itu sempat mengatur napas, mengusir rasa kesal yang ada dalam benaknya. Ia berusaha tersenyum kembali. Tak lama, pintu pun terbuka. Mario berdiri di ambang pintu dan memperhatikan Jihan. "Masuk!" Mario pun mengeluarkan perintahnya. Jihan pun masuk lebih dahulu karena Mario memegang pegangan pintu. Pria itu akan segera menutup pintunya setelah Jihan berada di dalam. Pandangan Jihan mengamati setiap sudut ruang kamar mewah tersebut. Pria itu memesan kamar yang mahal dengan segala kenyamanan yang terjamin bagi penghuninya. Mario yang telah menutup pintu pun duduk di sofa. Ia meraih segelas minuman
Read more
03. Candu
"Silakan masuk," ucap Mario seraya membuka pintu sebuah unit apartemen. Dengan dua koper di tangannya, Jihan pun memasuki hunian tersebut. Sebuah unit apartemen tipe studio akan Jihan tempati selama beberapa bulan ke depan. Tadinya ia ditawari untuk tinggal bersama Mario, tapi setelah dipikirkan kembali, hal tersebut bisa saja mendatangkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu, Mario memilih menyewa sebuah unit apartemen yang masih satu lingkungan dengan hunian miliknya. "Om, beneran aku boleh tinggal disini?" tanya Jihan. Mario yang baru saja menutup pintu pun lantas menempatkan tubuhnya di sebuah sofa pun menjawab, "tentu saja. Kamu bilang tetangga kosanmu pada rese, kan?"Jihan menggangguk. "Iya, Om. Aku tinggal di sini sampai kontrak kita berakhir, habis itu aku cari kosan baru, kok.""Oke," jawab Mario singkat. Jihan menyimpan kedua kopernya di sisi tempat tidur. Tiba-tiba Mario memeluknya dari belakang. Dia pun berbisik di telinga Jihan dengan deep voice khas miliknya.
Read more
04. Sugar Baby
Jihan membantu mengeringkan rambut Mario yang basah. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Wanita itu tidak jadi pergi ke klub bersama Hana karena Mario menghubunginya. Jihan mengalah karena dia lebih mengutamakan sugar daddy-nya itu ketimbang teman baiknya. Untung saja Hana dapat mengerti hal itu."Om, mau nginep atau pulang?" tanya Jihan."Aku numpang tidur sampai matahari terbit, habis itu aku pulang soalnya harus pergi kerja juga. Kalau kamu nggak nyaman berbagi tempat tidur, aku bisa kok tidur di sofa," jawab Mario."Ya, nggak gitu juga kali, Om. Tidur saja nggak apa-apa sekasur juga. Nggak apa-apa," sahut Jihan.Mario membalikkan tubuhnya. Dia mengambil hair dryer yang tengah dipegang oleh Jihan. Pria itu pun mematikan alat tersebut dan menyimpannya di atas meja rias."Jihan, kamu mau ikut aku ke Jerman, nggak?" tanya Mario."Jerman? Ngapain, Om? Itu nggak ada di kontrak kita loh, ya! Jangan mendadak rubah-rubah isi kerjasamanya, dong!" protes Jihan."Bukan gitu, aku ada acara d
Read more
05. Sebuah Peringatan
Bandar Udara Frankfrurt, Jerman.Setelah melakukan perjalanan jauh dengan dua kali transit di negara yang berbeda, akhirnya Jihan menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Jerman. Wanita itu pun mengalami jet lag. Kepalanya sakit, badannya terasa tidak enak dan perubahan suasana hati yang cukup signifikan.Mario yang paham akan kondisi Jihan tersebut pun lantas meminta Jovan untuk membelikan kopi untuk wanitanya itu. Jovan yang tidak dapat membantah perintah dari atasannya itu pun lantas berbelok sebentar ke sebuah coffee shop di bandara. Sembari menunggu kopi datang, Mario pun menunggu koper milik Jihan, Jovan dan dirinya.Pada akhirnya, memang hanya tiga orang itu saja yang pergi ke negeri Hitler tersebut. Jihan menggantikan sekretaris Mario yang memang sengaja tidak pria itu ajak. Wanita itu diliburkan dengan sogokan uang saku agar tutup mulut dari karyawan lain beserta orang tua Mario.Beberapa menit pun berlalu. Koper sudah didapatkan, begitupun dengan kopi yang cukup membantu ko
Read more
06. Cappuccino
Jihan dimanjakan dengan keindahan negara Jerman. Saat mobil melaju membawanya menuju Zeil Shopping Center bersama Mario, Jovan dan Alaric sebagai sopir yang menemani mereka. Mario membiarkan Jihan berlama-lama di pusat perbelanjaan tersebut, sedangkan ia dan Jovan akan menemui Gabriel, anak dari pemilik perusahaan yang mengundang orang tuanya untuk datang ke acara tersebut."Pakai ini, beli apapun yang kamu mau, tapi yang pasti harus bisa dibawa saat kita pulang nanti," kata Mario seraya memberikan sebuah Black Card kepada Jihan."Oke," jawab Jihan dengan singkat.Setelah sampai di depan pusat perbelanjaan, Jihan pun turun dengan dibukakan pintu oleh Jovan. Pria itu pun sempat berkata, "kalau nggak bisa bahasanya, gunakan saja penerjemah yang ada di ponsel pintarmu itu, buat dia berguna."Jihan berdecak, lagi-lagi pria itu membuatnya kesal. Entah kenapa Mario justru nyaman berteman dengan pria seperti Jovan. Kalau Jihan menjadi Mario, sudah pasti dia akan segera memecat pria itu dan m
Read more
DMCA.com Protection Status