Share

Stray Cat
Stray Cat
Penulis: callesy

Prolog

Dentingan gapur dan sendok terdengar ke sepenjuru rumah. Sera mengunyah makanannya dalam diam, begitu pula orangtuanya yang jarang pulang selama ini. Sera menatap kedua orangtunya dengan tatapan ragu. 

Tiba-tiba Sera meletakkan sendok dan garpunya, membuat kedua orangnya menatap Sera dan ikut menghentikan gerakan sendok dan garpu mereka. Wajah Sera terlihat gugup, ia menelan ludahnya. Selama ini ia jarang mengobrol dengan orangtuanya, namun kali ini ia sangat menginginkan sesuatu dan untuk pertama kalinya ia akan memintanya kepada orangtuanya. 

"Ayah, Ibu." Sera akhirnya berhasil mengucapkan sesuatu. "Apa aku... Boleh meminta peliharaan kucing?"

Ayah dan Ibu Sera saling berpandangan.

"A-aku habis melihat kucing cantik sekali di rumah temanku jadi aku... Aku akan merawatnya sendiri! Aku akan memandikannya dan lain-lain!" Suara Sera terdengar gugup.

Ayah dan Ibu Sera terdiam, kemudian tawa mereka pecah. 

"Iya, Sera. Tidak perlu segugup itu." Ayah Sera tersenyum hangat.

"Lagipula ini pertama kali kamu meminta sesuatu kepada kami. Maaf ya, Ibu dan Ayah bekerja terlalu banyak namun juga tidak bisa membuat keluarga ini lebih berkecukupan untukmu," timpal Ibu Sera. "Nanti kami carikan kucing yang bisa menemanimu selama kami bekerja."

Wajah Sera terlihat cerah. "Terima kasih, Ayah, Ibu."

Ibu Sera tersenyum, "sudah, sudah, sekarang lanjutkan makan malam kita."

Sera mengangguk. Ia melanjutkan makannya dengan bahagia, begitu pula kedua orangtuanya.

***

"Tara!" Ibu Sera membuka sebuah kandang kucing. Keluarlah kucing dengan bulu pendek dan hidung yang mancung, berperawakan seperti kucing biasa yang ada di jalan, dan berwarna coklat kampungan.

Sera yang tadinya bersemangat, dalam hati senyumnya menghilang. Ia berekspetasi kucing yang memiliki bulu panjang, berhidung pesek, dan memiliki warna setidaknya putih bersih. Namun, Sera tetap memaksakan senyumnya untuk menghargai orangtuanya. 

"Terima kasih, Ayah, Ibu." Sera menggendong kucing tersebut meski ia sebenarnya tidak mau. Dalam sekejap ia sudah membenci kucing itu. 

"Rawat dia baik-baik ya." Ayah memberi pesan. Sera mengangguk kaku.

Sera menatap si kucing, 'wajahmu sangat mengesalkan.'

Sera kemudian membawa kucing tersebut ke kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya lalu menghela nafas. Namun, Sera tidak kuat jika harus menolak kucing yang pasti sudah dicari oleh orangtuanya disela pekerjaan mereka. Sera menatap kucing tersebut.

"Baiklah, namamu adalah Ray. Aku hanya akan memberimu makan dan minum. Selain itu jangan dekat-dekat denganku," ujar Sera pada kucing yang ia namakan Ray itu, seakan Ray bisa mengerti ucapannya. "Baiklah, tetaplah di sana. Aku harus belajar malam ini."

Ray hanya diam di tempatnya dan menjilat-jilat bulu di badannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status