Share

bab 17

Ada hati yang hancur berbalut keegoisan. Senyum palsu terus terukir di wajah Imran. Jika dilihat dari sudut pandang orang lain, tentu mereka akan berpikir bahwa Imran bahagia atas perceraian ini. Tapi itu semua hanya manipulasi hati dari seorang Imran.

Tangan Imran menggenggam erat ponselnya sesaat pesan untuk Nisa terkirim. Ia berharap Nisa berkenan untuk bertemu dengan lelaki pilihannya. Matanya terus memandangi pemandangan kota dari balkon kamar apartemennya. Semuanya terlihat indah saat senja menjelang.

“Andaikan Nisa ada di sini, pasti dia senang melihat pemandangan ini,” gumam Imran dalam hati. Tapi belum sempat kalimat itu terucap dari bibirnya, Imran segera mengucap istighfar. Tidak pantas rasanya membayangkan wanita yang bukan muhrimnya. Nisa tidak lagi halal baginya, haram jika ia memikirkan hal itu.

Kacau, Imran masuk ke dalam kamar dan duduk di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan yang sedikit tertunda. Ia sudah mengatur jadwal pertemuan nanti dengan Fadhil. Imran juga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status