Agus bangkit dari tempat duduknya lalu menuju rumah Yuli. Siti yang khawatir dan penasaran pun mengekor di belakang Agus. Ia tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan.Agus hanya butuh penjelasan perihal kebohongan kakak perempuannya itu. Dengan tergopoh-gopoh ia mendatangi rumah Yuli. Namun, begitu begitu sampai, ternyata rumah Yuli tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda keberadaan ibu dua anak itu.Agus berbalik dan kembali ke rumahnya. Ibunya masih berada di belakangnya. Terlihat Siti menghela napas lega. Entah apa yang di sembunyikan Siti dan Yuli. Ada banyak pertanyaan yang ingin Agus tanyakan kepada kakaknya."Ibu pulang aja dulu. Aku capek pengen istirahat!" ucap Agus ketika melihat ibunya mengikuti dirinya masuk ke dalam rumah."Ibu kangen sama kamu, Nak!" Siti cemberut. Ia tak terima karena merasa dirinya diusir oleh anaknya sendiri."Iya, Bu, aku ngerti. Nanti, kan, aku ke rumah Ibu." Agus merasa risih karena terus dibuntuti oleh ibunya.Siti pun jengkel, dan meninggalkan rum
Kesehatan Romlah perlahan mulai membaik. Semenjak suaminya pulang, ia benar-benar dapat beristirahat dengan tenang. Agus selalu memanjakan Romlah. Apapun yang diinginkan Romlah pasti akan dilakukan.Sore itu, Yuli sedang mencari Agus, entah ada perlu apa. Begitu masuk ke dalam rumah, ia melihat Angga tengah memainkan tab android barunya."Wah, baru itu tabnya Angga?" tanya Yuli yang langsung duduk di sebelah Angga."Iya, Bi. Baru di beliin bapak," jawab polos bocah delapan tahun itu."Bapakmu uangnya banyak ya, Ngga." Yuli meraih benda berbentuk kotak itu dan mengamatinya."Iya lah, Bi. Bapak, kan, baru pulang dari Jakarta, pasti uangnya banyak." Angga kembali memainkan tab yang baru saja dikembalikan oleh bibinya."Bilangin ibu sama bapak. Kalau punya duit, mendingan buat bayar utang! Bukan buat belanja terus!" Siti sengaja berbicara dengan keras agar didengar oleh Romlah."Emangnya ibu punya utang sama siapa, Bi?" Siswa kelas dua sekolah dasar itu penasaran."Ah udahlah! Kamu nggak
Tak terasa kehamilan Romlah kini telah memasuki perkiraan bulan kelahiran. Berat badan Romlah pun bertambah drastis, tetapi ia tak mempermasalahkan dengan itu. Wanita yang kini memakai daster batik berwarna hijau kombinasi putih itu selalu menikmati setiap proses kehamilannya.Setelah berbelanja aneka sayuran, Romlah segera bergegas ke dapur untuk memasak. Kebetulan Riska juga tengah tidur setelah ia suapi bubur instan yang telah dibelinya dari warung.Di saat ia sedang mengupas bahan sayuran yang akan dimasak, ia merasakan keram di perut bagian bawah. Rasa keram bercampur mulas datang bersamaan. Di saat itu pula Romlah merasakan ada sesuatu yang keluar dari tubuh bagian bawahnya.Romlah meraba daster pada bagian bokong, dan benar saja, kini dasternya dalam keadaan basah. Istri dari Agus ini sesekali mengatur napasnya. Ia berusaha tetap tenang dan tidak panik.Karena rasa keram dan mulasnya hanya datang kadang-kadang saja, ia masih bisa beraktivitas. Walaupun kadang harus berhenti sej
Tiga hari menjalani masa penyembuhan di rumah sakit telah Romlah lewati. Hari ini dokter telah mengijinkan ibu dan bayi perempuan yang diberi nama Naura itu untuk pulang ke rumahnya.Akan tetapi, ada yang berbeda dari Agus. Ia tampak lebih pendiam dari biasanya. Sebenarnya Romlah telah menyadari hal itu, tetapi ia tidak ingin berpikir buruk terhadap suaminya. Ia beranggapan mungkin suaminya kelelahan karena menjaga dia dan bayinya yang baru berumur tiga hari seorang diri.Pagi tadi, Agus telah meminta tetangganya yang mempunyai mobil untuk menjemputnya di rumah sakit. Namun, setelah Romlah tahu jika mobil yang digunakan hanyalah mobil pick up, Romlah pun menolak untuk pulang bersamanya dengan alasan bayinya tidak nyaman.Romlah akan pulang jika mobil yang dipakai untuk menjemputnya adalah mobil yang bagus, minimal memakai ac. Padahal maksud agus juga baik. Walaupun mobil pick up, masih muat jika hanya untuk membawa dirinya, Romlah dan bayinya untuk pulang ke rumah. Apalagi kini ia har
Rasa benci dan dendam Romlah kini semakin dalam. Ia juga merasakan kesedihan yang ia pendam sendiri. Semenjak pulang dari rumah sakit, suami yang harusnya melindunginya kini tak lagi peduli terhadapnya.Romlah kini menjadi pribadi yang pendiam, bahkan seringkali ia terlihat melamun seorang diri. Ibu dari tiga orang anak itu terlihat jauh berbeda jika dibandingkan saat dirinya sebelum melahirkan dulu.Dulu, Romlah termasuk orang yang selalu up to date dalam hal penampilan. Namun, lihatlah ia kini! Jangankan untuk merawat diri. Untuk sekadar menyisir pun terkadang tidak ia lakukan.Stres berlebih membuat nafsu makannya hilang. Selain permasalahan keluarga, Romlah juga cukup terbebani dengan keadaan air susunya yang tak kunjung keluar. Agus yang harusnya mensuport, justru menyalahkan Romlah. Agus menuduh Romlah tak mau berusaha untuk menyusui Naura.Sepanjang waktunya, Romlah habiskan untuk melamun. Keadaannya kini nyaris seperti orang yang tak ingin melanjutkan hidup. Badannya kini tera
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, hati Agus merasa tidak tenang. Rasa menyesal kini tengah menggerogoti hati ayah dari tiga orang anak itu.Begitu sampai di rumah sakit, Agus menggandeng tangan Romlah dan menuntunnya. Setelah daftar dan menunggu beberapa saat, nama sang istri akhirnya dipanggil. Agus menemani Romlah memasuki ruang periksa. Dokter yang bersama seorang perawat mempersilakan sepasang suami istri itu untuk duduk. Setelah menyampaikan keluh kesahnya, wanita berumur tiga puluh empat tahun itu dituntun oleh sang perawat untuk naik ke atas ranjang periksa."Kok, bisa kayak gini, Bu?" tanya sang dokter kepada Romlah."Nggak tahu, Dok." Romlah menarik napas panjang saat lelaki berumur sekitar empat puluh tahunan itu memeriksa bekas luka caesarnya."Ini pasti nggak dirawat bekas lukanya!" terka sang dokter.Romlah hanya diam tak menanggapi ucapan sang dokter. Hanya saja raut wajahnya terlihat sedih.Setelah melewati rangkaian pengecekan, perawat yang memakai seragam biru
Semenjak konsultasi dengan dokter waktu itu, kesehatan Romlah mulai membaik. Hal ini bukan saja dikarenakan khasiat obat-obatan yang ia dapat dari rumah sakit, tetapi dukungan dan kasih sayang dari orang sekelilingnya juga cukup berpengaruh terhadap kesehatannya.Semenjak ibu dan kakak Romlah berada di rumahnya, mertua romlah dan Yuli terlihat sangat baik terhadap Romlah. Entah itu pura-pura atau mungkin mereka memang mulai berubah.Setiap pagi dan sore, luka Romlah selalu diberikan oleh sang suami. Perhatian Agus kini benar-benar dicurahkan kepada Romlah dan bayinya. Air susu Romlah pun perlahan mulai keluar. Tak lupa sang Ibu selalu membuatkan jamu untuk Romlah agar ASInya semakin deras."Rom, sepertinya Ibu udah harus pulang ke rumah mas-mu, deh." Ibu Romlah mengganti popok Naura yang basah terkena ompol."Yah! Kenapa, Bu? Kan, baru sebentar di sini?" Romlah memonyongkan bibirnya."Ibu udah seminggu disini, Rom. Mas Roni juga harus ngurusi usahanya di sana, kan," jelas sang Ibu ya
Hari itu masih sore ketika sang pemilik bengkel memanggil Agus untuk menemuinya. Rasa cemas menyelimuti hati bapak dari tiga orang anak itu. Agus masih berpikir, kesalahan apa yang telah ia perbuat. Ia takut jika akan dikeluarkan dari tempatnya bekerja, padahal dirinya mulai nyaman dengan bengkel ini.Usai menyelesaikan pekerjaannya, Agus memberanikan diri untuk mendatangi rumah sang owner yang letaknya berada di sebelah bengkel. Tangannya terasa dingin, dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, ia dipersilakan duduk oleh seorang lelaki."Maaf, Pak, apa saya ada salah?" tanya Agus kepada lelaki yang baru tiga kali ia temui itu."Salah?" Pak Susilo--pemilik bengkel--mencerna perkataan lelaki yang belum genap satu bulan bekerja kepadanya itu."tentu saja tidak!" imbuhnya disertai dengan senyum."Lalu, kenapa saya dipanggil kesini, Pak?" Agus menundukkan kepala."Aku memanggilmu mau ngasih ini." Lelaki berumur lima puluh tahunan itu m