Share

Sebuah Janji

Author: Kayinkayinn
last update Last Updated: 2023-12-04 17:07:43

Harum termangu di tempat duduknya sembari memandangi sebuah cincin berbentuk bunga mawar pemberian dari Dewa. Harum berpikir cukup lama di kamarnya. Apakah ia melupakan sebuah kenangan di masa lalu saat bersama Dewa? Kenapa dia tidak mengingat sama sekali kenangan masa kecilnya?

Apalagi, Harum masih ingat dengan jelas saat Dewa memberikan cincin ini kepadanya, Dewa mengatakan kalau ia sudah menyukai Harum sejak dulu dan mungkin ia tak menyadarinya.

Kenangan apa yang sudah gue lupakan? Batin Harum sambil memandangi cincin pemberian Dewa.

Dewa terlihat sedang mengendarai mobil Audi merah miliknya. Sambil mendengarkan sebuah lagu bergenre jazz di mobilnya, Dewa terlihat sedang menelepon seseorang

"Saya hari ini sedikit telat, jadwal meeting di undur sore saja. Saya ada perlu di luar. Ada urusan mendadak," katanya yang tengah menghubungi sekertarisnya.

Setelah memberi kabar sekertarisnya, ia langsung menutup teleponnya dan kembali fokus menyetir. Begitu sampai di tempat tujuannya, ia langsung bergegas turun dari mobilnya dan cukup lama memandangi sebuah rumah yang cukup besar itu.

Begitu ia masuk ke dalam rumah tersebut saat membuka pagar rumahnya, Dewa melihat seorang gadis baru saja membuka pintu rumahnya dan cukup terkejut begitu melihat sosok Dewa berdiri di dekat pagar rumahnya.

"Kak Dewa? Kakak ngapain ada di rumahku pagi-pagi gini?" katanya yang terlihat begitu terkejut itu.

"Pagi, Harum. Saya ke sini mau antar kamu ke kampus. Boleh, kan?" katanya yang membuat Harum langsung speechless mendengarnya.

Harum berjalan menghampiri Dewa. "Boleh sih, Kak. Tapi, ko, nggak ngabarin dulu kalau mau ke rumah?"

Dewa tersenyum simpul. "Saya nggak punya kontak kamu. Kalau gitu, ada alasan yang cocok dong yah untuk saya minta whatssapp kamu?" katanya kembali hingga membuat Harum tersenyum lebar mendengarnya.

"Cara modus terbaru, yah? Buat minta nomor whatssapp aja harus cari alasan yang cocok dulu."

"Harus cari alasan yang relevan dong biar bisa di terima dan di jauhi kata penolakan."

Harum tersenyum kembali. Kemudian, ia mengulurkan tangannya untuk meminta handphone milik Dewa. "Whatssappnya mana? Buka whatssapp kakak, Kita pindai aja barcodenya."

Begitu Dewa mendengarnya, ia langsung memberikan handphonenya dan membuka whatssappnya. Harum langsung mengeluarkan handphonenya dan memindai barcode whatssapp milik Dewa. Begitu selesai, ia langsung memberikan handphone milik Dewa kembali.

"Ayo, saya antar ke kampus kamu."

"Memangnya kakak nggak kerja?"

"Kerja, dong. Tapi, saya mau antar kamu dulu ke kampus."

"Kakak nggak takut di labrak pacarku? Aku udah punya pacar loh, Kak," katanya berbisik.

"Masih pacar. Yang sudah pasti itu saya, calon suami kamu," katanya menjawab dan langsung berjalan mendahului Harum untuk membukakan pintu mobil untuknya.

Harum tersenyum lebar mendengarnya. "Pria kolot itu ternyata manis juga," katanya pelan kemudian langsung masuk ke dalam mobil begitu dipersilahkan oleh sang pemilik.

Dewa berdiri di dekat pintu mobil dengan salah satu tangannya yang berada di dekat kepala Harum agar kepalanya tidak terbentur atap mobil begitu masuk ke dalam. Melihat sikap manis Dewa, Harum cukup terkejut dan tak percaya dengan perilaku menggemaskannya itu. Haris saja sebagai pacarnya yang sudah 3 tahun bersama tak pernah melakukan hal semanis itu jika berkendara bersama.

"Sudah sarapan?" tanya Dewa begitu masuk ke dalam mobil.

"Aku tidak terbiasa sarapan."

"Bukan tidak terbiasa, tapi tidak pernah dibiasakan. Sarapan itu perlu untuk menambah energi sebelum kamu belajar. Oh ya, di belakang ada bungkusan makanan yang sudah saya siapkan buat kamu. Ambilah, " katanya meminta kemudian kembali fokus untuk menyetir.

Begitu diminta untuk mengambil bungkusan makanan yang ada di jock belakang, Harum langsung mengambilnya sesuai perintah.

"Aku buka, yah?"

"Buka aja, itu memang buat kamu."

Begitu membuka bungkusan tersebut di dalamnya terdapat sebuah kotak makanan. Harum kembali dikejutkan dengan pria dewasa itu. Ternyata, dia memang menggemaskan pikir Harum saat itu.

Begitu membuka kotak makanannya, ternyata di dalamnya ada 4 buah sandwich yang sudah di siapkan secara khusus oleh Dewa untuknya. Dengan 3 botol susu berbeda varian rasa.

"Banyak banget susunya? Ada rasa vanila, coklat sama strawberry pula!"

"Saya nggak tahu kamu suka rasa apa. Makanya saya beli semuanya. Kalau sandwich kamu suka, kan? Itu saya yang buat sendiri."

"Aku suka sandwich, itu kesukaanku," katanya sambil memakan sandwich pemberian Dewa. "Makasih sandwichnya."

"Sama-sama. Gimana, enak nggak?" tanya Dewa harap-harap cemas sambil melirik ke arah Harum yang sedang menikmati sandwich buatannya.

"Enak, pinter juga buatnya. Kakak mau?" katanya menawarkan.

Dewa menggeleng dengan cepat. "Saya sudah sarapan. Itu khusus buat kamu, kamu habiskan saja semuanya. Oh ya, kalau soal rasa, kamu suka rasa apa?"

"Aku?" tanya Harum sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamulah, siapa lagi yang saya tanya selain perempuan yang duduk di samping saya."

Harum tertawa kecil. Ia kembali memakan sandwich miliknya sambil menikmati rasa sandwich buatan Dewa yang pertama kali dibuatkannya untuk dirinya.

"Aku suka coklat. Kalau kakak suka rasa apa?"

"Vanilla. Saya tidak terlalu suka yang manis-manis."

"Tapi, calon istri kakak ini suka yang manis-manis, loh. Jadi gimana, dong?" katanya yang membuat Dewa sedikit tercengang mendengar sebuah kata calon istri yang meluncur dari mulut Harum.

Mendengar kata tersebut, membuat keduanya sama-sama tertawa.

"Nggak apa-apa. Saya akan belajar menyukai apa yang disukai oleh calon istri saya," katanya menjawab hingga membuat keduanya kembali tertawa.

"Effortnya kak Dewa luar biasa ya sampai mau melakukan apa saja buat calon istrinya."

"Harus, dong. Demi kelancaran hubungan kita bersama ke depannya."

Harum melirik ke arah Dewa dan memandanginya dengan seksama.

"Kenapa melihat saya dengan tatapan seperti itu? Ada yang salah dengan perkataan saya?"

Harum menggeleng dan kembali melihat ke arah depan. "Kak, tahu nggak kenapa aku mau menerima perjodohan ini?"

"Karena orang tuamu, kan?" katanya menebak.

"Kakak tahu?" tanya Harum yang terkejut.

Dewa terdiam dan hanya bisa tersenyum begitu tebakannya itu di jawab benar oleh Harum sendiri.

"Aku melihat, kakak adalah pria dewasa yang baik bahkan mau menerima perjodohan ini dengan santainya. Tapi, Kak, aku masih kuliah, loh. Bahkan, aku punya pacar yang sudah berhubungan denganku selama 3 tahun. Aku sayang sama dia dan sekarang aku bingung harus mengatakan apa kepada pacarku tentang perjodohan ini. Kalau kakak jadi aku, apa yang akan kakak lakukan?"

Mendengar pertanyaan Harum, Dewa kembali terdiam dan memikirkan sesuatu yang begitu rumit dalam pikirannya.

"Kamu mau menolak perjodohan ini?" tanya Dewa tiba-tiba.

"Tidak, Kak. Aku tidak akan menolaknya karena ini permintaan kedua orang tuaku. Mereka tak pernah meminta apapun kepadaku selama ini. Jadi, aku hanya bisa menerimanya. Tapi, aku cuma minta yakinkan aku, Kak. Yakinkan aku supaya aku bisa menerima kakak sebagai calon suamiku, supaya aku juga bisa menyelesaikan hubunganku dengan pacarku secara baik-baik."

Dewa menatap wajah Harum yang terlihat sedang memandanginya dengan tatapan yang begitu serius. Harum sepertinya menunggu apa yang akan dikatakan Dewa selanjutnya. Namun, Dewa hanya diam saja hingga akhirnya mereka sampai di depan kampus Harum.

Karena tak mendapatkan jawaban apa-apa dari mulut Dewa, Harum merapihkan pakaian dan rambutnya untuk segera bersiap-siap turun dari mobil.

"Kalau begitu aku kuliah dulu. Makasih untuk sarapan dan tumpangannya, Kak. See you," pamitnya kemudian pergi.

"Harum," panggil Dewa pelan sambil memegang tangan kanan Harum hingga membuat Harum menoleh ke arahnya bingung.

"Saya mungkin tidak bisa membahagiakan kamu. Masih belum bisa menjadi calon suami yang baik mungkin untuk kamu. Bahkan, saya tidak bisa memberikan kenangan manis untukmu atau bisa saja di masa depan saya akan mengecewakan kamu dan membuat kamu menangis.

"Tapi, yang saya janjikan saat ini hanyalah keseriusan saya untuk menikahi kamu. Kamu bisa lihat dari sikap perilaku saya terhadap kamu. Saya akan berusaha menjadi versi Dewa yang terbaik di depan calon istri saya," katanya tampak serius hingga membuat kedua bola mata Harum berkaca-kaca mendengar kalimat yang baru saja di ucapkan Dewa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Hubungan yang Semakin Intim

    Malam hari itu, cahaya senja memancar memasuki jendela rumah Harum dan Dewa. Ruangan itu dihiasi dengan bunga segar yang menyebar wangi dengab lembut. Setelah kejadian di kantor tadi siang, Dewa dengan senyum lembut di wajahnya, menciptakan suasana makan malam yang indah dan romantis di tengah-tengah rumah mereka. Meja makan mereka terhias dengan kain putih yang elegan, piring-piring cantik, dan lilin-lilin kecil yang menyala dengan lembut. Malam hari ini Dewa sengaja menciptakan makan malam romantis, sebagai tanda permintaan maafnya dan kesungguhannya atas rasa cintanya kepada istrinya itu."Harum, aku ingin membuat malam ini istimewa. Aku ingin kita merayakan hari ini bersama, baik sebagai pasangan maupun sebagai rekan bisnis yang sukses. Ayo duduk, makan malam kita sudah siap."Harum terkesima dengan keindahan yang dibuat suaminya, dengan hati yg berdebar-debar ia duduk dengan lembut di kursi yang telah disiapkan sang suami. Dewa yang begitu perhatian dan romantis, membuat hati Ha

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Percikan Api

    "Hay, Martin. Sudah lama yah kita tak berjumpa!" katanya menyapa ramah, dengan sorotan matanya yang terlihat bersahabat, dan merindukan sosok pria bernama Martin itu."Jesika? Sedang apa kau ada di sini?" Martin membelalak.Kedua bola matanya membulat tajam dengan sempurna. Ia terlalu terkejut begitu melihat sosok perempuan tinggi semapai, dengan rambut bergelombang kecoklatan itu, tiba-tiba saja membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Dewa.Perempuan cantik bernama Jesika itu melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Martin, bersama dengan Gladis yang berada dibelakangnya."Dia jadi brand ambassador new brand fashion milik perusahaan Dewa bersamaku. Bagaimana kabarmu, Martin?" tanya Gladis sambil mengulurkan tangannya.Martin tersenyum dan membalas uluran tangan Gladis. "Aku baik, bagaimana kabarmu?""Nice. Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanyanya kembali dan sedikit melirik ke arah Dewa yang sejak tadi hanya diam saja dan tampak kaku."2 hari yang lalu," tutur Martin menjawab

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Inovasi Baru

    Hari itu, Harum membantu Dewa seharian penuh di perusahaannya. Dengan kemampuan yang ia miliki dan mengerti sangat jelas tentang dunia fashion dan desain, ia berada di ruang rapat bersama tim riset dan tim desain perusahaan Dewa. Mereka semua tampak sibuk mempersiapkan acara peluncuran brand baru fashion yang akan menjadi tonggak bersejarah bagi perusahaan Lumiere Mode."Wah, koleksi ini sudah sangat bagus, tapi saya punya ide untuk sedikit mengubah dan memperbaharui desainnya," ujar Harum sambil melihat-lihat desain fashion milik perusahaan suaminya."Tentu, Ibu Harum. Kami sangat terbuka dengan saran dan ide Anda. Bagaimana Anda ingin merubahnya?" tanya salah satu tim desain."Pertama, saya pikir kita bisa menambahkan sedikit sentuhan warna yang lebih cerah. Mungkin dengan menambahkan aksen warna cerah seperti kuning, merah, atau biru pada beberapa busana, ini akan membuat koleksi kita lebih menarik dan mencuri perhatian," katanya memberi saran."Itu ide yang bagus. Warna cerah bisa

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Elysian

    "Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa Startlight menciptakan brand yang sangat mirip dengan brand baru kita? Ini bisa mengacaukan peluncuran kita nanti!" seru Dewa dengan ekspresi terkejut dan rasa cemas begitu ia sampai di ruang meeting, ketika pagi tadi dihubungi oleh sekertarisnya, untuk segera datang ke kantor."Kami juga sangat terkejut dengan situasinya. Kami sedang menyelidikinya untuk melihat, apakah ada pelanggaran hak cipta yang terjadi. Namun, sepertinya mereka telah menemukan celah dalam sistem perlindungan kita, Pak," tutur Ria menjelaskan.Dewa menggenggam tangannya dengan ketat, ekspresi wajahnya terlihat kecewa dan amarahnya sangat terlihat diwajahnya."Ini benar-benar tidak masuk akal. Peluncuran brand baru kita adalah langkah besar bagi perusahaan kita.""Kami sepenuhnya memahami, Pak. Kami sudah memeriksa legalitas desain dan nama merk kita, dan kami meyakini bahwa kita memiliki hak yang sah atas brand ini. Namun, kita harus mencari tahu langkah apa yang harus d

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Sarapan Romantis

    Pagi yang cerah menyambut Harum dan Dewa, sepasang pengantin muda yang baru saja bangun tidur. Matahari terbit dengan lembut, menerangi kamar mereka yang dipenuhi dengan cahaya hangat. Harum membuka matanya perlahan dan tersenyum melihat Dewa yang masih terlelap di sampingnya.Ah, pagi yang indah," tutur Harum pelan begitu membuka mata dari mimpi indahnya, serta menggaruk-garuk ke dua matanya sambil tersenyum lebar. "Selamat pagi, Sayangku. Sudah siap menyambut hari yang penuh kebahagiaan?" ucap Dewa lembut sambil memandangi wajah istrinya yang berbaring disampingnya, kemudian memeluk istrinya dengan mesra.Harum tersipu malu begitu suaminya memeluknya dengan mesra. Rasanya sangat aneh, seperti mimpi ia telah resmi menjadi istri sah dari seorang CEO muda dan tampan seperti Dewa. "Pagi, Sayangku. Aku selalu siap menghadapi hari yang cerah seperti ini," sahutnya sambil membalas pelukan suaminya, kemudian bermanja-manja dalam pelukan suaminya itu."Oya, bgaimana kalau kita memulai hari

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Kejutan Harum

    "Martin? Sedang apa kau di sini?" Pria berbadan tinggi tegap itu datang menghampiri Dewa. Begitu jarak ke duanya cukup dekat, ia tiba-tiba saja mengulurkan tangannya seraya tersenyum lebar."How are you, Dewa?""Fine. Long time no see, Martin!" serunya sembari membalas uluran tangan pria bernama Martin itu kemudian memeluknya dengan erat, "jadi, kapan lo balik ke Indonesia?" tanyanya begitu mereka berdua berada di ruangan kerja Dewa."Hm, yesterday the day after. How?" tanya Martin yang membuat Dewa bingung."Bagaimana apanya?" Dewa mengernyitkan keningnya bingung."Life after marriage?"Dewa tertawa lebar. Ia melipat ke dua tangannya kemudian menatap Martin, sepupunya yang sudah lama tinggal di New York dan baru saja kembali lagi ke Indonesia."Kenapa lo tertawa? Apa pernikahanmu tidak menyenangkan?" tanya Martin dengan mata menyelidik."It's fun. It's amazing and just what i imagined all along. Menyusullah kalau sudah ada pasangan," tutur Dewa menggoda sepupunya.Martin hanya terta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status