Suami Dinginku Mencari Kehangatan Cinta

Suami Dinginku Mencari Kehangatan Cinta

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Oleh:  rainyOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
7Bab
222Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Betapa bahagianya Camila Amorette kala perjuangannya untuk menikahi pria yang dicintainya, Damian Ravensdale, membuahkan hasil. Namun, saat Camila berpikir perjuangannya telah selesai, ia salah besar. Menikah dengan Damian, bukan berarti mendapatkan cintanya. Camila harus terus menahan sakit di hatinya karena sikap dingin dan tak acuh dari sang suami. Tak peduli seberapa besar usahanya, Damian tetap tak peduli.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Malam yang Dingin

Cincin di jari manisnya berkilauan di bawah cahaya keemasan yang berpendar lembut dari lampu kristal di langit-langit. Berkilat seolah mengingatkan Camila akan perjalanan panjang yang telah ia jalani— penantian yang penuh harap, impian yang penuh kesungguhan, dan perjuangan yang akhirnya membawanya pada momen ini.

Pria yang selama ini ia kagumi, kini berdiri disampingnya, sebagai suaminya.

"Selamat atas pernikahanmu, Camila!"

Suara ceria Maddy membawa senyum lebar ke wajah Camila. Sahabat yang selalu menemaninya, kini berdiri dengan senyum jahil yang begitu dikenalnya.

"Aku masih nggak percaya kamu akhirnya menikah. Rasanya baru kemarin kamu cerita dengan mata berbinar tentang betapa sempurnanya dia di matamu," kata Maddy, dengan tatapan menggodanya. Seakan memutar kembali setiap kisah yang Camila ceritakan tentang pria yang kini resmi menjadi suaminya.

"Maddy, kamu benar-benar nggak pernah berubah," ujar Camila, setengah berbisik, malu namun juga tak bisa menahan tawa kecil. "Jangan membuatku makin malu." Rona merah tipis menjalar di pipinya.

Aura kebahagiaan memancar dari dalam diri Camila, dan senyum lembut yang menghiasi wajahnya hanya memperkuat kesan itu. Gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya jatuh anggun, memberikan kesan elegan dan sempurna.

Maddy terkekeh pelan, kemudian mendekat, suaranya berubah menjadi lebih lembut, namun tetap mengandung nada usil.

"Jujur saja, kamu pasti nggak sabar menanti malam pertama yang penuh cinta, bukan?" Suaranya kini hanya berupa bisikan yang penuh arti.

"Maddy... cukup, berhenti menggodaku seperti itu," Camila mendesis, meski senyum malu-malu masih tidak bisa ia sembunyikan.

Maddy hanya tersenyum kecil, namun kali ini tanpa nada usil. Ada ketulusan yang terpancar dalam sorot matanya. Kehangatan itu merayap perlahan di pipinya, membuatnya menahan senyum yang hampir saja merekah.

"Camila," panggilnya dengan lembut, "Aku ikut bahagia melihat kamu. Aku tahu ini adalah cinta yang selalu kamu impikan."

Sejenak, Camila terdiam. Hatinya terasa hangat, dan ia menatap sahabatnya dengan penuh rasa tulus. Kemudian, pandangannya perlahan beralih, mencari sosok yang berdiri di sampingnya— Damian Ravensdale, suaminya.

Dalam balutan tuxedo hitam yang sempurna, Damian tampak begitu memikat. Meski sorot matanya tetap tajam dan dingin, tak bisa dipungkiri, ia memiliki daya tarik yang tak bisa disangkal. Ada jarak yang tak tampak di sana, namun Camila yakin, di balik tatapan beku itu, suatu hari nanti akan ada kehangatan yang merasuk.

Tatapan mereka akhirnya bertemu. Mata Camila yang lembut dan penuh kehangatan bersua dengan sorot mata Damian yang tenang dan sukar terbaca.

Camila menarik napas perlahan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba terasa lebih cepat.

"Terima kasih... "

****

Lilin-lilin aromaterapi yang ditempatkan di sudut kamar berpendar temaram, memancarkan cahaya lembut yang menari di permukaan gaun tidur putih yang membalut tubuh Camila dengan anggun. Keharumannya melayang di udara, berusaha menghangatkan suasana.

Kamar utama yang indah ini, yang seharusnya menjadi saksi malam pertama mereka, terasa hening. Damian belum juga datang, dan perasaan cemas semakin menguasai dirinya.

Akhirnya ia memilih keluar, menelusuri rumah megah yang kini terasa asing. Berjalan tanpa tujuan, namun nalurinya membawanya ke taman belakang yang sunyi.

Melangkah perlahan di taman yang diterangi cahaya lampu, namun langkahnya terhenti saat melihat Damian dan Caspian, ayah mertuanya berdiri di bawah cahaya bulan yang redup. Mereka terlibat percakapan serius, dan Camila, tanpa sengaja, semakin mendekat, terhanyut rasa penasaran yang menggelayuti hatinya.

"Aku butuh waktu sendiri, Ayah."

Suara Damian terdengar datar, namun ketegasan di dalamnya tak bisa dibantah. Ia berdiri dengan bahu tegak, menatap ayahnya dengan tatapan tanpa emosi.

Caspian, dengan tatapan tajamnya, membalas, "Damian, kamu sudah menikah sekarang. Camila adalah istrimu, bukan seseorang yang bisa kamu abaikan begitu saja."

Rahang Damian mengeras, matanya menatap kosong ke arah lain, seolah menahan sesuatu yang bergejolak dalam dadanya. Hening menyelimuti mereka, menciptakan ruang yang semakin sulit dijembatani.

"Aku sudah melakukan apa yang kalian inginkan," Damian berkata pelan. "Tapi jangan pernah berharap lebih dari ini."

Camila tampak membeku, perasaannya semakin berkecamuk.

Caspian menyipitkan matanya, suaranya lebih dalam, lebih mendesak. "Keluarga kita butuh penerus, dan kamu tahu itu."

Tawa pendek meluncur dari bibir Damian, menyirat kepahitan. Bahunya menegang, dan tatapannya menusuk tajam.

"Penerus? Jadi aku harus menyentuh wanita lain hanya untuk memenuhi ambisi kalian, begitu?" Suaranya turun satu oktaf, dingin dan menusuk. "Demi memuaskan egomu?"

Dari tempatnya bersembunyi, Camila merasa napasnya tercekat. Setiap kata yang keluar dari mulut Damian terasa seperti jarum yang menusuk hatinya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, menahan rasa sakit yang jauh lebih dalam dari yang ia kira.

Caspian tetap tegak, tak bergeming. "Wanita lain? dia istrimu sekarang, Damian."

Dentuman keras menggema. Damian menghantamkan tinjunya ke dinding, rahangnya mengatup rapat, napasnya terengah.

"Si*l!" Raungannya pelan, namun sarat dengan amarah yang membakar. Matanya penuh kebencian, dan setiap jengkal tubuhnya dipenuhi kemarahan yang tak tertahankan.

Damian tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Baginya, ikatan ini bukanlah sesuatu yang diimpikan, melainkan sebuah beban yang menghimpit.

Tanpa kata, ia berbalik meninggalkan Caspian begitu saja. Namun, sorot matanya yang dingin segera menangkap sosok Camila, tubuhnya tersembul dalam cahaya lampu. Dengan langkah yang mantap kakinya berjalan mendekat.

"Sedang apa kamu?"

Di depannya, Damian berdiri, jantung Camila berdegup cepat. Ia terdiam sejenak, hatinya masih merasa perasaan sakit di hatinya.

"Aku mencarimu. Kamu ke mana saja, Damian?" Camila bersuara tenang, meskipun rasa sakit merayap ke dalam dirinya.

"Menungguku? Memangnya apa yang kamu harapkan?" Suaranya dingin, mengalun seperti racun. "Malam pertama yang indah? Cinta yang hangat?" ujarnya pedas.

Dada Camila terasa sesak, seakan setiap helaan napas menjadi lebih berat, lebih sulit. Air matanya mengenang.

"Jangan pernah berharap, aku bukan pria yang akan memberimu kebahagiaan atau kehangatan. Kamu salah jika mengira pernikahan ini akan mengubah siapa aku," katanya dengan suara tegas. Tak merubah sorot matanya, tetap dingin.

Sakit. Camila tak mampu untuk bersuara. Dari dulu, ia selalu menghadapi Damian yang dingin, pria itu tak pernah berubah, sama dengan Camila yang terjebak di perasaannya yang sepihak.

Camila menatapnya, matanya berkaca-kaca. "Damian, setelah semua yang aku lakukan… nggak bisakah kamu sedikit saja menerima aku?"

Damian menyipitkan matanya, ada kilatan emosi di sana— lalu, ia tertawa kecil. Namun tawanya tak mengubah apa-apa. Sorot matanya tetap dingin.

"Kamu pikir usahamu bisa mengubah segalanya?" Nada suaranya lebih tajam, penuh penghinaan. "Aku nggak pernah memintanya."

Camila menahan napas, menggigit bibirnya lebih keras, berusaha menahan air matanya.

“Aku tahu, kamu nggak ingin mendengarnya,” katanya, suaranya bergetar. "Tapi aku akan berjuang untuk pernikahan ini. Walau kamu menolak aku nggak akan menyerah begitu saja."

Binar air mata terlihat. “Jika itu yang harus aku lakukan, aku akan terus berjuang sebagai istrimu, meski harus berdiri sendiri," lirihnya.

Damian mendekat dengan langkah penuh ketegasan, dan dalam sekejap tangannya yang besar menggenggam pergelangan Camila dengan kasar.

"Jadi kamu ingin jadi istri sempurna ya, sekarang?" suaranya mengerikan, "Baik, akan ku tunjukkan bagaimana rasanya."

Camila tersentak, namun ia tak melawan. Perasaannya hancur. Damian menariknya dengan kasar, langkahnya membawa mereka jauh dari kamar utama, menuju kamar tamu yang jauh lebih sepi, tanpa kehangatan.

Pintu tertutup dengan keras, dalam keheningan yang menyesakkan, suara Damian terdengar jelas, tajam, dan kejam.

"Jangan pernah berharap ada cinta dariku, Camila," katanya dengan suara yang menembus hati, sambil membuka kemejanya, dan dengan paksa membuka pakaian Camila, tatapannya tak pernah beralih, tetap tajam dan dingin.

"Kamu tahu, Camila... aku tidak pernah menginginkanmu. Pernikahan ini hanya untuk memenuhi tuntutan." Hatinya bagaikan kaca yang retak, setiap kata yang keluar dari bibir Damian seakan memecahnya lebih dalam lagi.

Di antara isakan lirih yang tertahan, Camila merasakan hatinya tersayat perlahan. Setiap tetes air mata yang jatuh, seperti potongan kecil dari impian yang telah ia rajut begitu lama.

Namun ia ragu, sudah sejauh ini, akankah kehangatan yang ia bawa mampu terus bertahan melawan dingin suaminya yang membekukan?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
fatysa
belum ada lanjutannya ya
2025-04-13 23:00:23
0
user avatar
fatysa
semoga Camila mati rasa terhadap Damian, dia gak pantas disakiti terus menerus. semoga ada lanjutannya thor
2025-03-22 09:55:58
0
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status