공유

Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!
Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!
작가: Kalyani

Bab 1

작가: Kalyani
Musim panas yang terik. Di sebuah rumah kecil di Kota Porlin, televisi yang tidak ada penontonnya sedang menayangkan berita.

"Cucu tertua Keluarga Wirajaya, Keiran, telah hilang selama beberapa bulan. Banyak orang menduga dia mungkin sudah meninggal karena kecelakaan ...."

Nayla duduk bersila di sofa, membelakangi televisi yang berisik itu. Dia bermain ponsel dengan santai sambil menahan ocehan ayahnya yang tiada habisnya.

"Anak dari Keluarga Siregar itu memang duda, tapi cuma lebih tua tujuh tahun darimu! Dia sudah menyiapkan uang mahar 176 juta! Hari ini kamu harus pergi menemuinya. Tahun ini kamu harus menikah, titik!"

Seperti biasa, Nayla berpura-pura tidak mendengar. Dia tidak menggubris, sibuk mengetik pesan di ponselnya, mengeluhkan kepada sahabatnya betapa gilanya keluarganya yang terus memaksanya menikah.

Sikap dingin Nayla membuat Narek semakin marah. Ayahnya maju, merebut ponsel dari tangan putrinya, lalu membantingkannya ke lantai hingga hancur berantakan.

"Kamu sudah 26 tahun, tapi belum menikah! Orang-orang bilang kamu punya masalah sama tubuhmu, nggak bisa punya anak, makanya nggak ada yang mau! Kamu sudah mempermalukan Keluarga Santika! Aku suruh nikah, kamu malah keras kepala!"

"Lihat si Eira, teman SD kamu itu. Sekarang anak ketiganya saja sudah umur empat tahun!"

Nayla menatap ponselnya yang hancur di lantai, mendengarkan hinaan ayahnya. Amarah dalam dadanya semakin membara. Dia pun berdiri, menatap mata ayahnya yang merah karena emosi.

"Kamu ini benar-benar ayah kandungku atau bukan? Semua orang di kota ini tahu, pria itu cerai karena memukuli istrinya sampai masuk rumah sakit! Dia masih punya dua anak laki-laki juga!"

"Kalau aku nikah dengannya, belum mati dipukuli, aku pasti sudah capek sampai mati karena jadi ibu tiri! Kalau kamu mau, kamu saja yang nikah sama dia! Aku nggak akan mau, meskipun harus mati!"

Kata-kata Nayla membuat Narek merasa harga dirinya sebagai pria diinjak-injak. Wajahnya memerah. Dia mengangkat tangannya keras-keras, menampar Nayla dengan sekuat tenaga.

"Tahun ini kamu mau nikah atau nggak, kamu tetap harus nikah! Kalau perlu, aku ikat kamu dan seret kamu ke kantor catatan sipil!"

Pipi Nayla terasa perih dan panas, matanya berkunang-kunang. Dalam hatinya, rasa muaknya terhadap pria kembali naik satu tingkat.

Bukan karena dia tidak mau menikah, tetapi dia hanya belum bertemu seseorang yang pantas untuk dia percayai seumur hidup. Dia tidak ingin seperti ibunya, yang menikah dengan pria yang sangat patriarki dan terlalu lemah untuk melawan.

Dia juga tidak ingin seperti Eira, yang menikah sebelum berumur 20 tahun, melahirkan tiga anak perempuan dan terus ditekan mertua agar melahirkan anak laki-laki. Hingga akhirnya karena terlalu sering keguguran, Eira menjadi mandul seumur hidup.

Semua orang tahu, alasan Narek memaksa Nayla menikah bukan demi kehormatan keluarga, tetapi demi uang mahar untuk disimpan sebagai biaya pernikahan adik laki-lakinya yang masih SMA.

Mata Nayla dipenuhi kebencian. Dia menggertakkan gigi. "Oke, mau aku nikah, 'kan? Aku nikah! Tapi jangan salahkan aku kalau kalian menyesal!"

Dia berlari masuk ke kamar, lalu keluar lagi sambil membawa kartu keluarga. Setelah itu, dia berlari ke luar rumah secepat mungkin.

Keluarga Santika selalu mengutamakan anak laki-laki. Nayla tidak pernah disayang sejak kecil. Setelah lulus SMA, orang tuanya memaksanya bekerja untuk menghidupi keluarga. Dia kabur diam-diam dan meminjam uang untuk kuliah.

Setelah lulus, sebenarnya Nayla punya pekerjaan bagus dan bergengsi di kota besar, tetapi ayahnya datang ke kantornya dan membuat keributan sampai dia kehilangan pekerjaan.

Setiap kali Nayla mendapat pekerjaan baru, Narek akan datang ke sana untuk mengacau. Akhirnya, Nayla menyerah dan pulang ke kota kecil ini, membuka toko sendiri.

Tujuan Narek hanya satu. Anak perempuan yang bisa menghasilkan uang tidak boleh terlalu jauh dari rumah supaya mudah dikendalikan.

Lingkungan tempat Nayla tumbuh membuat kepribadiannya agak keras dan suka bertindak sesuka hati. Hampir tidak ada yang berani memancing amarahnya. Karena hanya dengan begitu, dia bisa melindungi kepentingannya sendiri.

Kini dalam amarahnya, hanya satu pikiran memenuhi kepalanya. Mereka memaksanya menikah, 'kan? Baiklah, dia akan menikah!

Dia berjalan di sepanjang jalan kota, memperhatikan setiap pria yang lewat. Dia berniat mencari seorang pria yang tua, jelek, dan miskin, biar orang tuanya puas melihat hasilnya!

Namun, ketika benar-benar melihat beberapa pria lajang di jalan dengan tatapan serakah dan nakal, Nayla langsung merasa ngeri. Membayangkan harus menikah dengan mereka saja sudah membuatnya merinding.

"Kak, aku lapar ...." Sebuah tangan kotor menarik ujung bajunya. Nayla menoleh dan langsung terkejut. Seorang pria yang jauh lebih tinggi darinya, menatapnya dengan tatapan memelas.

Seorang wanita yang lewat menjelaskan, "Nayla, itu orang gila yang baru datang ke kota beberapa hari lalu. Setiap hari ngais sampah, kotor banget. Kemarin dia bahkan mukul anak kecil. Katanya dia suka ngamuk. Sebaiknya jangan dekat-dekat."

Nayla memperhatikan pria itu. Wajahnya penuh noda hitam, pakaiannya kotor dan robek, tubuhnya bau, dan di tangan serta kakinya terdapat banyak luka. Namun, mata pria itu tampak lembut dan sedih, tidak seperti orang yang berbahaya.

Pria itu bergumam pelan, "Mereka yang lempar aku pakai batu .... Sakit banget ...."

Nayla paham. Pasti anak-anak itu yang iseng duluan dan pria ini melawan karena diserang. Melihat luka di tubuhnya, besar kemungkinan dia dipukuli oleh keluarga anak-anak itu.

Meskipun tampak kotor, wajah pria itu sebenarnya memiliki garis-garis yang tegas. Dia lebih enak dipandang daripada pria-pria bujang di kota ini.

Sebuah ide tiba-tiba melintas di kepala Nayla, lalu bibirnya terangkat sedikit.

"Lapar ya?"

Pria itu mengangguk cepat.

"Kalau begitu, Kakak kasih kamu makan, tapi kamu harus bantu Kakak satu hal. Bisa?"

Pria yang sudah dua hari tak makan itu mengangguk-angguk seperti anak anjing jinak. "Bisa!"

Nayla tersenyum puas. "Ayo."

Dia membelikan pria itu beberapa roti dan sekotak susu. Melihatnya makan dengan lahap, Nayla merasa iba. Dunia ini memang penuh ketidakadilan. Setiap orang punya penderitaannya masing-masing.

Setelah pria itu kenyang, Nayla membelikan pakaian bersih dan membawanya ke penginapan. Saat pria itu mandi di kamar mandi, Nayla duduk di tepi ranjang, menggenggam kartu keluarganya erat-erat.

"Kak, aku sudah selesai mandi." Suara pria itu terdengar.

Nayla menoleh, matanya langsung terbelalak. Pria itu jauh lebih tampan dari bayangannya. Wajahnya seolah-olah dipahat dengan hati-hati, nyaris sempurna.

Tubuhnya tinggi tegap, kulitnya bersih setelah mandi, bahu bidang dengan otot tipis di dada dan lengan, jari-jarinya panjang dan kuat. Jika tidak melihat tatapan kosong di matanya, pria ini tampak seperti seseorang dari keluarga terpandang yang memesona dan sulit didekati.

Sebagai orang yang cukup memedulikan penampilan, Nayla seketika merasa lebih tenang.

Rambut pria itu masih basah, meneteskan air. Dia menatap Nayla dengan malu-malu. "Kak ...."

Nayla tersadar, lalu mulai bertanya, "Kamu tahu namamu siapa?"

Pria itu langsung menjawab, "Kei."

Nayla mengernyit. "Kei .... Masih ingat nama sendiri, berarti nggak benar-benar bodoh. Kamu tahu rumahmu di mana? Siapa keluargamu?"

Kei menggaruk kepalanya, berpikir lama, lalu menggeleng.

Nayla mengambil handuk kering dan mengelap rambutnya. "Kalau kamu bantu Kakak, nanti Kakak bantu kamu cari keluargamu ya?"

Kei mengangguk berulang kali.

Nayla berpikir sejenak, lalu berkata, "Mulai sekarang, namamu Kei Wibisana, umur 27 tahun. Kamu suamiku. Aku Nayla, umur 26 tahun, buka salon kecantikan kecil di kota. Aku istrimu. Sudah ingat?"

Pria itu mengulang pelan, "Istri ...."

Satu jam kemudian, Nayla menggandeng tangan Kei yang kini sudah bersih dan rapi, dan muncul kembali di rumah Keluarga Santika.

Plak! Dua akta nikah dilemparkan ke atas meja, di depan kedua orang tuanya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 50

    Seluruh tubuh Kei menegang. Sambil menggendong Nayla, dia berjalan sampai ke ujung gang, lalu membungkuk untuk mengambil sebuah karung besar yang diletakkan di tanah dan kembali melangkah tanpa berkata apa pun.Dalam pelukannya, perasaan takut di hati Nayla perlahan mereda. "Apa yang kamu bawa itu?" tanyanya pelan."Hadiah," jawab Kei singkat.Nayla penasaran. "Hadiah apa?"Kei tidak menjawab. "Nanti sampai rumah kamu tahu."Senyum muncul di wajah Nayla. "Kamu sekarang sudah bisa jual mahal, ya."Mereka melewati gang gelap, lalu naik ke lantai atas dan membuka pintu rumah. Begitu lampu menyala, keduanya saling berpandangan.Rambut Nayla berantakan, kulit leher, tulang selangka, dan dada bagian atasnya dipenuhi bekas merah. Pemandangan ini membuat Kei tertegun.Nayla sedikit memberontak dan Kei pun segera menurunkannya. Sambil menundukkan kepala, suaranya terdengar dipenuhi rasa bersalah. "Kak, maaf. Kalau aku nggak marah sama kamu, dia nggak akan punya kesempatan buat nyakitin kamu."M

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 49

    Perasaan terhina membeludak dalam hatinya, tetapi Nayla tetap tidak bisa melepaskan diri. Dia terpaksa terus berusaha memukul Joel. "Mau gimana pun hidupku, itu bukan urusanmu! Lepaskan aku, dasar berengsek! Kalau kamu terus begini, aku akan menggugatmu pemerkosaan!"Jalanan ini sangat sepi. Di malam yang panas ini, hampir tidak ada seorang pun yang melewati tempat itu. Nayla berusaha menahan tubuh Joel yang mendesak semakin dekat, rasa putus asa menguasai hatinya.Mana mungkin tenaga wanita bisa menang melawan pria? Tempat duduk Nayla tiba-tiba diturunkan. Tubuhnya yang bersandar di kursi, langsung ditindih oleh Joel."Mana mungkin ada yang mau pinjamkan uang sebanyak itu? Nayla, kamu sepintar itu, kukira kamu sudah mengerti maksudku. Kalau sudah ambil uangku, berarti sudah menyetujui hubungan kita. Kenapa kamu naif sekali?"Joel menahan kedua pergelangan tangan Nayla di atas kepalanya, lalu menatap mangsanya yang tengah meronta di bawahnya."Nayla, aku tahu kamu masih belum bisa mene

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 48

    Nayla melihat Joel semakin lama semakin keterlaluan. Jemarinya yang memegang gelas air perlahan mengepal. Apakah Joel benar-benar sudah sebegitu tinggi hati dan lupa diri sampai berani berbicara sejelas itu? Apakah dia menganggap Nayla ini bodoh?Kalau Nayla sampai menuruti ajakannya, nanti ketika Kei tidak ada dan mereka tinggal di bawah satu atap, siapa yang bisa menjamin Joel tidak akan melakukan hal yang melampaui batas? Sudah terlalu sering Nayla melihat sisi gelap hati manusia seperti itu dan entah mengapa, pikirannya langsung teringat pada Kei yang polos dan jujur.Dia tidak ingin memperpanjang pembicaraan. "Aku sudah selesai makan, aku mau pulang," katanya sambil berdiri.Joel buru-buru ikut berdiri. "Masih banyak makanan belum disentuh, duduk sebentar lagi, ya!"Namun, Nayla tetap bersikap sopan dan tenang. "Aku sudah kenyang. Kamu lanjut saja makan."Setelah berkata demikian, dia berbalik hendak pergi. Dalam hati dia sudah memutuskan, nanti setelah benar-benar berpisah, dia a

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 47

    Saat mencuci mobil, pikiran Kei melayang jauh. Kata-kata menakutkan yang diucapkan Farlan terus terngiang di kepalanya. Ketika menerima telepon dari Nayla, awalnya dia sangat senang. Namun, Nayla berkata dengan dingin, "Kalau kamu nggak pulang hari ini, setelah ini jangan pernah pulang lagi."Ancaman itu membuatnya ragu.Namun, dia kembali teringat ucapan Farlan. Farlan mengatakan bahwa Nayla mau meminjam uang demi mengobatinya karena sangat menyayanginya, Kei pun yakin Nayla tidak mungkin benar-benar meninggalkannya.Dia mengeraskan suaranya, "Kalau kamu nggak kembalikan uang itu, aku nggak akan pulang!"Begitu kata-kata itu dilontarkan, Nayla langsung menutup telepon! Dia melangkah cepat menuju rumah kontrakan, sambil mengomel dengan kesal."Dasar anak nggak tahu terima kasih, susah payah aku rawat malah berani melawan! Nggak mau nurut ya? Oke, mulai sekarang kalau aku masih peduli sama kamu, aku ini binatang! Urusan hidupku sendiri saja belum beres, tapi masih sempat-sempatnya mikir

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 46

    "Masih nggak pulang juga kamu, ya!"Kei bersikeras, "Kalau kamu nggak kembalikan uang itu, aku nggak akan pulang!"Nayla yang mendengar bantahannya langsung naik pitam. "Kalau kamu sudah berpikir seperti itu, mulai hari ini jangan pernah pulang lagi!"Kei terdiam, hatinya mulai ragu.....Setelah melarikan diri dari rumah, Kei berjalan tanpa tujuan di sepanjang jalan raya. Dia masih marah pada Nayla karena bersikap rendah hati di hadapan pria lain dan marah pada dirinya sendiri karena tidak berguna, sampai-sampai membuat Nayla harus menunduk dan meminjam uang dari orang lain demi dirinya.Dia berjongkok di pinggir jalan, meninju kepalanya sendiri dengan tangan. Kenapa dia tidak bisa sembuh saja? Kalau pikirannya bisa normal, semua masalah ini pasti tidak akan ada!Sebuah mobil Maybach hitam berhenti di sampingnya. Dalam pandangannya, muncul sepasang sepatu kulit hitam. Perlahan-lahan, Kei mendongak dan melihat seorang pria berdiri di depannya dengan senyum samar di wajahnya.Farlan men

  • Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!   Bab 45

    Nayla benar-benar marah sampai kehilangan kendali, dia mulai bicara tanpa berpikir panjang, "Kamu itu orang bodoh, bisa dapat uang berapa! Sebulan paling banyak enam atau delapan juta, kamu tahu orang lain sebulan bisa dapat berapa? Kamu cuci mobil seumur hidup pun nggak akan dapat uang sebanyak mereka dalam setahun!"Kei terdiam. Dia sering merasakan dari tatapan dan perkataan orang lain yang berupa penghinaan, ejekan, rasa meremehkan. Dia tahu dirinya berbeda, karena dia memang orang bodoh.Nayla juga sering memanggilnya si bodoh, tetapi tatapan dan nada bicaranya berbeda dengan orang lain. Meskipun Nayla memanggilnya begitu, dia tidak pernah merasa jijik terhadap Kei. Karena itu, kebaikan dari kakaknya terasa sangat berharga bagi dirinya. Namun sekarang, kata-kata Nayla tidak berbeda dengan orang-orang lain.Nayla sudah mulai membencinya. Dia merasa sangat sedih. Dada Kei terasa sakit, perasaan nyeri yang menusuk itu sampai membuatnya ingin berteriak. Nayla menatap Kei yang terdiam

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status