Pov CitraSekali lagi duniaku terasa runtuh mendapat perlakuan memalukan seperti ini, dosa masalalu yang terpaksa ku lakulan kini terpapar kembali didepan orang-orang baru yang beberapa bulan ini ku kenal. Aib terbuka dan aku benar-benar kehilangan muka. Tuhan, apakah aku tak layak hidup tenang meski hanya sekejap?.Kupandangi kebencian yang mendalam dari sorot pandang ibu dari bosku, dan bisik-bisik dari teman kerjaku seakan menambah remuk hati yang memang sudah hancur lebur, begitu menjijikankah aku sekarang didepan mereka?Pak Riyan hanya bisa menatapku iba, benar-benar membuatku terlihat menyedihkan didepannya. Aku melepas tanganku yang sedari tadi menempel dipipi akibat panas dan pedihnya tamparan wanita yang dulu sangat kuhormati. Kuputar punggungku dan segera menghilang dari pandangan mereka, gerimis yang tadi terasa biasa kini berubah menjadi hujan lebat yang seolah ikut mengejekku kali ini. Tamparan demi tamparan rintikan hujan yang menyambar kulit wajahku dan membasahi selur
Beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai di depan rumah mantan mertuaku itu. Aku mencium kedua anak kembarku rasanya begitu kangen padahal beberapa hari lalu saja meninggalkan mereka, sedangkan Zahra sudah berangkat ke sekolah jadi aku belum bertemu dengannya.Pak Andre ikut turun, terlihat sedikit kekecewaan diwajah ayah mertuaku. Harapannya untuk melihatku rujuk dengan anak semata wayangnya pupus sudah. Setelah bersalaman dengan mantan ayah mertuaku Pak Andre menggendong Naura, aneh sekali Naura langsung mau di gendong. Biasanya dia takut dengan orang yang baru pertama ia lihat, sosok penyanyang Pak Andre mungkin membuat anak kecil pun merasa nyaman padanya."Ayah, bolehkah saya membawa anak-anak jalan-jalan dan menginap dengan saya hari ini. Esok saya akan mengantarnya tepat waktu sebelum Zahra pergi ke sekolah." tanyaku pada Ayah mertuaku."Ayah akan berunding dulu dengan Noval, Ayah takut ia akan marah jika Ayah tidak menanyakan hal ini padanya." jawab Ayah mertuaku. Pak And
Pov RiyanSudah berapa hari Citra tak masuk kerja, nomornya juga tidak bisa aku hubungi. Ibu benar-benar sudah keterlaluan mempermalukan Citra sekejam itu di depan orang dan bodohnya kenapa aku tidak bisa melakukan apapun pembelaan untuknya, aku merasa menjadi lelaki tak berguna sekarang."Riyan, buka pintunya sayang!" panggil ibuku dari luar pintu kamar. Pikiran ruwetku membuatku malas beranjak, tapi ibu terus-terusan mengetuk pintu kamarku."Aku lagi gak enak badan Bu, lagi pingin sendiri dulu!" ucapku setelah membuka pintu kamar."Apa kamu masih kepikiran kejadian hari itu? kamu masih menyalahkan ibu?" tanyanya, jelas aku bingung harus menjawab apa, ibuku memang seseorang yang sangat tegas, tidak bisa mentolerir kesalahan siapapun tanpa menyelidiki dulu kebenaran berita yang beredar."Aku malas membahas hal itu lagi, Bu. Hanya saja aku kecewa kenapa ibu bisa memperlakulan pekerja Riyan sekejam itu." jawabku masih dengan unek-unek yang masih bisa kusimpan."Sudahlah, wanita pela*ur
Pov RiyanJam sudah menunjukan pukul 10 malam, sudah saatnya restoran tutup tapi entah kenapa kakiku tidak mau bergerak pulang. Semua karena tekanan ibu tadi siang, aku benar-benar tidak ingin wanita pembuat masalah yang bernama Nita itu menang. Tapi ketika ibu menggunakan penyakitnya untuk mengancamku, aku hanya bisa pasrah tak berani menolak permintaannya.Bukan cuma penyakit asma yang membuatku mengkhawatirkan keadaan ibu, tapi darah tinggi, kolestrol dan jantung. Aku tidak ingin darah tinggi ibu kumat jika membuatnya marah, sungguh aku berada dipilihan yang sulit.Seandainya saja ia tidak muluk-muluk mencari keriteria menantu idaman seperti keinginannya, aku sudah berani membawa Citra kehadapannya, tapi semua pupus sebelum rencanaku berjalan lancar, ibu kadung membenci Citra begitu dalam.Saat semua pekerja ku mulai pulang keadaan restoran sangat sunyi, hanya tertinggal sosok lelaki yang tadi siang membuatku sangat patah hati. Ia menarik kursi didepanku dan mulai membuka obrolan.
Pov RiyanSeperginya Andre cepat-cepat aku menyusul di belakangnya. Aku takut Andre sampai lebih dulu di rumah Citra dan dia mempengaruhi Citra macam-macam.Sebagai saingannya dalam memperebutkan Citra wajar aku punya pikiran negatif tentang dia. Andre dan aku sama-sama mempunyai peluang melakukan cara kotor janji kami sampai di tujuan kami masing-masing.Baru beberapa menit mobilku melaju aku melihat mobil Andre mogok, nasib sedang berpihak padaku ternyata. Aku berhenti sekejap sekedar ingin menggodanya."Kenapa mobilmu, Ndre?" tanyaku dengan senyuman mengejek.Andre tak menjawab hanya menatapku dengan tatapan kebencian."Aku duluan ya Ndre. Citra lagi nungguin aku di rumahnya.""Awas kalau macem-macem sama dia ya, Pak!" teriaknya.Aku tertawa mengejek sambil kembali melajukan mobilku. Lewat kaca spion mobil aku lihat Andre menendang ban mobilnya dengan kasar, mungkin dia sangat frustasi.Perjalanan beberapa jam cukup melelahkan. Hingga akhirnya aku lega telah sampai di kampung Citra
Pov AuthorMalam telah larut. Jam menunjukan pukul satu malam, Citra dan anak-anaknya terlihat pulas tidur. Di luar rumahnya beberapa orang terlihat sedang menyiram bensin untuk membakar rumah Citra.Beberapa orang tersebut memakai penutup kepala. Jadi tak ada yang tahu siapa sebenarnya mereka.Ketika salah satu menyalakan korek api, ada tetangga Citra yang tengah lewat memergoki mereka. Karena buru-buru mereka lalu berlari setelah melemparkan korek itu ke tempat yang sudah mereka siramkan bensin sebelumnya.Tetangga Citra berteriak kebakaran, dia tak bisa mengejar beberapa lelaki yang pergi mengunakan mobil mereka namun dia masih bisa menghapal nomor plat mobil penjahat yang melarikan diri itu.Karena teriakan lelaki tersebut Citra terbangun, dia terkejut melihat api yang mulai membakar rumahnya. Untung api belum terlalu besar hingga dia bisa menyelamatkan anak-anak di bantu warga yang terbangun karena teriakan tetangga Citra."Jahat sekali orang-orang itu. Sabar ya, Cit!" ucap salah
Pesta sederhana pernikahan Citra dan Andre berjalan lancar. Ayah mertua Citra yang sudah mulai menerima kenyataan pahit tentang meninggalnya anaknya ikut menghadiri pernikahan mantan menantunya."Kamu orang baik, sudah sepantasnya dapat orang baik, Nak!" ucap mantan mertua Citra sebelum pamit pulang. Citra melihat kesedihan di wajahnya saat akan meninggalkan cucu-cucunya."Terimakasih Ayah. Ayah orang yang sangat baik. Di saat semua orang membenciku karena ulah Nita, Ayahlah satu-satunya orang yang masih membela dan memperlakukanku dengan baik. Terimakasih Ayah!" ucap Citra."Ayah pamit ya, Nak. Tolong jaga dengan baik cucu-cucu Ayah!"Lelaki tua itu meneteskan airmata saat berpamitan. Citra sangat tak tega melihat mantan mertuanya dengan keadaan sedih seperti itu."Saya sudah menganggap Ayah sebagai Ayah saya sendiri. Maukah Ayah tetap tinggal di sini menemani cucu-cucu Ayah?" tanya Citra. Lelaki tua itu nampak terkejut mendengar permintaan mantan menantunya."Ayah pasti sangat kesep
"Benar ceritamu. Mantan kakak iparmu terlihat sangat baik!" ucap Andre setelah kepergian Abel."Juga sangat cantik kan?" tanya Citra."Iya, dia sangat cantik." balas Andre."Kakak lelakiku yang kurang bersyukur pada akhirnya menyesal telah kehilangan wanita itu. Penyesalan itu mungkin di bawanya sampai terakhir kalinya menghembuskan nafas." ucap Citra dengan sorot kesedihan mengingat nasib tragis kakak lelakinya."Sudah, ah. Gak baik membahas kesalahan orang yang sudah meninggal!"Andre tak mau istrinya larut dalam kesedihan."Iya-iya...! sekarang mending kita langsung masuk saja. Irish pasti sudah menunggu kita dari tadi." ucap Citra. Andre menurut."Irish!" panggil Citra setelah melihat Irish tengah duduk melamun di depan ruangan Ayahnya di rawat."Mbak, kok lama?" tanya Irish sambil mengusap air matanya."Tadi gak sengaja ketemu seseorang. Kamu kenapa nangis?" tanya Citra bingung melihat Irish tak berhenti menangis.Irish belum menjawab dia masih tergugu di depan Citra. Andre yang