Home / Romansa / Suami Perkasa / Imajinasi Fantasi

Share

Imajinasi Fantasi

last update Last Updated: 2025-08-22 14:23:26

---

Laura baru saja masuk kamar, perut buncitnya membuat langkahnya lebih pelan. Tapi pandangannya langsung curiga ketika melihat Farel terengah engah dan buru-buru menyembunyikan sesuatu di bawah bantal.

“Barusan kamu ngapain?” tanya Laura tajam, alisnya mengernyit.

“Enggak… enggak apa-apa,” jawab Farel terlalu cepat. Suaranya terdengar gugup, bahkan resleting celananya belum ditutup.

Laura mendekat, tangannya langsung menarik bantal itu. Matanya membelalak. Di sana ada foto seksi Sukma yang sudah lusuh, dan sepotong pakaian dalam yang bukan miliknya.

“Astaga, Farel…” suara Laura pecah, penuh isak. “Aku ini hamil anakmu… dan kamu masih aja berfantasi sama dia? Bahkan setelah dia gak ada?”

Farel menunduk, wajahnya merah padam. “Laura… aku cuma—lebih baik gini daripada aku cari perempuan di luar. Aku nggak mau selingkuh, aku masih di rumah ini, sama kamu.”

Laura ternganga tak percaya. Air matanya jatuh deras. “Lebih baik?! Kamu sadar nggak apa yang kamu bilang? Sukma ud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Perkasa   Kalian Ngapain

    ---Rasanya panas banget. Edgar yang habis sparing, kemeja setengah basah oleh keringat. Begitu masuk ruang tamu, ia langsung duduk di sofa, menghela napas panjang.“Panas banget… tenggorokan kering,” gumamnya pelan sambil menyandarkan kepala.Dari dapur, Mariana yang lagi naruh gelas langsung nengok.“Kasihan amat, bentar ya! Aku ambilin minum!”Ia buru-buru ambil sebotol soda melon dingin dari kulkas. Karena terbiasa “mengocok” matcha biar rata, tangannya refleks menggoyang botol itu pelan—lalu makin semangat.Edgar yang melihat dari jauh sempat mengernyit.“Mar, itu jangan—”POP!Terlambat. Tutup botolnya meloncat dan soda menyembur ke udara kayak air mancur mini.Mariana menjerit kecil. “Aaaa—ya ampun! Aku nggak sengaja!”Soda muncrat ke meja, lantai, dan ke baju Edgar yang cuma bisa tertegun dengan wajah setengah geli, setengah pasrah.“Aduh aku kebiasaan ngocok…” Mariana bersuara pelan, matanya memohon ampun.Edgar menghela napas, tapi sudut bibirnya terangkat.“Kamu tuh, kebias

  • Suami Perkasa   Kakak Ipar

    Edgar duduk di ujung meja makan panjang yang entah kenapa terasa kayak meja interogasi KPK.Di depannya, Mas Carlos masih dengan ekspresi dingin—walau sesekali melirik ke arah pipi lebam Edgar yang sudah dikompres es batu.Mariana duduk di samping Edgar, terus menatapnya cemas.Setiap kali Edgar mau ngambil lauk, Mariana buru-buru nyodorin sendok, “Udah aku ambilin aja, kamu jangan gerak banyak.”Sementara Carlos hanya berdehem pelan. “Dia masih punya tangan, kan?”“Mas!” Mariana melotot.“Ya kan cuma nanya,” jawab Carlos santai sambil menambahkan sambal ke nasinya.Edgar tersenyum kaku. “Gak apa-apa kok, Mariana. Aku kuat. Cuma… tangan kanan agak lupa caranya ngangkat sendok.”Carlos menahan tawa, tapi suaranya ketahuan juga keluar sedikit.“Baguslah, berarti tinjuku masih ampuh.”Mariana mendengus, “Mas Carlos!”Di tengah ketegangan ringan itu, suara lembut seorang wanita terdengar dari arah dapur.“Carlos, kamu jangan ganggu mereka terus, dong.”Semua menoleh.Masuklah seorang pere

  • Suami Perkasa   Jaga Adikku

    Pagi itu, langit agak mendung — pertanda baik kalau kamu mau tidur lagi, tapi pertanda buruk kalau kamu berniat datang ke rumah orang yang gak suka kamu. Edgar berdiri di depan mansion Mariana dengan napas setengah gugup, setengah yakin hidupnya bakal tamat hari ini. Kemarin, Mariana bilang, > “Besok kamu ketemu kakakku, ya. Namanya Mas Carlos. Tapi tenang, dia cuma mau kenalan.” Kata “cuma kenalan” dari Mariana ternyata punya makna lain. Karena begitu sampai di halaman, Edgar langsung disambut pemandangan tak biasa: Mas Carlos berdiri di tengah taman belakang… pakai celana pendek tinju, tangan bersarung, dan di sebelahnya ada pelatih Muay Thai beneran. --- “Mas… Carlos?” suara Edgar lirih, setengah berharap ini prank. Carlos menatapnya dengan senyum tipis yang lebih menakutkan daripada marah. “Kamu yang namanya Edgar?” “I-iya, Mas.” Carlos menepuk-nepuk sarung tinjunya. “Katanya kamu dulu nolak adikku waktu dia masih nyamar jadi pembantu dirumahmu?” Edgar keringat dingin

  • Suami Perkasa   Senyum Edgar

    Begitu Mariana menyerahkan secarik kertas berisi alamat rumahnya, Edgar langsung tersenyum. Tangannya gemetar, tapi hatinya berteriak: Yes! Dikasih alamat rumah! Ini kode keras banget! Ia sama sekali tidak sadar kalau Mariana cuma berkata datar, > “Datang aja kalau mau ngomong lebih jelas.” Namun di kepala Edgar, kalimat itu berubah jadi, > “Datanglah… dan lamar aku.” --- Sepanjang perjalanan pulang, Edgar tak berhenti nyengir sendiri di kursi belakang taksi online. Supirnya sampai beberapa kali melirik lewat spion, curiga penumpang satu ini baru saja menang undian rumah dan mobil sekaligus. “Pak, kelihatannya lagi senang banget, ya?” tanya sang supir. “Banget. Besok mungkin saya bakal lamaran,” jawab Edgar dengan senyum tak henti. “Wah, selamat, Pak! Calonnya cantik?” “Cantik banget. Kaya raya juga. Tapi lagi marah.” Supir itu melirik sebentar, heran. “Lho, terus kenapa malah senang?” “Makanya saya besok akan bawa cokelat, bunga, dan niat suci.” Supir menghela napas,

  • Suami Perkasa   Hati Yang Kuat

    Sudah tiga hari sejak Mariana meninggalkan kamar rumah sakit itu. Edgar sudah pulih, setidaknya secara fisik. Tapi setiap kali malam datang, ia menatap plafon dan mengulang kalimat terakhir Mariana: > “Kalau aku mau hidup yang nyata, aku harus mulai dari cinta yang nyata juga.” Cinta nyata, pikir Edgar, seharusnya membuat hati ringan. Tapi kenapa malah terasa berat. --- Pagi itu, setelah dokter menyatakan ia boleh pulang, Edgar langsung bersiap. Kemeja putih, celana abu-abu, rambut disisir asal tapi wajah tetap segar—setidaknya cukup layak untuk muncul di hadapan seorang Mariana, pewaris perusahaan tambang emas terbesar di kota. Di tangannya, ia membawa sebuket bunga lili putih—bunga favorit Mariana, yang dulu sering ia beli tiap kali perempuan itu berhasil menenangkan hatinya. > “Oke, Edgar. Hari ini lo bukan pasien, lo pejuang cinta.” Ia bicara pada bayangan di cermin rumah sakit, mencoba tersenyum walau matanya jelas gugup. --- Kantor Mariana berdiri megah di tengah kota

  • Suami Perkasa   Kamu Datang

    Kabar Edgar sakit cepat menyebar di seluruh apartemen. Bu Rini menjadi sumber berita paling cepat sekaligus paling berisik. “Saya tuh udah feeling dari awal,” katanya di depan apartemen, dengan nada bangga seperti wartawan infotainment. “Cowok yang suka bengong depan balkon jam dua pagi tuh pasti lagi galau berat.” Para ibu-ibu lain langsung menimpali. “Aduh, kasihan ya. Ganteng-ganteng rapuh.” “Salah sendiri, kan kita udah tau dari dulu mereka tuh… ya, suka melakukan aktivitas dewasa,” celetuk yang lain sambil menahan tawa. “Si Marni sama Edgar, itu lho. Dulu tiap malam lampunya mati jam delapan tapi listrik tagihan naik.” Lift langsung hening dua detik sebelum pecah lagi oleh tawa. “Eh tapi denger-denger, Marni-nya kabur loh!” “Iya, katanya mau nikah sama juragan kerbau dari kampung,gosipnya si mukanya kayak dompet tapi tajir itu.Salah sendiri Edgar gak siap nikahin Marni.” “Pantes Edgar pingsan. Mungkin bayangin Marni disayang orang lain sambil ngasih makan sapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status