Share

Suami Pilihan Anakku
Suami Pilihan Anakku
Author: QueenZha

BAB 01 Ayah pilihan Arka

Seorang wanita muda berparas cantik dan bertubuh sexy tengah sibuk berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Usianya masih belum menginjak kepala tiga. Namun, siapa sangka jika dia sudah berstatus janda beranak satu. Meski demikian, Aluna dikenal sebagai seorang wanita karier yang cukup mapan. Banyak pria yang tertarik dengannya.

“Permisi Bu Luna?”

Luna mendongak, ditatapnya perempuan yang berjalan ke arahnya.

“Maaf Bu, Mama bu Luna datang berkunjung,” ucap sang asisten.

“Mama?” beo Luna yang diikuti anggukan sang asisten.

Luna pun bergegas bangkit dan merapikan berkas-berkasnya. “Suruh masuk!” 

“Baik Bu!”

Segera Luna berpindah posisi duduk di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan, sembari menunggu kedatangan Mamanya.

Ceklek!

“Tumben Mama datang ke kantor?” tanya Luna begitu sang Ibu masuk. Namun, tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, Ratna justru langsung menduduki sofa panjang yang juga ditempati oleh Luna.

“Aku gak mau dengar kalau mama membahas soal nikah,” ucap Luna cepat.

“Lun! Ini sudah saatnya bagi kamu untuk mencari Ayah bagi Arka, dia sudah besar dan membutuhkan figur seorang Ayah.”

“Ma, Luna sudah mencarikan ayah untuk Arka. Tapi apa yang terjadi? Mama justru menentang pilihanku,” sergah Luna dengan wajah masam.

Ratna mendengus. Entah sudah ke berapa kalinya, dia berdebat dengan putrinya. Ratna memang selalu menuntut Luna untuk segera menikah, tetapi ia tidak setuju dengan lelaki pilihan anaknya itu.

“Kamu tahu sendiri kan kalau Indra dan kita berbeda, bagaimana bisa mama menyetujui hubungan kalian? Lagian, di luar sana masih banyak lelaki yang jauh lebih baik daripada Indra.”

Deg!

Mendengar ucapan Ratna, hati Luna berdenyut sakit mendengar ucapan Ibu kandungnya yang cukup menyayat hati. Darahnya ikut mendidih saat nama sang kekasih disebut dan direndahkan oleh ibu kandungnya.

“Mama! Berhenti menjelek-jelekkan Indra, sampai kapan pun Luna gak akan pernah sudi untuk menikah jika bukan dengan Indra!” ucap Luna berapi-api.

“Lun! Dengarkan Mama dulu,” ucap sang Ibu tegas, “Arka terus-menerus merengek meminta Ayah.” 

Luna menatap Ibunya dan menghela napas panjang begitu anaknya dibawa dalam pembicaraan ini. “Tolong beri Luna waktu untuk memikirkan semua ini, ma. Hati Luna gak akan bisa berpaling dari Indra. Lalu, bagaimana Luna bisa menikah dengan orang lain?”

Ditatapnya nanar sang Ibu, bahkan air matanya hampir menetes. Namun, berhasil ditahannya.

Melihat respons sang putri, Ratna gegas bangkit dari duduknya. Hanya saja, langkahnya terhenti sebelum membuka pintu. “Luna, sebenarnya, Arka sudah memilih sendiri siapa Ayah yang dia inginkan.”

Mata Luna sontak membulat. “Apa?! Siapa dia?” tanya Luna.

“Arka sendiri yang akan mengatakannya padamu nanti.”

Setelah mengatakan ucapan penuh teka-teki itu, Ratna lalu melanjutkan langkahnya, hingga tubuhnya benar-benar menghilang dari pandangan Luna.

Wanita beranak satu itu sontak merasakan kepalanya berdenyut sakit. Segera ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan tangan yang memijit kening. 

Tok

Tok

Tok

Baru saja Luna memejamkan mata sejenak, suara ketukan pitnu membuatnya tersadar. Segera, ia membuka kedua matanya.

“Masuk!” seru Luna lantang.

Sesosok tubuh mungil masuk ke ruangannya membuat Luna cukup terkejut. 

“Arka?” ucap Luna. Sungguh, ia tak tahu apakah 
putranya baru saja datang sendiri ke ruangannya, atau memang dia sudah berada di kantornya bersama neneknya sejak tadi?

“Mama,” teriak Arka sembari berlari.

“Sayang, tumben kok datangnya sendiri?”

Luna duduk berjongkok menyamakan tingginya dengan Arka.

Tangan Luna mengelus kepala Arka lalu turun memegang kedua bahunya.

“Em ..., Arka mau ngomong sesuatu sama mama,” ujar Arka.

Luna menarik tubuh Arka dan menggendongnya lalu mendudukkannya di sofa yang sebelumnya dia duduki.

“Jadi, arka mau ngomong apa hem?” tanya Luna

“Tapi, mama janji ya jangan marah sama Arka kalau Arka ngomong jujur,” pinta Arka

Luna menggeleng sebagai jawaban, bibirnya tersenyum tipis dengan mata yang menatap teduh.

“Arka ingin punya Ayah Ma,” cicit Arka.

Luna segera menghela napas panjang. Ternyata, apa yang dikatakan Ibunya memang benar. Sekarang, Arka mengatakan sendiri apa yang menjadi keinginannya.

Meski Luna tengah merasa pusing dengan pertanyaan Arka, tetapi dia tidak boleh menunjukkannya pada Arka.

“Oh, jadi Arka mau punya Ayah, ya? Kalau Mama carikan Ayah baru, apa Arka akan setuju?” tanya Luna pada akhirnya.

Arka tampak berpikir sejenak sebelum membalas ucapan Mamanya.

“Tetapi, Arka gak mau kalau Mama menikah sama Om Indra," ujar Arka, "Om indra gak sayang sama Arka.”

Wajah anak Luna itu seketika murung membuat Luna terkejut setengah mati.

Bagaimana Arka bisa mengatakan hal seperti itu?

Padahal, Indra selalu bersikap baik pada Arka. Atau ... jangan-jangan Mamanya yang sudah menghasut Arka agar tidak menyetujui hubunganku dengan Indra?

Luna diam-diam menarik napas panjang sebelum akhirnya bertanya, “Jadi, Arka maunya bagimana? Bukannya tadi Arka sendiri yang bilang kalau mau punya Ayah?”

“Arka sudah punya calon Ayah sendiri,” jawab Arka.

Hah? Luna terbengong.

Mendengar jawaban dari Arka, dia tak habis pikir dengan isi pikiran putranya yang masih kecil. Sepertinya, ucapan sang ibu benar.

Apakah Arka diam-diam menawarkan dirinya pada Papa teman-temannya di sekolah?

'Semoga saja itu tidak benar,' batin Luna panik.

“Siapa orang itu, Nak?”

“Mama mau bertemu sama dia? Sebentar biar Arka panggilkan,” tawar Arka

Arka beranjak dari duduknya dengan penuh semangat membuat Luna panik. 

“Tunggu! Jadi Kamu ke kantor Mama sama siapa?” cegah Luna.

“Sama Nenek, tadi sepulang sekolah Arka ngajak nenek untuk ke kantor Mama,” jawab Arka.

Bukannya rasa penasaran Luna terobati, namun kepalanya justru terasa semakin pusing memikirkan ucapan Arka.

“Tadi Arka mau panggil seseorang kan? Apa orang yang mau Arka kenalkan sama Mama ada di sini juga?”

“Iya Ma, lagi nunggu di depan pintu. Arka panggilkan sebentar, biar Mama gak penasaran,” ucap Arka disertai cengiran.

Sepertinya Luna harus mengikuti ucapan Arka daripada dia penasaran setengah mati.

Ceklek!

“Om, ayok masuk! Mama sudah nunggu di dalam.”

Samar-samar, Luna masih mendengar ucapan Arka sedang berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka.

Luna yang sudah merasa penasaran setengah mati merasa tidak sabar jika harus menunggu Arka mengobrol dengan orang yang ditunggunya.

Tanpa membuang waktu lagi, Luna beranjak dari duduknya lalu melangkah menghampiri Arka. Luna menarik daun pintu hingga membuatnya terbuka dengan sempurna.

Wajah Luna menegang seketika saat melihat siapa sosok yang sedang berbicara dengan Arka.

Digelengkan kepalanya berulang kali, mencoba menyangkal kenyataan di hadapannya.

Bila saja tidak ada Arka, Luna pasti sudah akan meledak.

“Kamu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status