Share

Bab 13

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-30 22:02:27

Masih seperti habis pulang dari kantor tadi, aku keluar menemui Mas Edgar yang duduk tenang di ruang tamu rumah orangtuaku.

Wajahku masih berminyak, rambutku agak berantakan karena mengendarai motor sepulang dari kantor.

Meski aku tahu tamuku itu ingin semua hal nampak rapi, apik dan anggun, termasuk penampilan orang, tapi aku tidak peduli.

Kenapa juga aku harus tampil sesuai yang disukainya? Memangnya dia siapa?

Sembari berpikir seperti itu, aku menyalaminya. "Apa kabar, Mas?"

"Aku biasa-biasa aja," jawabnya datar.

"Kapan datang dari Jakarta?"

"Kemarin pagi. Kebetulan ada urusan pekerjaan di sini tapi udah selesai tadi pagi. Sekarang aku mampir kesini karena ada hal yang ingin aku sampaikan."

"Apa itu, Mas?"

"Kita ngobrolnya di restoran luar aja. Gimana? Mau, kan?"

"Aku capek, Mas. Aku mau istirahat."

"Tapi udah makan malam belum?"

"Belum." Aku menjawab apa adanya.

"Gak lapar?"

"Ya lapar... tapi jujur aja kalau yang ingin aku lakuin sekarang itu mandi dengan air hangat, makan, habi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 87

    "Sebenarnya aku cukup syok mendengarnya, Julia. Banyak hal yang selama ini Nadya pendam dariku," kataku sambil memainkan ujung bajuku dengan satu tangan. "Tapi apapun itu, aku gak masalah selama dia tenang dan bahagia. Lalu bagaimana dengan progres penyembuhannya?" tanyaku."Rasa trauma yang dirasakan Nadya kemarin sudah hampir seluruhnya hilang, Nara. Daniel cukup kooperatif dalam membantu dan menemani masa penyembuhan Nadya. Mungkin itu yang membuat Nadya yakin kalau Daniel memang tulus padanya dan memutuskan untuk membiarkan Daniel terus ada di sisinya," kata Julia."Benar begitu? Kalau iya, aku benar-benar lega, Jul. Itu berarti Daniel memang tanggung jawab dan Nadya tidak lagi merasa trauma. Terus kata Mas Baskara, dia akan menikahkan Nadya dan Daniel. Bagaimana menurutmu, Julia?""Kalau kulihat-lihat, sepertinya Nadya gak merasa terbebani dengan saran masmu.""Berarti menurutmu oke-oke saja?" Entah kenapa aku masih merasa berat untuk menikahkan Nadya. Dari apa

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 86

    Hari-hariku semakin berwarna karena setiap hari memakan masakan ibu yang sudah lama tidak aku rasakan. Kulihat wajahnya juga semakin ceria sejak sering berkutat dalam dapur bersama Mbok Sum dan lainnya.Memang, sejak dulu ibu paling suka memasak dan berkutat di dapur sampai kesenangan ibu itu bisa membuatnya sukses membuka restoran. Tapi karena faktor usia, akhirnya restoran di Solo ibu jual dan yang meneruskan bakat ibu adalah Mas Baskara.Sayangnya Mas Baskara harus gulung tikar karena ditipu seorang teman. Tapi aku yakin sebentar lagi Mas Baskara akan bangkit kembali setelah semua masalah terselesaikan karena jiwanya menjadi pebisnis.Sebelum sarapan, aku duduk di ruang tamu sambil santai menunggu ibu dan yang lain sedang mempersiapkan makanan.Saat aku sedang fokus menonton televisi, ponselku yang ada di atas meja berdering panjang. Aku mengecek di layar, itu panggilan dari Mas Baskara. Akhirnya dia menghubungiku setelah beberapa hari tidak ada kabar. Aku sangat

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 85

    Aku sudah berjanji pada ibu untuk tidak nangis atau syok saat mendengar penjelasan dokter tentang penyakit ibu. Tapi kenyataannya, saat hari datang dan aku menemani ibu menemui dokter untuk memeriksakan keadaannya, kedua lututku lemas dan sekujur tubuhku bergetar.Mati-matian aku berusaha menahan air mata karena teringat janjiku padanya.Dokter bilang kalau sel kanker ibu sudah ganas, sudah menjalar ke seluruh organ vital yang membuat kemungkinan ibu untuk sembuh semakin mengecil.Sepanjang perjalanan pulang aku hanya terdiam sambil menahan agar air mata tak lekas keluar, otakku sibuk memikirkan segala hal. Begitupun dengan ibu. Sepertinya ibupun juga sama terkejutnya dengan aku. Baru sesampainya di rumah dan masuk kamar, air mataku langsung luruh dan aku terduduk di depan pintu dengan putus asa.Aku teringat saat hendak keluar, dokter berkata padaku, "Usia ibumu mungkin tidak akan lagi lama, daripada menyuruhnya melakukan kemoterapi dan pengobatan menyiksa lai

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 84

    Ibu merapikan anak rambut yang berantakan dan menempel di keningku yang berkeringat. "Ibuk gak mau kamu dan dua masmu khawatir. Kalian udah berumah tangga dan sibuk dengan urusan kalian masing-masing. Tapi... karena Baskara ada masalah dengan istrinya, ibuk jadi kepikiran untuk bicara terus terang saja denganmu. Ibuk-""Dari tadi ibuk bilang Mas Baskara ada masalah sama rumah tangganya. Sebenarnya masalah mereka apa sampai ibuk khawatir begini?" tanyaku memotong ucapan ibu."Masmu itu ditipu oleh kawannya ratusan juta yang membuat usahanya bangkrut. Dia sampai harus hutang ke banyak rentenir yang membuatnya hampir setiap hari diteror oleh debt kolektor. Karena masalah ekonomi itu, mbak iparmu, Zahra, selingkuh dan pergi dengan membawa kedua anaknya."Mendengar ucapan ibu, aku sampai melepas diri dari pelukannya untuk menatap wajahnya dengan terkejut. "Yang benar, Buk?""Beneran, Nduk. Untuk apa ibuk bohong?""Terus kenapa selama ini Mas Baskara diam aja?" "K

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 83

    Rupanya apa yang dimaksud oleh Mas Baskara itu dengan mendatangi Daniel langsung ke Solo. Dia ingin mengetahui cerita dari Daniel dan Nadya secara langsung, baru memutuskan apa yang akan dia lakukan nantinya."Hatiku gak akan tenang kalau belum ketemu Nadya dulu. Jadi besok aku akan terbang ke Solo untuk menemuinya. Setelah itu baru aku bisa menentukan langkah apa yang akan aku ambil untuk kebaikannya nanti," katanya yang akhirnya kusetujui begitu juga dengan ibu.Jadi keesokannya-- tepatnya pagi-pagi sekali setelah matahari baru saja terbit, Mas Baskara langsung berangkat menuju Bandara. Aku tidak menghalangi langkahnya karena menurutku dia memang harus mengetahui cerita yang sebenarnya dari Daniel maupun Nadya.Aku hanya memberi pesan, "Nanti tolong jangan paksakan Nadya kalau seumpama dia belum siap untuk cerita, Mas. Dia mungkin masih trauma." Mas Baskara hanya mengangguk.Sedang Ibu berulang kali memperingatkan, "Ingat, Bas, apapun ceritanya nanti, kamu jangan e

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 82

    Mendengar ucapan Mas Baskara, amarahku jadi ikut naik ke ubun-ubun. Aku pun berdiri dan menatapnya nyalang, "Terus kamu maunya aku gimana, Mas? Kamu mau aku yang lagi hamil ini mukulin anak orang sampai babak belur? Iya?" Aku menaikkan daguku, tak ingin kalah dari Mas Baskara.Semasa kecil kami memang sering bertengkar, tapi hanya hal-hal sepele saja, bukan perkara berat seperti sekarang. Itupun dengan cepat kami bisa baikan. Tapi entah kenapa ucapan Mas Baskara kali ini benar-benar keterlaluan hingga membuatku kesal setengah mati.Rahang Mas Baskara terlihat semakin mengeras dan kedua sudut bibirnya berdenyut-denyut. Tapi intonasi suaranya tidak lagi sebesar tadi. "Bukannya gitu. Aku cuma kepengen kamu berbuat rasional, Nara. Daniel udah merenggut masa depannya Nadya. Jadi dia harus bertanggung jawab sebagaimana mestinya.""Aku kan udah bilang kalau Daniel ini udah cukup bertanggung jawab atas kesalahannya pada Nadya, Mas. Dia udah menunjukkan rasa bersalah dan dia memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status