Share

Pewaris Yang Menghilang

Selalu, lagi dan lagi Fazar dipaksa untuk menerima perlakuan kejam Amanda yang memperbudaknya. Di pesta ulang tahun Marvel hari ini ia diminta ikut bantu-bantu membagikan minuman pada para tamu undangan.

"Eh, lihat bukannya pria itu suami pertamanya Amanda?!"

Bisikan dari seorang tamu menyapa indera pendengaran. Mau tak mau, Fazar pun ikut mencuri dengar. Ia ingin tahu apa tanggapan orang banyak tentang tindakan menjijikkan istrinya.

Kasus POLIGAMI memang sudah biasa. Namun, POLIANDRI itu luar biasa.

Luar biasa GILA lebih tepatnya!

"Iya. Itu Fazar suami sahnya Amanda."

Wanita lain yang tak diketahui namanya ikut berghibah ria. Memang meski berbisik, tetapi suara mereka terlalu keras seakan-akan disengaja untuk didengar banyak orang.

"Kok, dia mau ya di Poliandri? Apa harga dirinya sebagai lelaki sudah menumpul?"

"Hehe... maklumi saja Amanda-kan wanita karir mapan. Sedangkan dia cuman pegawai bengkel."

"Hm ... Iya juga sih. Apalagi kudengar suami barunya juga punya jabatan baik. Dia sangat tampan dan berwibawa."

"Benar sekali. Tidak seperti suami pertamanya yang dekil macam gembel."

Mendengar hinaan para wanita itu, Fazar menahan diri untuk tidak melabrak mereka, ia memutuskan untuk berpokus dalam pekerjaannya sebagai pelayan ini. Namun, saat sudah hampir dekat di tempat tujuan, Fazar tejatuh. Semua minuman yang ada di tangannya berserakan di lantai. Parahnya hal itu mengenai gaun pesta Amanda.

Fazar yang tidak menyadari hal itu, memilih melihat ke arah belakang. Ia merasa tadi ada yang menyandung kakinya. Namun, tak menemukan siapa-siapa selain para tamu yang tertawa mengejek.

Di sisi lain Amanda yang merasa dipermalukan menatap geram suami pertamanya. Sedangkan Amanda lalu mengguyur kepala sang suami dengan minuman. Merasakan kepalanya basah kuyup, Fazar menengadah untuk mendapati raut murka istrinya.

"Dasar tidak tahu diri! Sudah untung tidak kuceraikan malah merusak pesta suamiku," marah Amanda.

"Kamu dendam padaku? Marah karena aku tidak lagi mau sekamar denganmu?!"

Fazar tertunduk dalam posisi amat menyedihkan, mengabaikan segala rentetan pertanyaan dan makian Amanda. Rasanya untuk berdiri saja kaki Fazar terasa lemas oleh emosi yang kian memuncak.

Hatinya benar-benar remuk redam.

"Kalau iya. Jangan seperti ini, dong. Kan bisa dibicarakan baik-baik. Jangan balas dendam sama gaunku," maki Amanda mengibas-ngibas gaun mewahnya.

Fazar masih diam.

"Ini, tuh, kualitas impor. Kamu tidak akan sanggup membelinya, Mas."

Deg!

Fazar menengadah dan menatap tajam Amanda, ia merasa diremehkan.

Dipermalukan!

Harga dirinya diinjak-injak.

"Apa?" tantang Amanda sengit. "Memang itu kenyataan, 'kan?"

"Tolonglah sadar diri. Sudah untung aku tidak mengusirmu dari rumah ini demi anak-anak kita. Tapi lihat kelakuanmu ...." Amanda menjeda.

"... Mungkin lebih baik kubuang saja kamu ke tong sampah. Sama seperti ibumu yang pemulung itu."

Deg!

Fazar bangkit berdiri dan berjalan perlahan mendekati Amanda dengan kepala tertunduk.

"Jangan mencoba mendekatiku. Kamu kotor! Bau!" hardik Amanda yang membuat langkah kaki Fazar mendadak terhenti. Ia pun menyibak sedikit poni rambutnya.

"Jadi begitu, ya? Kamu mau membuangku, Amanda Sayang?"

Deg!

Seketika suasana menjadi hening melihat wajah putih bersih Fazar yang terekspos. Sebab biasanya pria itu menutupi sebagian besar wajahnya dengan rambut.

Cup ... tanpa peringatan Fazar mengecup pipi Amanda sekilas dan berbisik lirih.

"Dengan senang hati, Sayang. Aku akan kembali ke TEMPAT ASALKU BERADA!""

Setelahnya Fazar pergi begitu saja meninggalkan sang istri yang tertegun di tempat.

"Apa itu? Mas Fazar ...."

***

Setelah dipermalukan di depan semua orang. Fazar berlari menuju jalanan kota. Tidak memedulikan kedua kakinya yang meronta meminta diistirahatkan. Dalam pikiran pria itu tertanam bahwa dirinya harus segera menemui seseorang.

Setelah berlari selama berjam-jam sampailah Fazar di sebuah bangunan mewah dan megah. Gedung perusahaan besar yang bertulisan kata "Exco".

"Sudah lama aku tidak pergi ke tempat ini," gumam Fazar melihat gedung di depannya yang bersinar terang.

"Semoga saja DIA ada di sini. Aku malas jika harus ke rumah itu."

Setelah berharap demikian, Fazar melangkahkan kaki menuju pintu masuk gedung yang terlihat transparan. Baru saja sampai di meja resepsionis, langkahnya terhalang oleh seorang wanita.

"Maaf, anda siapa, ya?" tanya wanita itu sopan. Dari name tag yang dipakainya bertuliskan MUTIARA SENJA.

Fazar menatap datar wanita itu dan membalas, "Pertemukan aku dengan Kaiden!"

"Hah?"

"Kenapa? Kamu tuli?!" maki Fazar dengan suara meninggi.

"Sudah kubilang! Pertemukan aku dengan CEO perusahaan ini! Segera."

Fazar merasa gemas, ia tidak memiliki waktu untuk main-main. Apalagi menghadapi pegawai baru seperti wanita di depannya ini.

Senja menarik napas. "Maaf, Pak! Tapi jika yang anda maksud adalah CEO perusahaan kami. Maaf, anda tidak bisa menemuinya."

"...."

"Sebaiknya anda keluar. Sebelum saya memanggil pihak security untuk menyeret anda pergi," ancam Senja.

Fazar menengadah menatap tajam mata Senja yang tersentak. "Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?"

"Memang kenapa?" Alih-alih menjawab pertanyan Fazar, Senja balik bertanya menantang.

"Saya bekerja berapa lama pun itu bukan urusan anda. Security, ayo cepat kemari!"

Senja berteriak memanggil-manggil para satpam yang berjaga di posnya masing-masing.

"Ada apa, Bu?" tanya salah satu satpam.

"Tolong, seret pria ini keluar! Dia membuat keributan," adu Senja menunjuk Fazar yang tertunduk.

"Baik, Bu."

Ketiga satpam menjawab bersamaan lalu menangkap tubuh Fazar yang tidak memberontak sama sekali. Namun, saat akan diseret menuju pintu keluar, ia berteriak kesetanan.

"Lepaskan aku, Sialan! Di manapun kalian selalu merendahkanku, ya?!" sinis Fazar memicu tanda tanya besar untuk mereka yang mendengarnya.

"Ada apa ini?"

Baru saja Fazar akan memberi pukulan pada salah satu satpam, suara bernada berat dan tegas menghentikannya. Ia menoleh untuk mendapati sang CEO berdiri angkuh dengan sekretarisnya. Mereka terbelalak ketika beradu pandang dengannya.

"Hooo ... siapa ini yang datang. Tamu yang sangat istimewa," seringai sang CEO sumringah.

"Maaf, Pak. Kami sudah berusaha mencegahnya masuk tapi____"

"Tidak apa-apa. Dia adikku," potong CEO itu cepat.

"APA?" Bukan hanya Senja yang terkejut, tetapi para satpam pun bergegas melepaskan pegangan tangan mereka dari Fazar.

"Maaf, Pak. Kami tidak tahu bahwa dia ini adik anda. Tolong, jangan pecat kami," mohon Pemimpin Satpam.

"Hahaha ... tidak apa. Toh, adikku tidak terluka. Bukan begitu, Naren?"

Fazar berdecih. Jika bukan karena ingin membalas dendam pada sang istri, ia tidak akan pernah mau lagi berhadapan dengan sosok pria ini. Orang yang menjadi pemimpin sementara Exco Group.

Perusahaan besar yang memilki cabang sampai mancanegara. Bahkan di Indonesia sendiri memiliki lima cabang. Salah satunya adalah Exco Compeny yang merupakan perusahaan pusat tempat Amanda dan Marvel bekerja.

Siapa lagi kalau bukan Anthony Kaiden, kakak tiri Fazar yang tak lain adalah Fazar Exco Narendra.

Putra bungsu dari keluarga Exco Group yang menghilang.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status