Putus asa lantaran sang kekasih tidak datang di hari pernikahan, Seyra nekat menunjuk seorang tamu untuk menjadi pengantin prianya. Tamu tersebut adalah Regan__ seorang satpam di tempat kerja Seyra. Tindakan gegabahnya, membuat segelintir orang menghinanya, termasuk ayah, ibu tiri dan kakak tirinya. Akan tetapi siapa sangka, orang yang mereka hina dan disangka satpam ternyata seorang bos besar dan salah satu orang berpengaruh di kota itu.
View MoreSeyra menggeleng tak percaya, tidak menyangka jika Tania begitu licik dan manipulatif. Dia tahu tujuan Tania melakukan itu, agar dia dianggap korban dan mendapat simpatik dari semua orang. Sedangkan Seyra, agar terlihat buruk seperti seorang penjahat."Apa yang terjadi di sini?" tanya Aldo sambil menatap Seyra dan Tania secara bergantian.Tania mendekat, meraih lengan Aldo. Dia memasang wajah teraniaya dan menunjuk Seyra. "Aldo, dia menamparku. Padahal aku tidak membuat kesalahan," adunya sambil meremas-remas pipinya yang seolah terasa sakit akibat tamparan Seyra.Tatapan tajam Aldo kini fokus pada Seyra. "Kenapa kamu menampar Tania, Seyra? Apa tujuanmu?"Suara Aldo terdengar keras, tegas dan memojokkan, seakan-akan Seyra memanglah bersalah. Beberapa tamu mulai berbisik-bisik membicarakan mereka, hingga berbagai asumsi kini mulai muncul menghangatkan topik pembicaraan mereka."Jika kamu hanya ingin mencari keributan, di sini bukan tempatnya," tambah Aldo, setelah terdiam beberapa deti
"Aku sudah lelah, Regan. Bisakah kita berhenti?" Suara Seyra terdengar lemah dan memohon. Dia tidak ingin besok tidak bisa berjalan gara-gara pria itu mengurungnya seharian di kamar.Regan memandangi wajah cantik Seyra, lalu tangannya terangkat untuk mengusap keringat di wajah istrinya yang hampir mengering. "Baiklah. Aku nggak akan memaksamu."Terdengar hembusan napas lega dari mulut Seyra. Namun itu tak bertahan lama saat Regan kembali bersuara. "Sebagai gantinya, nanti malam tambah durasinya."Seyra melotot tak percaya. Tangan di bawah selimut mencari-cari perut Regan untuk dicubitnya. Namun tangan Regan yang berada di bawah selimut justru menangkap tangannya dan meremasnya pelan, merasakan kelembutan kulit tangan Seyra di bawah sentuhannya. Sedikit berkeringat dan lengket, namun tidak masalah. Dia justru menyukainya dan semakin menggenggam erat tangan mungil itu di dalam telapak tangan besarnya."Regan, pokoknya nanti malam kita istirahat. Aku sudah nggak punya tenaga lagi," keluh
"Tapi apa?" Suara Bastian terdengar mendesak.Robert terdiam sejenak, berusaha merangkai kata-kata yang akan disampaikan. Apa dia perlu mengatakan jika Regan sebenarnya memiliki gadis di luar sana? Tapi Robert takut jika apa yang dilakukannya belum tentu bisa diterima oleh kakek Richard. Mungkin lebih baik Regan mengatakannya sendiri. Itu jauh lebih aman dibanding dia harus yang mengatakannya. "Mengapa Regan tidak mau pulang?" Pertanyaan Bastian kembali terlontar. Dan kali ini lebih keras dan tajam."Mungkin Regan masih sibuk," jawab Robert, yang merasa bingung mencari alasan."Sibuk?" Bastian mengangkat satu alisnya. "Sibuk apa? Bukankah kalian sudah selesai melakukan audit di perusahaan cabang?""Itu memang benar. Tapi mungkin saja Regan sibuk dengan hal lainnya atau mungkin sibuk dengan hal pribadinya." Robert mengusap mulutnya yang terasa gatal. Dia nyaris memberitahukan pada kakeknya, kalau Regan memiliki kekasih di luar sana. Bahkan mungkin saja seorang istri.Bastian menyipitk
Seyra keluar dari kamar. Dia berhenti sejenak di ruang tengah, melihat Regan duduk di sofa panjang menghadap ke arah jendela besar, dengan posisi membelakanginya. Dia menggigit bibirnya, merasa ragu untuk mendekati pria itu.Beberapa menit lalu, dia sempat berpikiran buruk pada suaminya itu. Karena Regan sempat membohonginya. Namun dia teringat pada pesan ibunya, jika sebuah pernikahan tak luput dari masalah. Dia perlu memberi kesempatan pada pria itu. Apalagi Regan sudah memberinya alasan masuk akal di balik kebohongannya selama ini.Seyra membuang napas berat, lalu melangkah pelan ke arah sofa dan berdiri di depan Regan. "Terima kasih." Dia mengulurkan ponsel yang baru saja dia gunakan untuk menelpon ibu.Regan tidak menyambut ponsel itu. Dia justru memperhatikan Seyra yang tampak cantik dengan dress birunya. "Pakai saja ponsel itu. Kamu pasti membutuhkannya.""Nggak usah," tolak Seyra sambil meletakkan ponsel di tangannya di atas sofa. "Ini milikmu. Pasti banyak hal penting yang te
Tama duduk di meja kerjanya, menatap tajam Doni yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Wajahnya terlihat serius dan tegang, membuat Doni merasa bingung kenapa dipanggil oleh asisten presdir."Kamu yang bernama Doni?" tanya Tama dingin."Benar, Tuan." Doni mulai merasakan firasat buruk saat melihat raut wajah Tama berubah warna. Namun dia berusaha tetap tenang, meski sebenarnya dia merasa terintimidasi oleh tatapan asisten presdir."Saya memiliki sesuatu yang penting untukmu." Tama melempar sebuah surat ke atas meja. "Ambil dan baca!" perintahnya tegas.Dengan tangan gemetar, Doni mengambil surat di atas meja. Jantungnya berdebar kencang saat dia mulai membaca surat itu. Matanya terbelalak saat berhasil mencerna isinya. "Su-surat pemecatan?""Benar." Tama menanggapinya dengan cepat. Matanya yang tajam mengamati raut kebingungan di wajah Doni. "Sang presdir baru saja menghubungi saya. Dia meminta saya untuk memecatmu.""Kenapa?" tanya Doni penasaran. Dia merasa jika tidak memiliki kesal
"Sejak awal kamu menyembunyikan identitasmu. Bahkan kamu mau bekerja sebagai satpam." Seyra masih memandangi Regan yang cukup tenang mendengar perkataannya. "Kenapa? Apa yang membuatmu melakukan hal itu?" "Sebenarnya itu terjadi begitu saja," balas Regan, lalu pandangannya menerawang ke atas, menatap langit yang cerah. "Aku nggak memiliki alasan khusus. Hanya saja saat itu aku terpaksa menjalani kehidupan sederhana karena kalah taruhan dengan sepupuku.""Kalah taruhan?" ulang Seyra dengan raut penasaran. "Kalah taruhan apa?"Regan merasa ragu untuk mengatakan. Tapi dia tidak mungkin membohongi Seyra lagi. "Kami balapan dan aku kalah. Yang kalah harus menerima hukuman dengan menjalani kehidupan sederhana dalam waktu tertentu."Regan kembali menatap Seyra yang masih terdiam, seolah mempersilahkan dirinya untuk melanjutkan perkataan. "Pernikahan kita, awalnya aku ragu. Apalagi kamu sempat mengatakan jika akan membebaskanku suatu hari nanti." Ada jeda sesaat sebelum melanjutkan."Kamu me
Seyra terbangun dengan rasa pusing yang menghantam kepalanya. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan baru menyadari bahwa dia berada di tempat yang sama sekali tidak dikenal baginya. Langit-langit kamar itu tampak sangat berbeda dari kamar tidurnya yang nyaman."Di mana ini?" Seyra meraba-raba sekelilingnya, mencoba mencari tahu tentang keberadaannya saat ini. Tangannya tanpa sadar menarik selimutnya, hingga hawa dingin kini menyerbu kulit tubuhnya.Saat tatapannya menurun, Seyra terpekik kaget, menyadari bahwa dia tidak mengenakan satu helai pakaian pun. Panik mulai menyergap dirinya. Hatinya berdegup kencang saat menyadari jika bayangan adegan liar semalam bukanlah mimpi."Bagaimana mungkin?" Seyra merubah posisinya menjadi duduk. Sebelah tangannya terangkat untuk menutupi wajahnya, mencoba melindungi mata dari sinar matahari yang menyilaukan, menerobos masuk melalui cela-cela korden.Seyra sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindari sinar yang mengganggu itu. Pikirannya mulai kac
Doni mengamati tubuh Seyra yang tergolek lemas di kursi sampingnya. Sesekali gadis itu menggeliat, merasakan hawa panas dan rasa tidak nyaman pada tubuhnya. Pria itu menjilat bibirnya. Sesuatu liar dalam dirinya bangkit ketika melihat pemandangan tersebut."Kamu tampak menggairahkan, Seyra."Wajah Doni mendekat hendak mencium Seyra. Tangannya pun merasa gatal, tidak tahan ingin melucuti pakaian wanita itu satu per satu. Tidak peduli sekarang mereka berada di mana. Hasratnya tak terbendung lagi ketika melihat gadis cantik di sampingnya mulai kepanasan dan bergerak gelisah."Tubuhku panas sekali," racau Seyra dan begerak tidak beraturan di kursi mobil. Gadis itu benar-benar merasa aneh dengan dirinya. Ia merasa sesuatu dalam dirinya ingin dimanja dan disentuh oleh pria. Namun dengan sekuat tenaga, ia menahannya. Bahkan ia sampai menggigit bibir bawahnya dengan keras untuk menahan suara desahan yang hendak keluar."Aku akan membantumu, Seyra. Setelah ini, kamu nggak akan tersiksa lagi.
Seyra berusaha menjalani aktivitas seperti biasanya. Seperti pagi ini yang begitu sibuk dengan pekerjaan kantornya. Dia duduk di depan komputer, menyelesaikan tumpukan pekerjaan yang menumpuk di mejanya.Meski dia berusaha keras untuk fokus, namun sesekali pikirannya melayang kepada Regan. Pria itu, sejak pagi tidak nampak di perusahaan. Padahal awalnya dia berniat ingin menjauhinya. Tetapi, entah mengapa ada perasaan rindu ketika pria itu tak terlihat. Matanya pun sesekali mengedar ke sekitar, berharap jika Regan melintas di departemennya atau sedang melihat dirinya yang sedang fokus bekerja.Seyra menghela napas berat, berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan, agar bisa menghalau pikiran rumit itu. Seyra dan Regan memang sudah melewatkan beberapa hari bersama. Tidak! Seharusnya beberapa minggu. Karena Regan sempat meninggalkannya setelah operasi ibunya.Terdengar tidak masuk akal jika dia merasa kehilangan. Seyra belum mengenal Regan dengan baik. Begitu juga sebaliknya. Pernikahan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments