"Pak Arjuna, pak Argan, maaf menunggu lama."
Arjuna dan Argan menoleh pada sumber suara. Kinara menghampiri dua laki-laki itu dan segera masuk ke dalam mobil. Selama di perjalanan, Kinara teringat kata-kata Arjuna di parkiran tadi. Kinara yang keluar dari rumah sakit langsung menuju parkiran dan hendak memanggil Arjuna, namun terhenti ketika mendengar percakapan dua laki-laki itu. Meskipun perkataan Arjuna benar, bahwa dia hanya dijadikan alat bagi Arjuna, entah kenapa rasanya tidak rela dikatakan seperti itu. Hati Kinara mendadak sakit secara tiba-tiba.
"Kamu sedang memikirkan sesuatu, Kinar?" tanya Arjuna tanpa menoleh ke belakang.
"Hah? Itu ... aku sedang memikirkan Ibu panti."
"Benarkah?" tanya Arjuna lagi.
"Kok jadi de javu. Sepertinya kita pernah ngobrol seperti ini sebelumnya," ucap Kinara.
"Benarkah?"
"Gak tahu, Pak. Aku…. ”
Kruyuk kruyuk
Kinara reflek memegang perutnya. Dia malu karena suara perutnya pasti didengar oleh Arjuna dan Argan. Benar-benar memalukan.
"Hahaha, sepertinya kita harus mampir untuk makan malam, Jun." Argan tertawa.
"Hm, ada yang kelaparan. Untung saja perutnya tidak bisa bohong," ejek Arjuna.
"Pak Arjuna bisa diam, gak?"
"Bisa. Tapi gak mau diam," jawab Arjuna.
"Terserah."
Kinara memalingkan muka ke samping. Dia berusaha menghilangkan rasa malunya dengan melihat indahnya lampu malam kota Jakarta, tidak peduli dengan dua laki-laki di depannya yang terus saja tertawa.
Mobil Arjuna berhenti di sebuah restoran bergaya Korea. Argan berjalan lebih dulu disusul Kinara kemudian Arjuna. Kinara yang kurang berhati-hati terpeleset dan dengan sigap Arjuna menangkap tubuh mungil di depannya. Kinara selamat, tubuhnya mendarat sempurna di lengan Arjuna. Pemandangan klise seperti di sinetron atau film, tatapan keduanya bertemu dan Kinara dengan bebas mengamati wajah tampan calon suaminya itu.
"Kinara?"
"Hm?" mereka masih pada posisi yang sama.
"Kenapa gak hati-hati?" tanya Arjuna.
"Ma—maaf, Pak, saya ceroboh."
"Bukan itu."
"Lalu, Pak?" tanya Kinara.
"Kancing kemejamu, kenapa gak kamu kancingan dengan benar?"
"Hah?"
Kinara menunduk melihat kemejanya yang terbuka dua kancing dari atas. Dia gugup karena Arjuna terus melihat ke arah kancing kemejanya. Kinara segera melepaskan diri dari Arjuna dan membelakangi laki-laki itu untuk membenarkan kancingnya.
"Hei, Jun. Kenapa gak bilang? Kan aku juga ingin lihat." Argan terkekeh.
"Mana boleh, cuma aku yang boleh lihat. Kinara kan calon istriku." Arjuna ikut terkekeh.
"Pak Arjuna, pak Argan!" teriak Kinara.
Kinara kesal karena dibuat bahan bercandaan, padahal dirinya malu setengah mati. Bagaimana bisa dia ceroboh tidak melihat kancing bajunya yang terlepas. Sungguh rasanya Kinara ingin mengumpat kasar.
"Lumayan juga," gumam Arjuna.
Arjuna akui Kinara cantik dengan wajah oval, kulit putih dan bulu mata yang lentik. Dia memiliki tubuh yang mungil, tingginya kira-kira 155 cm. Meskipun tubuhnya kecil bisa dibilang tidak kurus ataupun gemuk.
"Membayangkan apa?" tanya Argan.
"Yang bisa dibayangkan, hahaha." Arjuna tertawa renyah.
Sungguh mendengar tawa Arjuna membuat Kinara menjadi kesal. Entah kenapa Arjuna berubah menjadi sangat menyebalkan di matanya. Image seorang bos tampan, berwibawa dan dingin berubah seketika menjadi bos tengil yang menyebalkan.
Setelah pesanan makanan datang, Kinara makan dengan lahap. Perutnya sejak tadi sudah meronta-ronta, dia tidak peduli dengan tatapan Arjuna ataupun Argan.
"Doyan apa rakus?" tanya Argan.
"Dua-duanya," jawab Kinara jujur.
"Wanita kalau makan yang anggun!" ucap Arjuna setengah jijik melihat cara makan Kinara.
"Ini sudah anggun ya, Pak."
"Terserah kamu saja." Arjuna malas berkomentar.
"Hai, Jun." Seorang wanita cantik dengan lipstik berwarna merah terang dan dres hitam seksi menyapa Arjuna.
"Laura...."
Laura duduk disebelah Arjuna. Gadis itu terus menatap Arjuna dan seakan mengabaikan keberadaan Argan dan Kinara.
"Kamu ngapain disini?" tanya Laura.
"Makan bersama karyawanku," jawab Arjuna jujur. Kinara dan Argan memang karyawan Arjuna.
"Kamu?"
"Makan bersama temanku. Mau pulang kan setelah ini? Aku bareng kamu saja pulangnya," ucap Laura.
Laura tipe wanita pemaksa, Arjuna terpaksa setuju dengan permintaan Laura. Jika tidak, wanita itu mudah marah dan emosi. Arjuna muak melihat tingkah Laura yang kekanak-kanakan.
Mobil Arjuna berjalan menyusuri jalanan kota Jakarta. Laura ikut pulang di mobil Arjuna dan duduk di sebelah Kinara. Suasana menjadi canggung, Kinara tidak berani menatap apalagi berbicara dengan Laura. Sementara Laura seakan jijik melihat Kinara, matanya terus saja diarahkan ke kaca jendela.
Arjuna mengantar Kinara pulang ke kontrakannya, mengantar Argan, setelah itu Laura. Rumah Laura memang searah dengan rumah Arjuna.
Kinara masuk ke dalam kontrakan lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dia mengambil ponsel dalam tasnya dan melihat apakah ada notifikasi telepon. Kinara meletakkan kembali ponsel di sebelahnya karena belum ada kabar apapun.
Beberapa saat kemudian ponsel Kinara berbunyi, dia segera mengangkat telepon dari ibu Linda. Kinara bernapas lega, ibu Linda memberikan kabar baik bahwa operasi ibu Diana berjalan dengan lancar.
Tubuh lelah Kinara membuat wanita itu tidak kuat membuka matanya, sesaat kemudian mata Kinara benar-benar terpejam.
***
Kriing... kriing... kriing
Jam alarm di atas nakas sejak tadi terus berbunyi, membuat sang pemilik kamar menggeliat dan menghentakkan kakinya di bawah selimut. Matanya enggan terbuka dan kepalanya terasa pusing.
"Jangan bunyi dong, masih malam nih!"
Kinara tertidur kembali, namun beberapa detik kemudian suara alarm kembali menggema di kamar itu.
Kinara mengerjapkan matanya berkali-kali dan mendudukkan tubuhnya dengan susah payah. Dia mengambil jam di nakas dan melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam, seketika matanya membelalak dan spontan melompat dari kasur.
"Astaga, sudah jam tujuh pagi!"
Kinara mengambil handuk dan segera mandi. Dia bersiap dan segera menuju ke kampus. Pagi ini Kinara ada jam kuliah sampai siang, setelah itu dia melanjutkan bekerja di perusahaan Arjuna. Kinara kuliah jurusan ekonomi semester empat. Kinara berusaha keras membagi waktu kuliah dan bekerja agar tidak memberatkan di satu sisi saja.
Saat jam istirahat kuliah, Arjuna menelpon dan mengatakan akan menjemput setelah kuliah usai. Kinara yang menolak karena harus bekerja, lagi-lagi melupakan fakta kalau Arjuna adalah bos di tempatnya bekerja. Kinara berdecak kesal, dia segera menuju kelas untuk mengikuti mata kuliah berikutnya.
Setelah kuliah usai, Kinara segera menuju tempat janjiannya dengan Arjuna. Kinara tidak tahu untuk apa bosnya sekaligus calon suaminya itu, menyuruh ikut dengannya.
Sebuah sedan sport berwarna hitam berhenti di depan Kinara. Tanpa pikir panjang, Kinara langsung masuk ke dalam mobil itu. Didalam sudah ada Arjuna dengan wajah tampannya yang entah kenapa menjadi sangat menyebalkan bagi Kinara.
"Kita mau kemana, Pak?" tanya Kinara.
"Pergi ke beberapa tempat," jawab Arjuna.
"Mau ngapain, Pak?" tanya Kinara lagi.
"Mau makan kamu!"
"Hah?"
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri