Share

Chapter 7

Penulis: Riskyara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 10:02:58

Mobil hitam berhenti tepat di depan pintu rumah. Mala melangkah keluar lebih dulu, tangannya masih mengepal halus. Menahan emosi yang belum sempat tumpah sepenuhnya.

Karina turun tak lama kemudian, dengan langkah anggun dan kepala tegak, menyusul Mala menuju pintu masuk. Namun, sebelum benar-benar masuk, suara Karina menahan langkah Mala.

“Kalau boleh jujur,” ucap Karina setengah berbisik namun, cukup jelas di dengar.

Mala menatap Karina.

“Kehadiranmu di samping Kara tidak banyak membantu. Aku yang menyelamatkan citranya, bukan kamu.”

“Mungkin karena aku memang tidak pernah berniat menyelamatkannya,” ucapan Mala datar namun, tajam.

Karina menyipitkan mata. Untuk sejenak, keduanya saling mengukur satu sama lain. Lalu Karina tersenyum, senyum yang lebih tajam dari pisau dan melenggang pergi seolah tak terjadi apa-apa.

Beberapa hari berlalu sejak konferensi pers itu, dunia seolah lebih banyak berputar di sekitar Karina. Ia bukan hanya konsultan, tapi mengambil keputusan. Segala hal, mul
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 12

    Di dalam mobil, Kara duduk sendiri. Lagu klasik pelan mengalun. Tangan Kara membuka galeri ponsel, ia melihat tangkapan layar itu sekali lagi. Captionnya begitu sinis, tapi yang paling mengganggunya adalah fakta bahwa Mala terlihat sendirian. Padahl ia tahu, Mala tak salah apa-apa.“Kau pikir bisa main cantik, Karina? Baiklah. Aku bisa lebih dari itu,” batin Kara.Tapi belum sekarang, karena Kara memilih menjadi lelaki yang diam. Untuk sementara.Dua hari menuju eventHari itu rumah terasa lebih sepi dari biasanya. Mala duduk di sofa ruang tengah, membolak-balik brosur digital event fashion art yang akan digelar dua hari lagi. Sebenarnya itu bukan acara besar, tapi cukup eksklusif. Undangannya hanya terbatas pada influencer terpilih dan brand partner termasuk, entah kenapa dia.Mala menatap layarnya agak lama“Kenapa undangan ini bisa sampai ke gue? Apa karena gue istri Kara? Atau ada nama Karina di belakang layar lagi?”Mala menghela napas. Tepat saat Bane datang membawa nampan beri

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 11

    Langit mulai berubah warna saat mobil hitam memasuki halaman rumah. Sepanjang perjalanan pulang, kara hanya diam menatap ke luar jendela. Mala duduk di sampingnya, tangan di pangkuan, sesekali mencuri pandang ke arah Kara tapu urung membuka percakapan. Sesampainya di rumah, Kara langsung masuk ke kamar tanpa berkata sepatah kata pun. Mala menurunkan tas dan menghela napas. Mencoba menetralisir gejolak yang tadi masih tersisa di dada. Ia melangkah pelan ke dapur, dan seperti biasa Bane sudah berdiri di sana. Memotong buah dengan ekspresi seolah tahu segalanya.“Udah pulang?” Tanya Bane.Mala mengangguk, mengambil segelas air. “Iya.. capek juga ternyata senyum di depan kamera.”Bane menyeringai. “Senyum yang dipaksakan emang paling makan energi.”Mala tersenyum miring.Bane menatap Mala lebih serius. “Tadi Karina dateng, ya?”“Kok tahu?”“Dari auranya,” jawab bane setengah bercanda.“kalau rumah ini tiba-tiba berasa dingin padahal AC mati, biasanya dia lewat.”Mala tertawa kecil.“Tapi

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 10

    Bane mendapat kabar bahwa paket besar berisi perlengkapan photoshoot untuk promosi produk terbaru sudah sampai di rumah. Di dalamnya, ada undangan photoshoot khusus untuk pasangan Kara dan Mala. Dengan jadwal yang sudah di tentukan oleh Karina.Mala yang melihat namanya tercetak di undangan itu, sempat terpaku. Di pojok bawah kertas undangan, ada catatan kecil bertuliskan tangan.“Tolong hadir ya. Dunia luar perlu lihat versi kalian yang paling indah. -K”Kayaknya yang ini bakal jadi panggung duel tak langsung,” gumamnya.Mala menyipitkan matanya. Ia tahu, permainan ini belum selesai.Sesi photoshoot pertama - Studio dalam ruanganRuangan studio dipenuhi pencahayaan putih yang menyilaukan. Background berganti sesuai konsep. Dari hitam minimalis hingga abu pucat bertekstur marmer. Beberapa kru sibuk menyempurnakan pencahayaan, sementara fotografer tengah mengatur sudut bidikannya.Kara duduk di kursi makeup, diam tanpa banyak komentar. Setelan jasnya rapi seperti biasa, tapi wajahnya

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 9

    Mala menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menopang tubuh Kara agar lebih nyaman, lalu perlahan membaringkannya di sampingnya. Ia tak tahu harus mulai dari mana, tapi tubuh Kara terasa sangat panas. Panik mulai menyelinap. “Pak Bane…“ Mala sempat ingin memanggil, tapi ia urungkan. Kara sendiri yang bilang tak ingin diganggu. Lagipula, dia sudah di sini. Ia berjalan cepat ke kamar mandi, membasahi handuk kecil. Lalu kembali dan menempelkannya di dahi Kara. Lelaki itu hanya mengerang pelan, matanya tetap terpejam. Setelah memastikan Kara sedikit lebih tenang, Mala meraih ponsel dari nakas. Ia mencari informasi tentang pertolongan pertama saat demam tinggi. Ia juga mengetik pesan singkat ke Bane. “Pak Bane, Kara ada di kamar saya. Dia demam tinggi, tolong siapkan sup untuk makan Kara, termometer dan obat demam, tapi jangan masuk ke kamar dulu. Biar saya yang urus.” Tak lama kemudian, Mbak Nila mengetuk pintu. Menyerahkan teh panas dan sekotak obat dalam nampan. “Terima kasih, Mba

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 8

    Rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu gantung di ruang utama dibiarkan redup, hanya terdengar detak pelan dari jam dinding. Mala baru saja selesai membersihkan riasan wajahnya. Berdiri di depan cermin kamar, memandangi bayangannya sendiri. Ia mengingat lagi percakapan di mobil, gestur hangat Kara dan tatapan Karina. Semua bercampur dalam pikirannya, seperti hujan yang tak kunjung reda.“Andai senyumnya bukan bagian dari skenario, mungkin aku bisa percaya sedikit,” gumamnya pelan.Sementara itu, di ruang kerja. Kara duduk sendiri, jasnya sudah terlepas dengan dasi yang longgar. Ia membuka ponselnya, melihat foto-foto gala dinner yang sudah mulai tersebar di media sosial. Salah satunya, gambar saat ia tersenyum pada Mala. Sementara Karina berada di sisi lain, tersingkir dari frame. Bibirnya terangkat sedikit mengulas senyum. Suara ketukan halus terdengar di pintu, “Masuk aja,” gumam Kara.Bane melongokkan kepala, lalu masuk dengan senyum tipis. “Pers malam ini aman, kayaknya l

  • Suamiku, Lakon Sandiwara   Chapter 7

    Mobil hitam berhenti tepat di depan pintu rumah. Mala melangkah keluar lebih dulu, tangannya masih mengepal halus. Menahan emosi yang belum sempat tumpah sepenuhnya.Karina turun tak lama kemudian, dengan langkah anggun dan kepala tegak, menyusul Mala menuju pintu masuk. Namun, sebelum benar-benar masuk, suara Karina menahan langkah Mala. “Kalau boleh jujur,” ucap Karina setengah berbisik namun, cukup jelas di dengar.Mala menatap Karina.“Kehadiranmu di samping Kara tidak banyak membantu. Aku yang menyelamatkan citranya, bukan kamu.”“Mungkin karena aku memang tidak pernah berniat menyelamatkannya,” ucapan Mala datar namun, tajam.Karina menyipitkan mata. Untuk sejenak, keduanya saling mengukur satu sama lain. Lalu Karina tersenyum, senyum yang lebih tajam dari pisau dan melenggang pergi seolah tak terjadi apa-apa.Beberapa hari berlalu sejak konferensi pers itu, dunia seolah lebih banyak berputar di sekitar Karina. Ia bukan hanya konsultan, tapi mengambil keputusan. Segala hal, mul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status