#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 19 : Amukan NikoNiko melangkah menuju kamar dan aku mengikutinya dari belakang. Saat ia hendak menutup pintu, aku langsung menghalanginya.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan terkejut.“Hmm ... boleh Mama ngobrol sebentar denganmu, Nak?” tanyaku dengan pasang wajah manis, walau cerita Ibu tiri itu sudah terkenal dengan killernya tapi aku tidak seperti itu.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan melangkah masuk dan membiarkan aku ikut masuk ke dalam kamarnya.“Cuma mau ngobrol saja, boleh ‘kan? Mama nggak ganggu kamu ‘kan?” tanyaku dengan masih tersenyum, berharap ia mau mengganti sebutan tante menjadi mama.Aku duduk di kursi belajarnya, sedang Niko duduk di pinggir tempat tidur dengan sambil meraih ponselnya.“Katakan saja, apa yang mau Tante obrolkan denganku!” ujarnya dengan nada malas, sebab dia memang jarang bicara.“Tanganmu itu ... kenapa?” tanyaku dengan beranjak berpindah duduk ke dekatnya.“Kenapa emangnya? Tante mau lihat luka ini?” tanyanya l
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 20 : Hanya GelapAku yang hanya berpura-pura untuk tidur, menyadarai kalau suamiku kini sudah bangkit dari tempat tidur. Aku pura-pura menelentangkan tubuh dan mengamati dengan membuka sedikit mata ini agar bisa melihat apa yang sedang ia lakukan sekarang. suamiku itu berjalan dengan tatapan lurus ke depan lalu membuka pintu. Aku segera mengikutinya, semoga kali ini rencanaku lancar.Kuikuti Mas Gilhan yang menuruni anak tangga lalu menuju lorong belakang, walau bulu kudukku sudah merinding saat ini. Seperti ada yang mengikuti langkahku tapi saat aku menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, hanya ada aura aneh saja. Aku berusaha memberanikan diri dengan sambil berzikir dalam hati dan menyebut asma Allah sebab ayat kursi yang kuhapalkan siang tadi kembali kulupakan. Ingatanku semakin melemah saat ini.Ketika langkah suamiku itu telah tiba di depan pintu belakang, dia menoleh ke belakang beberapa kali. Dengan cepat, aku bersembunyi di balik dinding. M
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 21: Makam Siapa?Baru saja aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, sebuah tangan kembali terasa menyentuh bahuku. Oh Tuhan, benda apa yang ada di belakangku sekarang? Aku tetap tak mau menoleh, suara Mas Gilhan pun tak lagi terdengar, mungkin hanya halusinasiku saja. Di dalam hati, aku terus menzikirkan nama Allah sebab hanya nama-Nya saja yang kuingat, Ya Allah, Ya Rabb ... jauhkanlah hamba dari gangguan syetan yang terkutuk.Dengan cepat, kuusap layar ponsel dan menyalakan sentarnya. Jantung kembali berdebar kencang saat menyaksikan apa yang ada di hadapanku. Makam, itulah yang ada di depan mataku sekarang, ternyata halaman belakang rumah Mas Gilhan dipenuhi makam. Makam siapakah ini? Lalu ke mana suamiku sekarang? Apakah dia hantu?”Nyonya, sedang apa di sini?!” Kini suara sangar Bik Ana yang terdengar.Refleks, aku langsung menoleh dan mendapati wanita berdaster putih itu sedang melototiku dengan sambil berkacak pinggang.“Bik Ana, mengapa be
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 22 : PulangTaklama kemudian, taxi yang kutunggu lewat juga, aku segera masuk dan menyebutkan alamat rumah Mama. Semoga saja aku tak mengalami kejadian ketika pergi bersama almarhum Bianca, semoga tak ada lingkaran hitam yang menutupi jalanku pulang ke rumah Mama.Sepanjang perjalanan, aku terus berdoa dalam hati, berharap tak terjadi apa pun denganku sehingga bisa pulang ke rumah Mama dengan selamat.Setengah jam berlalu, doaku terkabul juga, sebab taxi kini sudah berhenti di depan rumah Mama. Aku segera membayar ongkos taxi, lalu keluar dan melangkah memasuki pagar rumah Mama. Wanita berhijab itu terlihat sedang menyirami tanaman hiasnya.“Assalammualaikum, Mama,” ujarku.“Waalaikumsalam. Sindy, kok nggak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini?” sambut Mama sambil menghentikan aktivitasnya lalu memelukku.“Sindy kangen Mama,” ujarku dengan sambil melepaskan pelukan lalu salim kepadanya.“Ayo masuk, Nak!” Mama menggandengku masuk.Suasana rumah Mama
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 23 : Bingung“Sindy, bangun, Nak!” Suara Mama terdengar samar-samar.“Agghh!!” jeritku sambil duduk.Kuusap wajah yang sudah banjir keringat dan menarik napas lega karena kejadian barusan hanya sebuah mimpi, sedang Mama menatapku dengan raut wajah bingung.“Kamu mimpi buruk, Sin?” tanya Mama sembari mengulurkan segela air putih ke hadapanku.Aku mengangguk seraya meraih gelas air itu lalu menenggaknya sedikit, kemudian mengembalikannya ke tangan Mama.“Makanya kalau mau tidur itu berdoa dulu. Oh iya, di ruang tamu ada Gilhan, dia mau jemput kamu pulang,” ujar Mama.“Ma, Sindy nggak mau pulang,” jawabku dengan menggeleng ngeri saat mengingat mimpiku barusan dengan keadaan di rumah Mas Gilhan.“Jadi, Mama bilang apa dengan Gilhan, Sin? Dia sedang ngobrol dengan Papamu di ruang tamu,” ujar Mama lagi.“Mama udah bilang Papa belum masalah yang Sindy ceritakan kepada Mama tadi pagi?” tanyaku dengan menurunkan kaki ke lantai.“Belum, Sin, soalnya Papamu b
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 24 : Rayuan GilhanSetelah mendiskusikan segalanya, Papa menyuruhku untuk istirahat ke kamar. Besok ia akan ke rumah Ustad yang direkomendasikan temannya saat ia bertanya lewat telepon tadi. Aku sedikit lega karena kini tak sendirian menghadapi masalah ini, ada Mama dan Papa yang kini sudah tahu segalanya.Kuraih ponsel di atas nakas, yang sedari sore kuabaikan. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dari Mas Gilhan juga chat darinya. [Sayang, kamu di rumah Mama? Mas jemput sekarang, ya.][Sayang, kenapa teleponnya nggak dijawab?][Sayang, kamu udah tidur atau ada sesuatu yang membuatmu marah sehingga nggak mau pulang? Coba cerita kalau kamu ada masalah di rumah? Apa Bik Ana membuatmu tersinggung apa gimana?]Kulirik jam di dinding yang sudah mengarah ke angka 21.05. Sedikit kangen juga dengannya, tapi aku tak bisa hidup dengan suami yang aneh seperti dia, yang selalu menghilang setiap malam. Sebaiknya tak kubalas saja pesannya, biar gak bape
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 25 : Ustaz Bumi“Maaf, Sayang, Mas nggak bisa kalau tidur di sana. Kasihan anak-anak kalau ditinggal,” jawabnya dengan senyum yang memudar.“Ya sudah kalau begitu, Mas tidurlah, aku juga mau lanjut tidur,” ujarku.Mas Gilhan hanya mengangkat alisnya.“Oh iya, besok ... aku masih mau di rumah Mama, Mas, soalnya .... “ Aku berusaha mengarang kebohongan.“Soalnya apa, Sayang? Jadi, besok kamu masih belum mau pulang?” Mas Gilhan terlihat kecewa.“Hmm ... besok Mama ngajakin bikin kue soalnya ... kakak-kakakku dan anak-anaknya pada mau datang, jadi ... kami ada acara makan-makan gitu deh .... “ Aku memaksakan senyum.“Oh, begitu. Jadi, Mas jemput sore aja sepulang dari kantor, ya.” Dia menampakkan wajah penuh harap.“Hmm ... nanti deh, Mas, nanti aku chat besok soalnya sorenya agenda mau jalan-jalan juga satu keluarga .... ““Mas nggak diajak?” Dia cemberut.“Emang Mas mau? ‘Kan sibuk?”Dia kembali menaikkan sebelah alis.“Ya sudah, selamat bersenang-sen
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 26 : Ruqyah"Perkenalkan, Ustad, ini anak dan istri saya,” ujar Papa dengan sambil tersenyum lalu menoleh ke arahku dan Mama. “Mama, Sindy, ini Ustad Bumi namanya, pemilik ‘Rumah Ruqyah.’ Insyallah, dia akan berusaha membantu memecahkan masalah kamu, Sin,” sambung Papa mengarahkan pandangan ke arah Ustad yang murah senyum itu.Aku hendak menyalami Ustad Bumi, tapi dia buru-buru menyimpuhkan kedua tangan di dada seraya menganggukkan kepala. Oh iya, pria alim memang takkan mau bersentuhan dengan wanita yang bukan mahrom, aku jadi malu dan tersenyum tak enak.“Papa sudah menceritakan sedikit tentang permasalahan yang kamu hadapi, Sin,” ujar Papa. “Untuk lebih jelasnya, silakan kamu ceritakan lebih detailnya!” sambung pria pensiunan tentara itu.“Silakan ceritakan segalanya, Mbak Sindy, saya akan mendengarkan!” ujar sang Ustazd dengan sambil mengeluarkan tasbih dari saku bajunya.Aku menarik napas panjang, lalu mengelap keringat di dahi yang tiba-tiba m