Share

Bab 7 - Pewaris Keluarga Gandara

"Maksud saya, anda, Tuan Edward!" ucap Joseph menyela Edward dengan cepat.

Apa?!

Mendengar namanya disebut, Edward gelagapan dan menatap Joseph, diikuti tatapan keterkejutan anggota keluarga Hermanto lainnya.

Sementara Vania yang awalnya begitu ketakutan Aditama akan mendapat masalah besar, melebarkan matanya.

"Tunggu... Pak Joseph tidak salah orang kan?! Pria sampah itu yang seharusnya anda usir! Anda tahu ayah saya kan, keluarga Bintoro yang kaya itu?!" elak Edward tak terima.

"Betul Pak Joseph, seharusnya bukan Edward yang diusir! Pria ini justru yang tiba-tiba masuk dan mengacau acara kami!" ucap Bastian berusaha menahan Joseph.

Seluruh anggota keluarga Hermanto berusaha mendukung Edward dengan segala cara.

Jika Edward sampai diusir, maka perjanjian bisnis antara keluarga Hermanto dan keluarga Bintoro akan gagal.

Tentu saja hal itu akan membuat keluarga Hermanto sangat dirugikan di sini!

"Anda mempertanyakan keputusan saya?! Saya manajer di hotel ini! Ketertiban hotel adalah tanggung jawab saya!" ucap Joseph menatap Edward tajam.

"Ta...tapi, Pak Joseph... saya..."

Edward seketika tergagap. Walaupun ia dari keluarga terpandang, Edward tahu di hotel ini ia tidak memiliki kuasa apa-apa.

"Terima kasih, Pak Joseph," ucap Aditama, seraya menarik Vania ke dekapannya.

Pemandangan yang di depan mata Edward benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Ia mengepalkan tangan kesal melihat tatapan meremehkan yang dilontarkan Aditama!

Sementara Vania menatap Aditama dengan tatapan sayu. Ia merasa Aditama yang sekarang benar-benar berbeda!

"Kau! Kalau saja kau tidak datang, Vania pasti sudah jadi milikku! Dasar pengacau!" bentak Edward dengan wajah memerah.

Pria itu langsung merangsek maju dan langsung mendaratkan tinjunya ke arah Aditama.

Namun, Aditama dengan sigap menangkap tinju Edward dan langsung memelintir tangannya dengan cepat!

"Menghancurkanku?" ucap Aditama tertawa sambil meremas tangan Edward yang merintih kesakitan, "Menyentuhku saja kau tidak bisa, dan sekarang kau malah mengancamku?"

Lalu, ia langsung mendorong Edward hingga terjungkal ke depan.

"Aditama! Cukup!" ucap Vania panik seraya menahan tubuh Aditama.

Aditama menatap istrinya itu dengan serius, "Van, mulai sekarang, aku tidak akan pernah membiarkanmu direndahkan orang lain lagi!"

Vania terdiam, ia merasakan kehangatan dari sikap Aditama yang sebelumnya tak pernah ia tunjukkan.

Sementara itu, Edward dengan gemetar berusaha berdiri. Wajahnya memancarkan kemarahan sekaligus ketakutan.

"Aku tidak terima! Aku, Edward Bintoro, akan balas dendam pada kalian!" ucap putra keluarga Bintoro itu, menepis tangan Bastian yang hendak membantunya berdiri.

"Seharusnya kalian bisa mengurus menantu sampah ini! Lihat saja, karena kalian telah mempermalukanku, aku akan membuat keluarga kalian menderita!"

Edward pun pergi dari sana dengan sempoyongan, diikuti tatapan ketakutan para anggota keluarga Hermanto.

"Lihat semua perbuatan bodohmu ini, Aditama! Kalau saja kamu tak muncul, Kita akan sukses mendapat kerjasama dengan Gandara group dan tak bermusuhan dengan keluarga Bintoro!" ucap kakek Hermanto dengan marah.

Mendengar itu, wajah Aditama mengeras sambil menatap mereka satu persatu.

"Salahku?! Kalau saja perjodohan bodoh ini tidak kalian rancang, semua ini tak akan terjadi! Suami mana yang hanya diam melihat istrinya diperlakukan seperti ini?!"

Kakek Hermanto melotot mendengar perkataan Aditama.

"Aditama! Kau..."

DEG!

Tiba-tiba, kakek Hermanto meremas dadanya. Wajahnya terlihat kesakitan.

"Kakek! Kakek kenapa?!"

Vania menahan tubuh kakeknya yang tiba-tiba tumbang!

"Ayah!" ucap Bastian panik seraya mendorong Vania menjauh dari Kakek Hermanto.

"Sialan, semuanya gara-gara kamu dan suamimu yang tak berguna itu, Vania!"

Semua orang seketika panik, apalagi ketika melihat wajah Kakek Hermanto yang sudah mulai membiru.

"Berhenti bertengkar! Cepat bantu aku membawa Ayah ke mobil!" bentak Bastian yang langsung berusaha membopong kepala keluarga Hermanto itu bersama anggota keluarga lainnya.

Namun, saat Vania dan Aditama hendak ikut membopong, tangannya ditepis oleh Bastian.

"Jangan pura-pura peduli kepada kakekmu!" bentak Bastian sebelum kemudian pindah menatap Aditama. "Terutama kamu, bajingan tidak berguna!"

Makian itu membuat Vania mematung, sedangkan Aditama memegangi tangan istrinya itu, berusaha menenangkannya.

"Paman ... aku hanya ingin membantu ...," balas Vania dengan sedikit terisak.

"Membantu?! Kalau kamu bersedia membantu, seharusnya kamu menurut dan membiarkan Edward melakukan apa pun padamu!" teriak Bastian. "Tidak perlu mementingkan dia lagi, ayo pergi!" titahnya yang langsung diikuti anggota keluarga lainnya.

Selagi Bastian dan beberapa anggota keluarga lain menggotong tubuh Kakek Hermanto pergi, Stephanie melotot ke arah Vania dan memasang ekspresi kecewa. "Kamu sudah mempermalukan mama di depan keluarga besar!" bentaknya. "Jangan temui Mama lagi! Malu Mama punya anak seperti kamu!"

Setelah mengatakan hal itu, Stephanie pun langsung melenggang pergi, meninggalkan Vania yang mulai menangis.

Sementara itu Bella menatap Vania, hendak berbicara sesuatu. Namun, Susan berteriak, "Bella, kenapa diam saja!? Ayo kita pergi!"

Teriakan itu langsung mengurungkan niat Bella untuk berbicara dengan Vania. Akhirnya, sebelum pergi, ia hanya bisa tersenyum kecil pada Vania yang masih bergeming, berniat menguatkan.

Setelah semuanya pergi, Aditama menoleh menatap Vania. "Van ...."

"Kacau ... semuanya kacau karena diriku!" seru Vania seraya mulai menangis tersedu.

Melihat hal itu, alis Aditama tertaut. Dia mengusap kepala istrinya itu. "Van, tenang saja. Aku akan memperbaiki semuanya..."

Mendengar ucapan Aditama, Vania langsung mendelik ke arah sang suami. "Memperbaiki?!" ulangnya dengan nada tidak percaya. "Tama! Aku melakukan ini semua demi biaya operasi ibumu! Sekarang apa?! Biaya operasi ibumu lenyap, kita pun diusir dan dikucilkan keluargaku! Bagaimana cara memperbaikinya ketika kita tidak punya apa-apa!?" bentak Vania sambil terisak.

Vania tak habis pikir, kenapa suaminya masih keras kepala, bahkan ketika nyawa ibunya yang jadi taruhannya?!

"Dan sekarang, di mana kita akan tinggal? Andai saja Ayah masih hidup, kita tidak akan terjebak di situasi pelik ini!" pekik istrinya lagi, yang langsung dipeluk Aditama.

"Vania... masalah ibuku, kamu tidak perlu khawatir lagi. Semuanya sudah lunas," ucap Aditama seraya tersenyum.

Sontak, Vania terkejut. "Lunas?" Dia mengulangi ucapan sang suami. "Apa maksudmu lunas? Bagaimana mungkin!?"

Apa mungkin suaminya itu meminjam uang ke sembarang orang? Atau ... Jangan-jangan suaminya itu menjual ginjal!?

"Aditama! Apa yang sudah kamu lakukan!? Kamu tidak berbuat macam-macam 'kan?!"

Aditama tersenyum setengah tak berdaya. "Tenanglah, kenalanku yang melunasi semuanya."

Vania terpana. "Kenalan ... mu?"

Beberapa tahun menikah, Vania tidak pernah melihat Aditama memiliki kenalan selain teman-teman tukang angkut bangunannya. Walau semua orang itu ramah dan baik hati, tapi tidak mungkin mereka punya uang sebanyak itu!

Belum sempat mendapatkan jawaban yang dirinya inginkan, Vania kembali dikejutkan dengan satu pernyataan lain sang suami.

"Dan untuk tempat tinggal, aku mendapatkan sebuah apartemen untuk kita tinggali."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Mamanya Gufran
semangat adimata untuk mempertahankan cintamu dengan vania
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status