Share

Bab 6

Author: Bree
Sejak tahu bahwa Jane hamil, Peter begitu semangat sampai-sampai tak bisa tidur.

Bagus!

Bagus sekali!

Sekarang, dia sudah meninggalkan keturunan untuk kakaknya, akhirnya dirinya bisa kembali ke sisi Intan!

Karena khawatir dengan kondisi kandungan Jane, Fanny bersikeras menyuruh Jane tinggal di rumah sakit agar jika ada masalah bisa langsung mencari dokter.

Jelas terlihat betapa Fanny sangat menantikan kelahiran anak dalam kandungan Jane.

Rasa senang berlebihan terkadang membuat orang menjadi sombong. Hampir setiap hari di meja makan, Fanny bercerita dengan para pelayan, “Masakan ini buat lebih asam sedikit. Katanya kalau doyan asam berarti anak laki-laki, kalau doyan pedas berarti anak perempuan. Menantuku ini pasti mengandung anak laki-laki, soalnya selalu minta yang asam setiap hari. Nanti biar kubawakan ikan asam pedas ini untuknya.”

Nyeri datang bulan Intan sangat parah. Belum makan banyak, perutnya sudah kembali sakit.

Dia pun meletakkan sendoknya, “Kalian lanjut saja, aku nggak makan lagi.”

Begitu dia berdiri, Peter langsung menoleh cemas, “Kamu baru makan dua suap, kok sudah selesai? Nggak cocok selera, ya?”

Intan rasanya ingin tertawa, baru sekarang dia peduli?

Sungguh tidak perlu.

Demi menyenangkan Fanny, para pelayan membuat semua masakan jadi sangat asam sampai tidak tertelan.

Intan sendiri selalu suka rasa manis, apalagi saat sedang datang bulan.

Peter yang paling tahu itu, tapi malah berpura-pura tidak mengerti dan bertanya apakah masakannya tidak sesuai selera.

Intan teringat sebuah pepatah, serigala berbulu domba.

Benar-benar menjijikkan.

“Kalau kamu bisa makan, makanlah yang banyak.”

Ujar Intan, lalu langsung berbalik dan naik ke lantai atas.

Meninggalkan Peter dan Fanny di meja makan dengan wajah yang tampak kesal.

“Cih, lihatlah, gara-gara kakak iparnya hamil, dia jadi nggak senang. Benar-benar seperti landak, menusuk siapa saja yang mendekat. Semakin nggak tahu sopan santun!”

Fanny membekalkan sendiri ikan sayur asin untuk Jane, sambil terus mencibir Intan, sambil terus berkhayal kalau Keluarga Tanata yang selama ini sepi keturunan akan segera ramai sebentar lagi. Senyuman di wajahnya sampai membuat kerutannya bertambah.

Peter jadi tak selera makan, dia meletakkan sendok dan pandangannya tertuju ke tangga spiral.

Bayangan Intan sudah menghilang di tikungan dan Peter pun tampak termenung.

Tengah malam, setelah menelan obat pereda nyeri, Intan mulai merasa mengantuk.

Saat hampir tertidur, malah terdengar suara berisik dari luar pintu yang membuatnya setengah tersadar.

Pintu didorong terbuka, sosok berbaju hitam melangkah masuk, membuat Intan langsung terbangun.

Saat melihat jelas, ternyata itu Peter!

Dia membawa semangkuk wedang jahe telur rebus.

Intan tidak suka makan telur karena bau amisnya.

Dulu, setiap kali datang bulan, Peter akan membuatkan semangkuk wedang jahe dengan telur rebus sendiri untuknya.

Intan merasa tidak tega melihat tuan keluarga kaya seperti Peter yang harus repot begitu, jadi dirinya pun selalu menahan diri, mencubit hidung dan menelan habis setiap kali.

Namun kini, hanya mencium baunya saja sudah membuatnya mual.

Dengan penuh perhatian, Peter duduk di tepi ranjang sambil membawakan wedang jahe telur rebusnya.

Ini dulunya juga kamar tidur Peter. Belakangan ini, demi membantu kakaknya meneruskan keturunan, hati dan pikirannya selalu tidak tenang. Dia merindukan kamar ini dan juga orang yang ada di dalamnya.

Beberapa waktu ini, Jane sedang hamil dan terus tinggal di rumah sakit. Barulah sekarang dirinya bisa meluangkan waktu untuk datang ke tempat Intan.

“Intan, aku masak sendiri wedang jahe telur rebus ini. Aku tahu kamu lagi datang bulan, minumlah sedikit, biar terasa lebih enak. Jangan terlalu bergantung pada obat pereda nyeri.”

Bagi Intan, kedekatan Peter yang begitu tiba-tiba terasa lebih amis daripada wedang jahe telur rebus itu sendiri.

Intan memalingkan wajah dan menjawab, “Kak, ini kamar tidurku. Sepertinya nggak pantas kamu masuk malam-malam begini?”

Melihat sikap dingin Intan, hati Peter terasa sesak sekaligus panik. Dia tergesa-gesa menggenggam tangan Intan dan berkata, “Intan, dengarkan aku….”

Begitu Peter menyentuhnya, yang terlintas di benak Intan hanyalah bisikan dan desahan dari kamar sebelah yang terus terdengar malam-malam sebelumnya.

Dia merasa sangat menjijikkan!

Dengan keras, dia menepis tangan Peter, “Jangan sentuh aku! Lepaskan aku!”

Namun, semakin dia berontak, Peter malah semakin panik. Dia bahkan tak peduli lagi dengan mangkuk yang dipegangnya, lalu menindih Intan. Begitu mencium aroma melati lembut dari tubuh Intan, Peter hampir kehilangan kendali, bahkan suaranya pun tanpa sadar menjadi serak.

“Intan, jangan begitu dingin padaku….”

Dalam pergulatan itu, mangkuk di tangan Peter jatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu, terdengar jeritan, “Aaaa!”

Jane berdiri di depan pintu. Jeritannya memecah kesunyian malam di rumah, “Intan, dasar nggak tahu malu! Berani sekali kamu menggoda kakak iparmu sendiri?! Dasar jalang!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 10

    Jane yang sudah diuntungkan, tapi masih berlagak pura-pura polos.Namun, hanya Intan yang tahu, Jane tidak mungkin bisa mengambil keuntungan apapun dari dirinya.Sedih?Apa yang perlu dirinya sedihkan?Dirinya memang sudah mau meninggalkan tempat ini.Intan hanya menghabiskan beberapa menit untuk membereskan barangnya.Dia memang bukan tipe yang gila belanja, jadi barangnya tidak banyak. Sebagian besar barang berhubungan dengan Peter dan semuanya tidak ingin dia bawa.Peter melirik barang bawaannya, satu koper ukuran 18 inci pun belum terisi penuh. Peter agak khawatir dan bertanya, “Kamu mungkin perlu tinggal di Keluarga Pangestu sementara waktu, hanya bawa barang sedikit ini saja?”Di mata Jane, tindakan Intan berarti dia tidak ingin meninggalkan Keluarga Tanata dan hanya berencana untuk tinggal di Keluarga Pangestu selama beberapa hari, lalu kembali lagi.Jane pura-pura lemah dan bersandar di bahu Peter, “John, perut bagian bawahku sakit sekali!”Peter langsung mengalihkan pandangann

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 9

    Jane mengira Intan takut.Jika dia takut, tentu saja itu bagus.Namun, berjaga-jaga itu perlu. Jane juga bukan wanita yang polos. Dia memutuskan tidak kembali ke rumah sakit, melainkan istirahat di rumah saja.Seluruh Keluarga Tanata memperlakukannya bagaikan dewi.Dengan perbandingan itu, Intan pun jadi sosok yang tak dipedulikan siapapun.Namun, Intan tidak peduli. Bagaimanapun, dirinya juga akan segera pergi dari rumah ini.Dia hanya menunggu waktu keluarganya datang menjemput.Dulu, saat menikah, ayah dan ibunya mengantarkannya dengan senyuman lebar ke Keluarga Tanata. Jadi, saat pergi pun, dirinya tentu akan pergi dengan terang-terangan.Hanya saja, kabar ini sampai juga ke telinga Peter dan dia langsung panik.Dia berkali-kali bersembunyi maupun terang-terangan mencoba bicara dengan Intan.Sejak kejadian terakhir, Intan menghindarinya seperti menghindari wabah.Di mana Peter berada, Intan tidak akan datangi.Lagipula, dirinya akan pergi sebentar lagi, Intan tidak mau membuat mas

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 8

    Baru saja Intan selesai bicara, tangisan meraung kembali terdengar dari arah Jane.Peter panik, langsung menarik Jane ke pelukannya, lalu menatap Intan dengan wajah serius, “Intan! Kenapa kamu nggak pengertian sedikit pun? Kalau memang salah, sudah seharusnya minta maaf!”Intan mengerutkan keningnya, ternyata orang yang kehabisan kata-kata, terkadang benar-benar hanya bisa tersenyum.Intan menunjuk dirinya sendiri, “Aku nggak pengertian? Aku salah? Baiklah! Baiklah! Baiklah!”Intan mengulang kata baiklah sebanyak tiga kali, kemudian memaksakan diri berkata, “Semua ini salahku, puas? Sekarang, bisakah kalian keluar dari kamarku?” Fanny tampak tidak puas, “Intan, minta maaf itu harus dengan sikap yang baik, biar perasaan Jane lebih nyaman!”Peter juga mulai gelisah.Dia tidak menyangka Jane yang seharusnya di rumah sakit, bisa tiba-tiba pulang dan malah melihat pemandangan seperti ini.Jika bayi dalam kandungannya tidak bisa dipertahankan, semua yang telah dirinya lakukan sebulan lebih

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 7

    Jeritan kaget Jane membuat Fanny dan para pelayan Keluarga Tanata bergegas berdatangan, berkerumun di depan pintu kamar.Intan dicekik dan didorong ke ranjang oleh Jane yang sedang emosi. Rasa sesak semakin menekan dadanya. Dengan putus asa, Intan menatap ke arah Peter yang terdorong cukup jauh dan masih belum bereaksi.“To… long….”Suara yang lirih seperti bisikan nyamuk itu tidak membangunkan Peter.Untungnya, Fanny datang menerobos kerumunan. Intan mengira Fanny datang untuk menyelamatkan dirinya, tetapi dia salah.Kesalahannya cukup fatal.Sambil melindungi Jane dengan begitu hati-hati, Fanny berkata dengan penuh kasih sayang, “Jane, kandungannya masih nggak stabil, jangan sampai hal sepele begini kamu sampai keguguran!”Wajah Intan sudah memerah karena dicekik dan tenggorokannya tak bisa mengeluarkan suara apapun.Fanny hanya melindungi perut Jane dan menjaganya dengan sangat hati-hati, sama sekali tidak peduli dengan hidup mati Intan.Rasa sedih dan putus asa membanjiri hatinya.

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 6

    Sejak tahu bahwa Jane hamil, Peter begitu semangat sampai-sampai tak bisa tidur.Bagus!Bagus sekali!Sekarang, dia sudah meninggalkan keturunan untuk kakaknya, akhirnya dirinya bisa kembali ke sisi Intan!Karena khawatir dengan kondisi kandungan Jane, Fanny bersikeras menyuruh Jane tinggal di rumah sakit agar jika ada masalah bisa langsung mencari dokter.Jelas terlihat betapa Fanny sangat menantikan kelahiran anak dalam kandungan Jane.Rasa senang berlebihan terkadang membuat orang menjadi sombong. Hampir setiap hari di meja makan, Fanny bercerita dengan para pelayan, “Masakan ini buat lebih asam sedikit. Katanya kalau doyan asam berarti anak laki-laki, kalau doyan pedas berarti anak perempuan. Menantuku ini pasti mengandung anak laki-laki, soalnya selalu minta yang asam setiap hari. Nanti biar kubawakan ikan asam pedas ini untuknya.”Nyeri datang bulan Intan sangat parah. Belum makan banyak, perutnya sudah kembali sakit.Dia pun meletakkan sendoknya, “Kalian lanjut saja, aku nggak m

  • Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku   Bab 5

    Intan berjalan keluar dari kamar rawat Jane dengan menahan rasa sakit di perutnya.Begitu membuka pintu, dia langsung berpapasan dengan Peter yang berhati-hati membawa semangkuk sarang burung walet.Fanny juga mengikuti di belakang, di tangannya ada buah aprikot asam yang Jane minta.Mata Peter hanya tertuju pada Jane. Saat bergegas melewati Intan, Peter malah mendorongnya ke samping pintu.Dengan penuh perhatian, Peter melangkah ke arah Jane sambil berkata, “Makan dulu sarang burung walet ini, minggu depan aku suruh asisten ke Estia untuk beli lagi.”Jane yang tadinya marah, seketika menyingkirkan ekspresi kesalnya dan tersenyum manis pada Peter, “Sayang, kamu semakin baik padaku, aku bisa jadi terlalu manja nanti.”Peter duduk di samping ranjang, mengusap lembut kening Jane dengan tatapan penuh kasih, “Bodoh, kamu sedang hamil sekarang. Kalau aku nggak baik padamu, lalu siapa lagi?”Fanny melirik Intan dengan tidak senang dan berkata, “Intan, wajah apa itu? Kakak iparmu sedang hamil,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status