Share

Suamiku Pura-pura Lumpuh Untuk Membalas Ibunya
Suamiku Pura-pura Lumpuh Untuk Membalas Ibunya
Author: Annisaryn

Part 1

SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA

"Dasar beban, kau hanya menyusahkan kami, baik kau mat* saja."

"Iya tuh, kerjaanya cuma makan, tidur, berak! Apa kamu ga capek Shanti? Kalau aku jadi Kamu udah cari laki lain."

"Mana bisa dia cari laki-laki lain, toh udah cinta mati, ha ha ha."

"Ah, emangnya kalau cari lain pun, ada yang mau sama si Shanti yang buruk rupa? Liat noh wajahnya! Busuk, ha ha ha!"

Aku hanya mampu diam sambil menggigit bibir bawah menahan diri untuk tidak menangis tatkala mendengar ejekan ibu mertua dan iparku yang saling sahut-sahutan.

Sedangkan Mas Zain, hanya mampu duduk diam tidak berkutik di atas kursi rodanya. Bisa kulihat tatapan iba yang terpancar dari mata pria tampan itu.

Aku tersenyum pelan, berusaha menyakinkan dirinya bahwa aku baik-baik saja, aku tidak ingin dia sedih melihatku.

"Pakek senyum-senyum segala, mending kamu ke dapur, nyuci semua bajuku, ingat, ya! Nggak boleh pakek mesin, terus setelah itu masak, setelah masak nyuci mobil aku sampai bersih, nanti malam mau aku pakek!"

Tania—kakak iparku berujar santai seolah-olah ia sedang memerintah robot.

"Tapi aku belum suapi Mas Zain makan," jawabku, sebenarnya aku tidak niat membantah perintahnya, hanya saja aku ingin dia memberikan aku sedikit waktu sebelum melakukan semua itu.

"Halah, biarin aja dia kelaparan, cepat atau lambat mat* juga nanti." Aku tertegun mendengar tutur Kak Tania yang memakai akal sebelum berkata.

Apa maksudnya berkata seperti itu.

"Apa hah? Mau marah?" Wanita itu menyadari perubahan raut wajahku yang menatapnya sedikit tajam.

"Asal lo tau, ya! Kalau bukan karena duit gue, mungkin lo sama lakik lo yang lumpuh itu udah terlantar di jalan." Aku hanya diam. Benar katanya, jika bukan karena dia mungkin aku dan Mas Zain sudah tinggal di bawah jembatan, akan tetapi menurutku aku berhak tinggal di sini, toh Ini juga rumah suamiku, ditambah lagi aku berkerja banting tanpa di gaji di sini.

Bisa kulihat tatap penuh marah yang Mas Zain sorot pada wajah kak Tania.

"Udah buruan cepat!" Ia mendorong tubuhku kuat hingga membuat aku terhuyung dan hampir tersungkur.

Perlahan kulangkah kaki menjauh dari sana, namun sebelum benar-benar pergi, aku sempat mendengar perkataan ibu mertuaku pada suamiku.

"Cepat mati, agar tidak ada lagi beban. Setelah kau mati aku akan mudah mengusir istrimu yang jelek itu."

Bersambungg .....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status